BAB 19: Terusik

201 13 2
                                    

Konsentrasi Arini ambyar setelah mendapatkan telepon dari Lisa tadi pagi. Hingga menjelang siang, ia tidak bisa fokus bekerja. Beruntung tidak ada masalah pelik yang dihadapi pelanggan hari ini. Ketika waktu senggang, ia berpikir keras mencari cara agar Brandon mau menerima perjodohan ini.

"Om boleh ceraikan Tante, tapi tidak dengan menghilangkan hak Brandon sepenuhnya dari keluarga ini." Lisa terdengar pasrah tapi tidak rela ketika mengucapkan kalimat ini tadi pagi.

"Tante mau diceraikan Om?" Arini bertanya sangat hati-hati.

"Walau Tante masih cinta sama Om. Asal Brandon bahagia, Tante rela diceraikan. Masalahnya tidak sampai di sana, Rin. Tante tidak rela anak Tante satu-satunya kehilangan hak secara materi," tutur Lisa terisak.

Itulah yang membuat Arini berpikir keras. Lisa tidak boleh kehilangan Sandy, ia tahu wanita paruh baya itu masih sangat mencintai suaminya. Begitu juga dengan Brandon yang tidak boleh kehilangan hak waris. Bagaimanapun lelaki itu adalah anak pertama Sandy Harun, sah secara agama dan hukum. Bukan anak luar nikah seperti Farzan.

Sentuhan lembut di bahu menyentakkan Arini. Pandangan yang sejak tadi melihat layar laptop langsung beralih ke belakang. Kening yang ditutupi poni berkerut dengan mata melebar ketika mencari tahu siapa yang berani menyentuhnya.

"Bran?" gumamnya ketika melihat Brandon berdiri di belakang tersenyum manis.

"Iya gue. Emang lo pikir siapa?" balas Brandon tersenyum penuh makna.

Beberapa agent wanita yang duduk di sekitar kubikel tempat Arini berada langsung bersorak gaduh.

"Giliran sama Kak Arini senyumnya manis banget deh, Kak Brandon. Coba sama kita-kita. Pelit banget," ledek salah satu agent perempuan berambut pendek.

Brandon melihat sekilas dengan sorot mata datar. Nyaris tidak ada senyum menghias wajah tampannya. Begitulah pria itu, dingin dan tidak acuh terhadap mereka. Namun, ia tetap tebar pesona melalui wajah datar dan sikap yang seperti es itu.

Dengan sikap seperti ini saja, ia bisa menggaet perhatian kaum hawa yang ada di sana. Tak sedikit dari mereka yang mau pergi dengan Brandon walau hanya sekedar nonton film di bioskop dan makan malam. Entah berapa wanita yang sudah diberi harapan palsu olehnya.

Semenjak bertemu lagi dengan Arini, Bran sudah tidak lagi melakukan tabiat buruk tersebut. Perhatian dan fokusnya hanya tercurah untuk sahabat tercinta. Wanita yang menurutnya cocok untuk menjadi pendamping hidup. Orang yang akan menemani hingga akhir hayat.

Astaga, lo lagi pikirkan apa sih, Bran? batin Brandon setiap kali keinginan itu terbesit di pikiran.

"Biarin aja. Syirik deh kalian," komentar Siti yang selalu siap pasang badan saat Arini mulai di-bully gara-gara kecemburuan penggemar Brandon.

Arini menoleh ke tempat Siti yang duduk di sampingnya. Dia tersenyum lembut kepada perempuan yang telah dianggap adik.

"Udah, Ti. Nggak perlu ditanggapi," bisik Arini mengusap lembut lengan kecil Siti.

"Habis kesel aja, Kak. Seolah-olah Bang Brandon milik mereka aja. Padahal orangnya cuek aja tuh," tutur Siti mengerling kepada Brandon yang sudah duduk di samping Arini.

Seperti biasa, Bran selalu mencari celah agar bisa duduk di dekat sahabatnya. Entah itu di samping kanan atau kiri, depan dan belakang. Intinya, ia hanya ingin bekerja di dekat Arini.

"Tau nih. Kalian belum tahu aja kalau Bang Brandon udah taken sama gue," timpal seorang agent wanita yang dikenal baik oleh Arini dan Siti.

Namanya Widya. Gadis ini adalah salah satu fan Brandon. Dia selalu berkhayal bisa menjadi satu-satunya perempuan yang bisa mencuri hati Casanova kelas teri itu. Namun, jika sudah berkaitan dengan Arini, ia langsung menyerah. Dia merasa tidak bisa bersaing dengan pesona yang dimiliki janda muda tersebut.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now