BAB 78: Taktik Sandy Harun

84 7 0
                                    

"Bu Arini?" Kening yang berukuran ideal itu mengernyit ketika melihat kehadiran Arini di sana.

"Pak Habib?" balas Arini tak kalah terkejut.

Habib melihat ke sekitar seperti mencari keberadaan seseorang. Namun, tidak ada lagi orang yang baru datang selain Arini.

"Ibu ... mau makan siang di sini?" tanya Habib masih bingung.

Arini menggelengkan kepala dua kali. Dia mulai menduga apa maksud Sandy memintanya datang ke sini dan apa maksud kencan yang dikatakan pria paruh baya tersebut? Semuanya dihubungkan, mulai dari ucapan Sandy tentang Habib sampai kejadian hari ini.

Tangan Arini menarik kursi yang ada di seberang meja, lalu duduk di sana dengan lemas. Tawa pelan keluar dari sela bibir saat menarik kesimpulan, bahwa orang yang dimaksudkan Sandy adalah Habib. Lelaki yang duduk di depannya sekarang.

"Bu?" panggil Habib bertambah heran melihat Arini duduk.

"Saya diminta Om Sandy datang ke sini. Katanya ada yang mau dibicarakan. Ternyata ...." Kalimat Arini menggantung saat senyum kecut menghias parasnya.

Habib hening memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Arini bisa ada di restoran ini tepat di saat ia menunggu seseorang yang akan diperkenalkan Sandy?

"Pelayan bilang, ini meja yang dipesan Om Sandy," tutur Arini menambahkan kemudian.

Pandangan Habib terangkat menatap Arini yang tampak terpukul. Barulah ia paham situasi apa yang sedang dihadapi sekarang.

"Saya mulai mengerti," cetus Habib membuat Arini menengok ke arahnya.

"Orang yang ingin dikenalkan Pak Sandy mungkin Bu Arini." Habib mengembuskan napas singkat. "Saya minta maaf untuk semua ini. Saya juga baru tahu sekarang."

Arini menarik napas melalui mulut yang terbuka lebar. Wajahnya terangkat ke atas ketika ingin marah, entah kepada siapa? Mungkin kepada diri sendiri yang mudah masuk dalam permainan Sandy.

"Ibu tidak perlu khawatir, karena saya sudah tahu tentang Ibu dan Pak Brandon," aku Habib merasa tidak enak kepada Arini.

Wanita itu langsung memalingkan paras seraya menelengkan kepala. "Maksud Bapak?" pancing Arini ingin tahu sejauh mana pria itu tahu mengenai hubungannya dengan Brandon.

"Bu Lisa sudah ceritakan semua kepada saya." Habib celingak-celinguk memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan rahasia ini. "Bu Arini dan Pak Brandon sudah menikah tanpa sepengetahuan Pak Sandy," bisiknya pelan.

Air muka Arini berangsur tenang. Tidak ada lagi perasaan sungkan bercampur risau di wajahnya. Ternyata Lisa sudah mengatakan semua kepada Habib, termasuk pernikahan diam-diamnya dengan Brandon.

"Sepertinya sampai sekarang Pak Sandy memang belum tahu, jadi beliau merancang semua," tutur Habib melirik ke meja makan.

Arini mengangguk sependapat dengan Habib. Andai tahu tentang pernikahan ini, Sandy sudah pasti marah besar. Pria paruh baya itu bahkan tidak akan mengizinkannya bekerja di perusahaan tersebut. Kecuali jika memang dia sangat mencintai Lisa.

Geli rasanya berpikir Sandy mencintai Lisa sebegitu besar, tapi malah mengancam akan menceraikan wanita itu jika Brandon menolak perjodohan. Ah, Arini langsung menepis pikiran itu jauh-jauh.

"Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Mudah-mudahan kejadian ini tidak berdampak dalam hubungan pekerjaan kita," ucap Habib bersikap hormat.

"Oh, nggak apa-apa, Pak. Kayaknya kita ini korban," tanggap Arini cepat.

Korban dari orang kaya yang beranggapan kita bisa dikendalikan dengan seenaknya, sambung batin Arini.

"Maaf jika saya nggak bisa tinggal di sini, karena harus pulang." Arini berdiri lagi seraya mencantolkan tas di pundak.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now