Extra Part 2: Kebahagiaan

258 8 0
                                    

Beberapa bulan kemudian

Enam pasang mata melihat sesosok bayi yang sedang tertidur pulas di dalam box yang kini berada di ruang tamu. Keenam orang itu mengelilingi dengan tatapan takjub ke arah Elfarehza, putra pertama Arini dan Brandon.

"Aku pengin punya anak juga!" seru Siti sambil bertepuk sekali.

"Nikah gih. Udah ada calonnya ini. Tunggu apa lagi?" ledek Edo yang berdiri di sebelah Widya.

"Kalian jangan pacaran lama-lama. Buruan nikah," cetus Arini semangat.

Mereka berenam melihat ke arah Arini yang sedang bermain dengan Rezky, putra Moza. Batita itu sangat bahagia bisa bertemu lagi dengannya. Ternyata Arini tipe wanita yang dengan mudah mencuri perhatian anak-anak. Buktinya Rezky dan Farzan langsung lengket dengan perempuan itu.

Keenam tamu tersebut mengambil duduk di tempat masing-masing, meninggalkan El—panggilan Elfarehza—yang masih tidur pulas di dalam box.

"Bang Edo dan Widya kapan mau nikah?" tanya Arini menyipitkan mata ke arah mereka.

Betul sekali, Edo dan Widya menjalin hubungan serius sekarang. Mereka terjangkit syndrom cinta lokasi. Entah sudah berapa banyak agent yang terjebak cinta lokasi di sana.

"Siti duluan, Kak. Nggak enak langkahi yang lebih tua," jawab Widya mengerling ke arah Siti yang duduk dengan pacarnya.

Arini mengalihkan pandangan penuh makna ke arah Siti yang malu-malu meong. Sesaat kemudian gadis itu bersuara.

"Kakak cantik banget deh pakai kerudung. Kenapa nggak dari dulu?" puji Siti sudah jelas untuk mengalihkan percakapan.

"Huuu ... Mau coba alihkan pembicaraan ya?" ketus Arini mendelik nyalang.

Mereka semua kembali bercengkerama, melepas rindu setelah lama tidak berjumpa. Meski Siti, Edo dan Widya kini bekerja di perusahaan Brandon, tapi mereka jarang berjumpa. Mereka bekerja di perusahaan cabang, bukan perusahaan pusat.

Tak lama kemudian, Ijah berlari tergopoh-gopoh memasuki ruang tamu.

"Kenapa, Bi?" tanya Brandon heran.

"Ada tamu di luar, Mas. Katanya mau ketemu Mas Brandon dan Mbak Arini," jawab Ijah.

"Siapa?"

"Katanya Papa Mbak Arini, namanya Pak Yunus," info Ijah melihat Brandon dan Arini bergantian.

Suami-istri itu saling berbagi pandang beberapa saat. Benarkah di luar sana ada Yunus? Apakah mereka tidak sedang bermimpi?

***

Satu tahun kemudian

Arini mengurut pelipis yang terasa nyeri. Ketika berusaha bangkit dari tidur, kepalanya pusing lagi. Dia menoleh ke kasur bayi yang tak jauh dari tempat tidur. El menangis di sana kehausan. Sementara Brandon belum keluar dari kamar mandi setelah lima belas menit berada di sana.

"Sini, Nak," lirih Arini memaksakan diri untuk bangun, lantas mengulurkan tangan kepada El yang sedang duduk di kasurnya.

Arini dan Brandon sengaja meletakkan kasur El di atas karpet tebal, agar tidak terjatuh. Dalam keadaan seperti ini, batita itu juga bisa pindah ke tempat tidur utama.

El berjalan pelan melangkah ke arah tempat tidur. Setelah sampai, dia memanjat ke atas dan duduk di samping Arini.

"Haus ya?" tanya Arini lesu.

Dia mengangguk sambil memukul dada sang Ibu. "Mimik."

"Papi kamu kok lama banget ya di kamar mandi? Mami pusing nih," keluh Arini kepada putranya.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now