BAB 100: Menuai Hasil Perbuatan Sendiri

281 11 0
                                    

Pagi harinya, Arini terbangun dengan perasaan masih belum percaya kalau Brandon benar-benar ada di sampingnya. Pria itu tidur dengan rambut gondrong yang tidak diikat. Ternyata apa yang terjadi tadi malam bukanlah mimpi.

Arini juga ingat bagaimana mereka melepas kerinduan tadi malam sampai bercinta di kamar mantan pacar Brandon. Jika diingat-ingat malu juga melakukannya di sana. Namun, tiga bulan sepi yang dilalui tidak mengizinkan mereka menunggu sampai tiba di apartemen.

Mereka mengisi malam dengan berbagi cerita, termasuk bagaimana Brandon bisa tahu kalau Arini ada di rumah Moza. Barulah Arini tahu, kalau pria itu pernah melihat postingan Moza dan mendengar suaranya ketika menelepon.

"Ibu hamil yang gue lihat di Teras Kota, anak kecil usia tiga tahunan, suara Moza waktu gue telepon lo sampai postingan foto hasil USG di IG Moza. Semuanya tuntun gue sampai temukan tempat lo sembunyi, In," papar Brandon tadi malam.

Selesai mandi, Arini dan Brandon langsung pamitan kepada Moza dan Sukesih. Pagi ini mereka berencana pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan. Brandon ingin melihat si jabang bayi yang tumbuh sehat di rahim istrinya.

"Thanks udah jagain Iin baik-baik, Moz," ucap Brandon sebelum mereka meninggalkan rumah itu.

"Santai aja, Bran. Makanya lain kali lo cepat cari akal. Kasihan 'kan Arini nggak bisa lewati trimester pertama sama lo," balas Moza dengan wajah jutek.

Tidak bisa dipercaya, hubungan mereka bertiga semakin membaik. Apalagi Brandon merasa hutang budi kepada Moza dan ibunya, karena telah merawat Arini dengan baik.

"Nanti kita ketemuan lagi ya, Moz." Arini memeluk Moza dengan perasaan hangat dan sangat berterima kasih.

"Jelas dong. Gue juga bakalan datang kalau ponakan gue udah lahir." Moza menoleh ke Rezky dengan semringah. "Ya, 'kan Ky. Nanti kita jenguk dedek bayi ya?"

Anak itu mengangguk semangat tersenyum lebar. Dia memeluk erat Arini, seakan enggan berpisah darinya.

"Tante janji bakalan sering main ke sini," ujar Arini mengusap puncak kepala Rezky.

Setelahnya, mereka berpamitan karena harus menemui dokter kandungan tiga jam lagi. Jarak antara BSD ke Jakarta Pusat cukup jauh, bisa memakan waktu satu jam lebih jika jalanan ramai lancar.

Sepanjang perjalanan, Brandon tidak henti tersenyum bahagia karena bertemu lagi dengan sang istri. Dia memegang tangan Arini erat seakan takut wanita itu pergi lagi.

"Jangan pernah tinggalin gue lagi ya," pinta Brandon menoleh sekilas ke kursi penumpang, "hidup gue benar-benar hampa tanpa lo, In."

Arini menunjukkan raut bersalah, karena sudah meninggalkan suaminya. "Sekarang udah nggak ada lagi alasan buat gue pergi dari lo."

Brandon mengecup punggung tangan Arini lembut. "Nanti bantu gue cukuran ya?"

Wanita itu menggelengkan kepala. "Nggak mau. Cambang lo jangan dicukur. Rambut lo aja yang dipotong."

Arini suka melihat Brandon berewokan seperti itu, karena terlihat lebih dewasa dan jantan. Dia ingin sang suami tetap mempertahankan rambut halus yang menghiasi area pipi hingga dagu.

"Bran," panggil Arini ketika ingat sesuatu.

"Apa, Sayang?" Brandon kembali menengok Arini sebentar, lalu fokus melihat jalanan.

"Kalau gue pakai kerudung ... lo izinin nggak?" tanyanya ragu-ragu.

Tampak kilat kaget dari sorot mata sayu Brandon saat ia melirik Arini.

"Lo nggak suka ya kalau gue tutup aurat?" Arini tampak was-was.

Dua detik kemudian Brandon tersenyum lebar. "Suka dong. Justru itu yang gue inginkan."

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now