BAB 75: Tanggung Jawab yang Besar

109 9 0
                                    

Lisa memandang menantunya penuh syukur. Dia memeluk tubuh ramping itu dengan erat. Lega memiliki menantu seperti Arini yang begitu penurut dan menyayanginya.

"Mama tidak akan biarkan orang menjatuhkanmu di sini, Rin. Siapapun itu," bisik Lisa mengusap belakang kepala wanita itu.

Arini tersenyum lebar ketika mengangguk di bahu ibu mertua. Dia juga tidak akan membiarkan Lisa disakiti lagi. Cukup ia menyaksikan wanita itu terpuruk ketika tahu Sandy menikah lagi. Kali ini ia akan memastikan, pernikahan Brandon dengan Sheila berjalan lancar sesuai rencana. Meski tidak bisa dipungkiri, hatinya kerap terasa sakit saat mengingat hal itu.

"Habib akan bantu semua urusanmu sampai Brandon resmi bekerja," tutur Lisa lagi setelah pelukan longgar.

"Ada banyak perusahaan yang melakukan negosiasi terlarang dengan project manager sebelumnya. Misalnya ada yang minta agar tender diloloskan, menaikkan harga bahan bangunan, suap dan banyak lagi. Jadi, kamu harus berhati-hati." Lisa menatap menantunya serius.

"Tetap laporkan sama Mama kalau ada yang mencurigakan. Mama berharap kamu teliti dalam analisa setiap proposal yang masuk, baik dari klien dan kontraktor," sambungnya lagi.

Arini mengangguk paham. Walau pertama kali berkecimpung di dunia properti, ia berjanji akan mempelajari pekerjaan ini dengan baik.

"Kalau Brandon sudah bekerja, Mama rasa kamu harus cari asisten, Rin."

"Asisten?"

Lisa menganggukkan kepala. "Orang yang bisa kamu percaya untuk bantu kamu urus semuanya. Mau Mama yang cari atau kamu punya kenalan?"

Bola mata Arini terangkat ke atas ketika mengingat siapa yang bisa dipercaya bekerja sebagai asisten manajer proyek? Donny? Ah, tidak mungkin ia mempekerjakan sang adik di perusahaan ini. Bagaimana jika Donny tahu mengenai pernikahan Sheila dan Brandon? Semua bisa menjadi runyam, jika adiknya dilibatkan.

"Siti," cetusnya tiba-tiba.

"Siti?" Kening Lisa berkerut bingung.

"Teman satu kantorku, Ma. Kebetulan satu kosan juga." Arini tersenyum lebar ketika membayangkan bisa membawa gadis itu ke sini. "Selama kenal, Siti orang yang amanah. Dia selalu bisa dipercaya."

"Oke. Suruh dia masukkan lamaran ke sini. Biar Mama yang urus," tanggap Lisa setuju, "nah, kalau bisa minggu depan dia sudah masuk ya, Rin."

"Oke, Ma."

Arini tampak begitu semangat sekarang. Dia tidak akan sendirian di perusahaan ini, karena ada Siti yang akan membantu. Semoga saja gadis itu langsung menerima tawaran darinya, jika tidak ia akan kebingungan mencari kandidat yang bisa dipercaya.

"Ya sudah. Mama pulang dulu ya. Mau mampir ke kantor Om sebentar," ucap Lisa seraya berdiri, "kamu santai saja di sini. Kalau ada yang berani macam-macam, langsung bilang sama Mama."

Senyum merekah di paras cantik Arini ketika tahu Lisa benar-benar peduli terhadapnya. "Aman, Ma. Mama tenang aja."

Lisa memberi kecupan di kedua belah pipi Arini sebelum beranjak dari sana. "Sekali lagi makasih, Rin. Mama sayang kamu."

"Aku juga sayang banget sama Mama," balas Arini terharu.

Bayangan mertua jahat sangat jauh dari sosok Lisa yang begitu penyayang. Wanita paruh baya itu tidak memperlakukannya sebagai seorang menantu, tapi seperti anak sendiri. Dari dulu sampai sekarang tetap seperti itu.

"Jangan lupa, segera kasih Mama cucu," bisik Lisa mengedipkan mata sebelum keluar dari ruangan Arini.

Arini tertegun mendengar perkataan ibu mertuanya. Cucu? Bagaimana ia bisa hamil jika Brandon akan menikah dengan Sheila? Mustahil hal itu terjadi. Dia akan menjadi gunjingan karyawan di kantor, karena hamil tanpa suami. Setidaknya itulah yang akan dipikirkan orang-orang. Hanya Sheila yang akan menjadi istri Brandon sah secara hukum dan agama.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang