BAB 54: Akad dan Perpisahan

148 11 2
                                    

Setelah memastikan Arini tidak hamil, Yunus langsung memanggil penghulu untuk menikahkannya di bawah tangan. Terlalu lama jika mengurus pernikahan secara hukum. Apalagi mereka tidak akan tinggal lebih dari satu hari di Bukittinggi. Bisa jadi gunjingan tetangga nanti.

Lisa datang tepat dua jam sebelum akad nikah diselenggarakan. Dengan tergesa-gesa, wanita itu meletakkan koper kecil dan menyerahkan jas yang akan dikenakan Brandon untuk akad nikah. Beruntung Yunus telah memesankan kamar hotel, tepat di sebelah kamar yang ditempati Bran, sehingga tidak memakan waktu banyak.

Wanita paruh baya itu dengan energi yang terasa penuh segera ke rumah keluarga Arini. Jarak antara hotel dan rumah itu juga tidak jauh, hanya memakan waktu sepuluh menit berjalan kaki. Tentu saja Lisa menggunakan ojek online. Tampak kelegaan di wajahnya ketika keinginan agar Arini dan Brandon menikah bisa diwujudkan dalam hitungan jam.

Setidaknya, ia tidak lagi menanggung beban melihat mereka melakukan tindakan terlarang. Melanggar norma agama dan adat yang berlaku. Tidak ada yang disesali Lisa setelah apa yang dilakukannya. Dia berpikir inilah yang terbaik untuk Arini dan Brandon.

"Calon menantu Mama cantik sekali," puji Lisa setelah Arini mengenakan kebaya dengan paras dihiasi make-up minimalis.

Wanita itu tersenyum menanggapi perkataan Lisa. Tarikan napas berat terdengar dari sela hidung ketika menatap pantulan dirinya di cermin. Arini kembali mengenakan pakaian pengantin, setelah kegagalan pernikahan pertama. Namun, kali ini ia menikah dengan orang yang tepat. Pria yang tidak akan memperlakukannya seperti yang dilakukan Desta dulu.

Perutnya mendadak terasa mulas membayangkan akan menjadi istri dari Brandon Harun, sahabat yang telah menemani hari-harinya selama sebelas tahun. Orang yang tidak pernah disangka akan menjadi suaminya. Ternyata skenario yang telah ditentukan Tuhan begitu indah. Setelah menjalani hari yang pahit di pernikahan terdahulu, akhirnya ia menikah dengan lelaki yang dicintai.

Pelukan hangat dari Lisa menyentakkan Arini dari lamunan. "Selamat datang di keluarga Harun, Sayang," ucapnya menjepit lembut dagu wanita itu dengan ibu jari dan telunjuk.

"Makasih ... Ma," balas Arini sedikit gugup ketika memanggil Lisa dengan sebutan Mama.

"Tidak disangka kita bisa jadi besan ya, Mbak," timpal Asma yang sejak tadi berdiri di belakang Arini. Dialah yang membantu Arini berpakaian dan berhias.

"Benar, Uni." Lisa menegakkan tubuh, kemudian tersenyum lebar melihat Asma. "Hanya Arini yang pantas jadi istri Brandon."

Asma terharu mendengar perkataan Lisa. Tidak ada sedikitpun raut keberatan tergambar di paras itu. "Terima kasih sudah mau terima Ari apa adanya, Mbak. Saya bersyukur sekali, Ari punya mertua seperti Mbak Lisa," tanggapnya dengan mata berkaca-kaca.

Lisa meraih tangan Asma, lalu menepuknya pelan. Sejak dulu, ia telah menganggap wanita itu seperti kakak sendiri.

"Justru saya yang bersyukur punya menantu sebaik dan secantik Arini." Lisa melirik Arini yang susah payah menahan diri untuk tidak menangis.

"Titip Ari ya, Mbak. Akan saya usahakan sering-sering ke Jakarta jenguk Ari dan Bran," pinta Asma dengan tatapan memohon. Paling tidak, ia merasa lega karena Arini sekarang berada di dalam penjagaan orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.

"Tentu, Uni. Saya akan jaga Arini dengan sangat baik."

"Mama Lisa udah jaga Ari dengan baik selama ini, Ma. Jangan khawatir," imbuh Arini berdiri, lalu meraup kedua wanita yang paling berharga di dalam hidupnya.

Suasana menjadi semakin sendu ketika Donny, adik Arini, muncul di sela pintu. Pemuda itu menatapnya dengan wajah cemberut.

"Emangnya Uni nggak pulang lagi?" celetuknya bernada protes. Dia hanya tahu, Arini akan menikah hari ini dan kembali lagi ke Jakarta nanti malam.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang