BAB 56: Semakin Menggila

139 11 1
                                    

Sepasang netra cokelat mulai mengerjap ketika sinar mentari pagi merambat melalui sela tirai kamar. Tilikannya perlahan beranjak ke samping kanan, tempat seorang pria masih terlelap dengan nyaman. Tubuh ramping itu beringsut sedikit ke atas, agar kepala bisa sejajar dengan wajah yang damai dalam tidur.

Tangannya naik melihat cincin pernikahan yang disematkan kemarin sore. Tidak bisa dipercaya, Arini resmi menjadi istri seorang Brandon Harun, sahabatnya sendiri. Orang yang selama ini tidak masuk dalam kriteria suami idaman, sebelum pernikahan pertamanya dilaksanakan.

Senyum tergambar di paras tirus Arini ketika mengamati paras Brandon. Ternyata pria itu telah menjelma menjadi sosok laki-laki yang rupawan. Berbeda jauh dari pertama kali bertemu sewaktu SMA. 'Si Kunyuk Dekil' itulah julukan yang pernah disematkannya kepada Bran dulu.

"Gue sumpahin pria kayak gitu dapat istri yang jauh dari kriteria cewek impiannya."

Sumpah serapah yang pernah dilontarkan pada hari pertama mengenal Bran, kembali terngiang di telinga. Entah karena kesungguhan Arini mengucapkannya, sumpah itu menjadi kenyataan. Dialah yang menikah dengan Brandon dan menjadi istrinya.

Brandon juga termakan omongan sendiri. Arini masih ingat dengan perkataan pria itu ketika mereka bertengkar sengit.

"Gue nggak tertarik sama cewek kutilangdara kayak lo."

Arini tertawa menyadari kekonyolan mereka pada saat itu. Keduanya saling membenci, sehingga melontarkan kalimat yang pada akhirnya berbalik menyerang mereka. Takdir berkata lain, Tuhan mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan.

"Kenapa sih pagi-pagi ketawa?" gumam Brandon merapatkan tubuh ke dekat Arini. Dia mencium bibir mungil itu singkat, sebelum memeluk istrinya.

"Lagi ingat waktu awal kita ketemu dulu."

Kelopak mata sayu itu terbuka. Senyum usil tergambar di paras Brandon. "Waktu lo bilang gue dekil?"

"Waktu lo bilang nggak tertarik sama cewek kutilangdara kayak gue," cibir Arini sebelum mengecup dada Brandon yang dilapisi baju kaus.

Desahan pelan meluncur dari sela bibir Brandon. Tangannya menyelinap ke balik selimut, lalu bergerak ke dalam baju tidur yang dikenakan Arini.

"Nyesel gue bilang lo kutilangdara, kalau tahu dewasanya begini," komentar Brandon memberikan treatment melenakan di tubuh bagian atas Arini.

Gairah yang mengendap kembali bangkit. Arini merasakan hasrat menggelitik tulang punggung hingga sekujur tubuh. Dia selalu menyukai sentuhan Brandon di kulitnya. Terasa hangat dan memancing keinginan untuk bercinta.

"Mama Lisa?" cetus Arini membuat hasrat surut ketika ingat mertuanya menginap di sana.

Dia melihat ke sekitar dan menyadari kalau matahari sudah naik. "Jam berapa sekarang?"

"Paling jam tujuh. Masih bisa seronde, In," goda Brandon menginginkan Arini.

"Ada Mama, Bran. Nggak enak. Gue harus bangun trus bikin sarapan dulu."

Arini mendorong tangan Brandon yang masih menjelajah di dalam sana, kemudian bangkit ke posisi duduk. Sebagai perempuan Minang, pantang baginya untuk bangun kesiangan. Apalagi ada mertua yang menginap di rumah. Dia harus melayaninya dengan maksimal.

Brandon hanya menarik napas berusaha mengendurkan lagi bagian tubuh yang sempat tegang. Pria itu ikutan bangkit, menyusul Arini ke kamar mandi. Mereka gosok gigi terlebih dahulu, kemudian mencuci wajah.

Setelahnya, pengantin baru itu berjalan menuju ruang tamu mencari keberadaan Lisa. Pintu kamar tamu terbuka. Tidak ada tanda-tanda orang berada di dalam sana.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Место, где живут истории. Откройте их для себя