BAB 85: Sesuatu yang Mencurigakan

76 6 0
                                    

Arini

Sepuluh hari menjelang pernikahan Brandon dan Sheila, membuat jiwa Arini semakin tidak tenang. Bukan hanya bayangan akad nikah yang bergelayut di pikirannya, tapi juga kedatangan sang ibu lima hari sebelum tanggal pernikahan Brandon dan Sheila.

Arini panik luar biasa ketika mengetahui niat Asma datang ke Jakarta bulan lalu. Bagaimana jika ibunya tahu kalau Brandon menikah lagi dengan wanita lain? Terlebih lagi tanggapan Yunus saat tahu putrinya akan dimadu. Tentu pria paruh baya tersebut merasa menang, karena sudah menduga hal ini akan terjadi. Mengikat rekam jejak Brandon yang terlanjur buruk di matanya.

Tidak! Arini tidak akan membiarkan itu terjadi. Sebisa mungkin, ia harus merahasiakannya dari Asma.

"Jangan khawatir, Sayang. Mama Asma nggak akan tahu."

"Kalau Mama tanya ke mana kita seharian gimana?"

"Bilang aja kondangan ke luar kota atau ke mana gitu."

Pada akhirnya mereka mencapai kata sepakat untuk tidak membahas masalah itu terlebih dahulu. Masih ada waktu satu bulan lebih untuk memikirkannya. Namun, sekarang pernikahan sudah di depan mata. Sepuluh hari lagi akan digelar dan lima hari lagi ibunya datang berkunjung.

Arini semakin resah. Helaan dan embusan napas silih berganti meluncur dari sela hidung dan bibir. Netra cokelatnya menatap nanar plafon kamar yang didominasi warna gading.

"Lagi pikirin apa sih pagi-pagi?" gumam Brandon dengan suara serak. Dalam hitungan detik, ia sudah menarik tubuh istrinya mendekat.

Wanita itu langsung mengalihkan pandangan ke samping dan mendapati wajah Brandon tepat di depannya.

"Pasti kedatangan Mama Asma ya?" tebaknya kemudian.

Brandon mendapatkan jawaban dari sorot mata ekspresif istrinya. Dia mendesah pelan seraya menyelipkan rambut Arini di balik telinga.

"Kembali ke usulan gue bulan lalu. Kita bilang aja ada acara nikahan teman di kantor lama. Mungkin di Bandung yang harus pergi seharian," usul Brandon mengejar manik cokelat milik istrinya.

"Ketahuan nggak ya?" risik Arini was-was.

"Nggak kalau kita kasih jawaban seragam." Brandon menundukkan kepala, lalu mengecup bibir istrinya. "Udah, sekarang jangan dipikirin lagi. Gue nggak mau lo banyak pikiran, In."

Sebenarnya bukan itu aja yang gue risaukan, Bran. Pernikahan itu. Apa gue sanggup lihat lo ucapkan janji suci dengan wanita lain? batin Arini muram tanpa sanggup diucapkan.

Seulas senyum terurai di paras Arini saat mengangguk. Dia tidak ingin membuat suaminya membatalkan pernikahan, jika harus menunjukkan raut gundah. Alhasil, ia memilih bangkit dari tempat tidur, kemudian mengenakan lingerie yang dilucuti Brandon tadi malam.

"Mau ke mana?" tanya Brandon ikut bangun.

"Bikin sarapan. Habis itu mandi, biar nggak telat ke kantor," jawabnya menggulung rambut ke atas.

Brandon meraih tangan Arini sambil menggelengkan kepala. "Mending lo pakai baju tidur biasa atau baju kaus deh buat masak, In." Mata sayu yang nakal itu menjelajahi lekuk tubuh istrinya.

"Iman gue nggak sekuat itu lihat lo masak pakai lingerie," sambungnya mengedipkan mata genit dengan nada menggoda, "atau lo mau kita bercinta di dapur dulu sebelum masak?"

Mata Arini langsung melebar sempurna sebagai bentuk protes. "Bran. Kita bisa telat ke kantor. Kalau kena—"

"Kena coaching maksud lo?" sela Brandon nyaris tertawa. Dia menarik kuat tangan Arini, sehingga tubuh ramping itu berada di atas pahanya.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now