BAB 60: Bridal

116 7 0
                                    

Arini hanya bisa pasrah ketika Brandon menarik tangannya menuju pintu masuk bangunan yang berukuran cukup besar tersebut. Tiba di dalam, tilikan netra cokelatnya beredar ke sisi ruangan yang didominasi warna hitam di bagian lantai dan putih di bagian dinding. Tampak begitu elegan. Banyak foto pengantin menggantung di setiap sisi dinding, menandakan usaha pemilik gedung ini berkaitan dengan pernikahan.

"Brandon," sambut seorang pria berkepala plontos dan sedikit gendut. Mata hitam bulat itu berkilat menatap Brandon.

"Kamu udah besar aja sekarang." Pria itu memegang kedua lengan Brandon, sebelum pindah mencubit pipinya pelan. "Makin ganteng juga."

Menyadari kemiripan dari gesture dan gaya bicara pria tersebut dengan Desta, membuat Arini bergidik ngeri. Dia langsung membuang jauh-jauh kenangan tentang mantan suaminya yang bertulang lunak tersebut.

"Bisa aja nih, Om," tanggap Brandon tanpa rasa canggung. Dia memperkenalkan Arini kepada pria itu. "Oh ya, ini istriku, Arini."

Brandon menoleh kepada Arini yang melotot kepadanya. "In, perkenalkan ini Om Georgio. Designer langganan keluarga gue."

"Designer tetap keluarga Harun, sejak Brandon masih kecil banget," imbuh Georgio mengulurkan tangan dengan sorot mata geli.

"Arini, Om," ujar Arini bersalaman enggan.

"Cantik istri kamu, Bran," puji Georgio menangkup ujung ibu jari dan telunjuk di dagu Arini.

Arini lagi-lagi mendelik protes kepada Brandon, karena Georgio tahu status mereka.

"Kenapa sih, Sayang? Orang Om Georgio udah tahu dari sebelum kita nikah kok," terang Brandon tahu arti tatapan istrinya.

Georgio melirik ke arah tangga, pertanda sudah waktunya mereka ke atas sekarang. Bibir berisinya terbuka, sebelum merespons perkataan Brandon barusan.

"Waktu itu Mbak Lisa pagi-pagi udah telepon, suruh siapkan kebaya dan jas buat pernikahan." Georgio mendesah pelan ketika ingat, bagaimana dirinya terkejut mendengar kabar pernikahan dadakan Brandon pagi itu. "Tenang aja, rahasia kalian aman kok. Om nggak akan ember."

"Nggak nyangka aja kamu nikah, Bran. Apalagi sama wanita secantik Arini." Langkah Georgio berhenti tepat di tangga paling atas. Dia mematut Arini lamat-lamat sebelum berujar, "Kamu mau nggak jadi model Om, Arini? Pasti cantik sekali pakai gaun pengantin."

Brandon langsung menarik pinggang Arini dengan sikap possessive. "Nggak, Om. Makasih. Aku nggak mau pamerkan kecantikan istriku ke orang-orang," cetusnya cemas.

Bahaya jika kecantikan Arini terekspos. Bisa-bisa banyak yang mengincar dan menunggu status jandanya untuk kedua kali.

Arini hanya tersenyum sungkan kepada Georgio, seakan meminta maaf akan sikap possessive suaminya.

Georgio malah tertawa, kemudian melanjutkan langkah memasuki salah satu pintu berukuran besar yang ada di sisi kanan. "Kamu itu beruntung sekali loh punya istri kayak Arini, Bran," katanya setelah berada dalam ruangan besar tersebut.

"Lebih dari beruntung, Om. Paket lengkap. Langka," aku Brandon bangga.

Pria berkepala plontos itu mengerling ke arah dua manekin yang mengenakan pakaian pengantin. "Gimana menurut kalian?" Sebelah alisnya terangkat.

Pandangan Arini dan Brandon langsung beralih kepada dua manekin berbalut gaun dan jas pengantin tersebut. Arini mulai menduga-duga maksud dirinya diajak ke sini. Namun, perhatiannya tertumpu ketika memandang gaun pengantin mewah yang ada di depan mata.

Sebuah gaun berdada rendah masih ditutupi kain tipis, agar asetnya tidak terekspos dengan jelas. Beberapa manik menghiasi bagian pinggang, sementara lengan hanya sebatas siku. Jika gaun itu diperuntukkan buat dirinya, tentu saja akan terlihat pas di tubuh ramping Arini.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now