Immortal Witch | Act 9 - Manipulation

Mulai dari awal
                                    

"Tersasar ...." gumam Clare membayangkan kalau Gavin tidak pernah membangunkannya.

"Sialnya lagi poinku banyak menghilang dan nyaris tidak diterima. Dekan bilang seharusnya aku masuk asrama kelas 1, tapi karena kesalahanku, bisa saja aku masuk ke asrama kelas 5—jika ada." Dia cemberut, antara kesal dan tak berdaya.

"Andai kau tidak telambat, kita satu asrama. Tapi apa pun asramanya, ruangannya sama saja, hanya perkumpulannya saja yang berbeda."

"Benarkah? Aku pikir asrama kelas 1 mendapat vip seperti hotel bintang 5, kamar masing-masing dan lebih besar."

"Aku sudah berkeliling dan itu semua sama saja. Tidak perlu cemas tentang poin, kau hanya perlu memperbaikinya."

"Bagaimana?" Dia menatap Clare berharap dapat membantunya.

Clare menggaruk garuk tengkuk yang tidak gatal, bingung harus memberi solusi apa.

"Mungkin kau tanyakan saja pada Dekan."

Ia berdecak dan berkacak pinggang, "Dekan begitu menakutkan dan menyebalkan. Aku tidak mau berhadapan dengannya lagi, namanya saja aku lupa."

"Baru semalam bertemu, sudah melupakannya saja."

"Aku selalu melupakan apa yang tidak ingin aku ingat dan aku benci."

"Well" Clare membaca name-tag di jas, "Zoya Barker—"

"Zoey saja, lebih nyaman Zoey daripada Zoya," sanggah Zoya.

"Zoey, selanjutnya kau akan ke kelas mana?"

Senyumnya merekah lebar. "Divination, aku suka hal yang berbau tentang ramalan. Aku ingin tahu bagaimana masa depanku nantinya, aku ingin tahu siapa jodohku di masa depan agar aku bisa tenang. Kau sendiri?"

"Biologi."

"Ahh, membosankan. Jujur aku phobia darah, aku terlalu polos untuk hal berbau biologi ...."

"Clare!"

Seseorang memanggil. Langkah mereka berhenti dan menoleh ke belakang. Gavin berlari ke arah mereka, terutama ke arah Clare.

"Cepat sekali kau sudah ada disini."

"Ada apa?"

"Kau lupa kita satu kelas? Kita jalan bareng." Dia melirik Zoya.

"Zoya Barker, panggil aku Zoey saja." Zoya mengulurkan tangan dengan senyuman menggodanya. Dia berusaha menarik perhatian dan tetap slay.

Gavin berjabat tangan dengannya, "Gavin."

Zoya terus menatap Gavin dengan dalam, sama seperti ketika ia pertama kali menatap Clare. Penuh kekaguman.

"Zoey, kita satu arah kan?" Gavin tersenyum padanya. Zoya mengangguk senang. Mereka berjalan berdua, meninggalkan Clare yang terlihat seperti orang bodoh.

Clare menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia pun mengikuti, menyamakan langkahnya dengan mereka berdua. Jika dilihat, Gavin dan Zoya cepat akrab.

Clare merasa menjadi nyamuk. Ia melihat ke kanan dan kiri, Zoya dan Gavin, lalu menghela napas. Namun detik berikutnya, lengannya ditahan seseorang dengan kuat memaksanya berhenti. Zoya dan Gavin yang menyadari keabnormalan itu juga berhenti.

"Aku pikir kau sudah mati." Louis 'menyapa' dengan cara tak biasa.

"Malah aku yang ingin kau cepat mati." Clare tersenyum paksa, berusaha melepas pegangannya.

"Dasar anak pelit, tanaman kemarin hanya mengambil 2, bukan 3."

"Hanya kurang satu apa salahnya? Aku hampir mati terjebak di sana kalau tidak ada Jules!"

Immortal Witch ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang