"ATLASSS!"

Sial, suara Reno mampu membuat pengendara lainnya menoleh ke arah mereka. Arsen segera menutup kaca mobil bagian depannya, karena sedikit malu juga.

Sedangkan Reno tidak tahu malu terus berteriak, "LO IKUTIN KITA"

Atlas yang tidak tahu apa-apa hanya megedikan bahunya, saat ia akan menjalankan motornya setelah lampu berubah warna menjadi hijau, Nara menepuk pundak Atlas lalu mengkode dengan kepalanya supaya mengikuti mereka. Akhirnya Atlas mengikuti kemana Nara dan mobil Arsen. Baru saja ia ingin istirahat, sudah di ganggu bocah-bocah ini.

***

Sekarang mereka berkumpul di rumah Arka. Ibu sudah sangat khawatir apalagi ponsel kedua putrinya tidak aktif. Begitupun Papa yang terlihat gusar, karena beliau belum bisa melapor karena keduanya belum menghilang seharian.

"Arka, kamu ingat plat mobil Taksi online yang di pesan kedua adikmu?"

Arka menggeleng. Ia tak melihat plat nya, malahan ia tak mengira jika kejadian ini akan terjadi.

Sedangkan Nara sedaritadi merasa bersalah, harusnya ia mengantar Desya, ia bisa saja telat beberapa waktu hanya untuk mengatar Desya. Ia merutuki kebodohannya sendiri, satu-satu nya yang penting adalah Desya, tapi mengapa bisa-bisa nya ia mengesampingkan gadis itu

Atlas merasa terkejut, pantas saja mereka terlihat khawatir sedaritadi, karena Desya dan Adel menghilang. Dan dengan bodohnya Atlas berniat kabur karena ingin segera istirahat, untunglah.

Ia menoleh ke arah Nara yang menutup wajahnya gusar, ia juga sama khawatirnya dengan mereka. Siapa yang tidak khawatir saat seseorang yang kita sayangi menghilang begitu saja?

"Papa"

Suara panggilan dengan nada lemah terdengar di antara mereka, munculah seorang gadis dengan wajah yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa baik-baik saja, ia berjalan kaki selama hampir 3 jam. Ia juga berjalan dengan keadaan takut, dan menangis.

"Adel" semua menghela nafas, Ayah dan Ibu langsung menghampiri Adel yang terlihat sekali jika kelelahan. Mata nya sembab, hidung nya sangat merah, bahkan pakaiannya sudah sangat lusuh

"Adel, Desya mana?" tanya Nara sambil celingak-celinguk, wajahnya terlihat sekali jika Nara khawatir "Adel, Desya mana?!" ia bertanya lagi, kali ini terlihat panik

"Iya, Adel. Desya mana?" kini giliran Arka dan Vano yang bertanya, Reno dan Rasya saling pandang, ada yang tidak beres, sedangkan Atlas, ia menunggu jawaban dari Adel.

"Papa" lirihnya yang sudah masuk kedalam pelukan Dion, dan di sambut pelukan lega oleh Dion. Sedaritadi ia menghkawatirkan Adel dan "Desya mana?" raut wajah nya tak kalah khawatir dari yang lainnya, sedangkan Ibu sudah tak bisa berkata-kata lagi. Ia tak melihat kehadiran putri nya disana, pikiran-pikiran buruk mendatangi isi kepalanya, bagaimana jika Desya kenapa-napa? bagaimana kalau Desya menghilang? ia hanya mempunyai Desya, ia tak bisa jika...

Ibu pingsan..

Untungnya Dion dengan sigap menahan punggung calon istrinya walaupun dengan satu tangan. Semua langsung membantu Ibu, Arka lah yang langsung membawa Ibu ke kamar tamu yang ada di bawah.

Nara mengusap wajah nya gusar, ia menoleh ke arah Vano dan Reno yang sedari tadi menenangkannya, "Kenapa diem aja?! ayo cari Desya!!" kesal nya karena melihat teman-temannya yang hanya diam tidak melakukan apa-apa "Gue bakal cari Desya sampe ketemu!"

Belum juga Nara melangkah, tangannya sudah di cekal Dion, ia menoleh ke arah calon Papa tiri dari Desya, tatapan Dion sangat lembut, Nara mematung beberapa detik karena ini pertama kalinya ia ditatap seperti ini, terlebih oleh seorang 'Ayah'

"Nak, sudah malam. Sudah lewat pukul sembilan. Kita cari Desya besok pagi, saya juga akan segera menghubungi polisi. Sekarang lihat kondisi kamu" Dion menatap Nara dari atas sampai bawah "Kamu tidak, baik-baik saja. Saya panik, sangat—tapi saya juga harus menjaga sikap, apalagi di depan istri saya yang pastinya membutuhkan penenang. Kamu, dan" Dion menatap ke arah semua teman-teman Nara "Lebih baik beristirahat disini. Kalian hubungi Orang tua kalian, pasti rumah kalian bukan ada di daerah sini kan?"

Mereka mengangguk kaku, merasa terenyuh dengan suara dan tatapan lembut Dion

"Tapi om—"

"Sudah malam Nara, kalau kamu memaksakan mencari Desya, apa kamu tau dimana Desya? saya akan segera menghubungi suruhan saya, mencari keberadaan Desya. Kami semua juga khawatir Nar" Dion mengusap punggung Nara seperti apa yang biasa ia lakukan kepada Arka

"Iya Nar, bener apa kata Papa gue. Kita semua emang khawatir, bahkan gue juga. Lebih baik kita istirahat dulu, kamar gue nampung lo lo pada. Besok shubuh, gue pinjemin baju. Dan gue ngerasa prihatin Nar liat kondisi lo sekarang, lo jauh dari kata baik-baik aja"

Benar apa kata Arka, Nara terlihat sangat stress, rambutnya, wajahnya bahkan penampilannya terlihat acak-acakan, ditambah lagi memang Nara belum makan apapun dari siang tadi, hanya minum air, itupun saat selesai latihan basket.

Akhirnya Nara mengangguk, dalam hati nya sangat khawatir. Ca, lo dimana?

"Ayo, Tlas lo juga nginep disini" titah Arka

Atlas mengangguk, walaupun tak masalah jika pulang, karena masih pukul 10. Namun, di rumah nya tak ada siapa-siapa, jadi tidak ada salah nya menginap di rumah Arka, walau ia belum terlalu dekat, hanya Rasya yang ia kenal

Mereka naik ke atas, dengan Reno yang numpang mandi di kamar Adel, Vano yang numpang mandi di kamar mandi dekat dapur, dan Atlas yang numpang mandi di kamar Arka. Sedangkan Nara, Arka dan Arsen merebahkan tubuhnya menunggu giliran mereka untuk mandi

"Apa ini ada hubungannya sama kejadian lalu?" tanya Arsen, ia tak menutup mata karena Hida pun sering menceritakan apa yang terjadi. Bukannya Hida ember bocor, hanya saja memang sifat Hida terbuka jika kepada Arsen

"Emang apaan?" tanya Arka yang tidak mengerti

Arsen melirik ke arah Nara, seolah hanya Nara yang bisa menjelaskannya sekarang, Arka mengikuti arah pandang Arsen, menatap ke arah Nara

"Gue yakin kalau ini ada hubungannya sama kejadian dulu. Desya sering diikutin orang, dia sering ngerasa ketakutan, bahkan saat Desya sendirian di rumah pun masih ada yang ngawasin dia di luar rumah nya" itu Vano muncul tiba-tiba dan sudah siap dengan pakaian yang ia pinjam kepada Arka

"Dulu Desya ga pernah cerita, apa-apa. Tapi tanpa sepengetahuan dia, Gue, Reno, Arsen bahkan Rasya dan Atlas, selalu awasin rumah Desya, diem-diem kita cari tahu, bahkan kita ga bisa lengah gitu aja. Karena sekali aja kita lengah, pasti ada kejadian yang nimpa si Desya" lanjutnya, ia melirik ke arah Nara bagaikan sedang menyindir Nara yang saat itu terlalu percaya kepada Tania

"Fakta mengejutkan pun memang terjadi disini" ucap Reno sambil tersenyum miring

Nara bangkit dari tidurnya mengubah posisinya menjadj duduk, ia tahu jika teman-temannya sedang menyinggung dirinya

"Maksud lo?" tanya Nara tanpa mau membahas tentang sindiran kedua manusia tak berahlak ini

"Lo itu terlalu tolol Nar. Kejadian kaya gini aja lo masih mikir, lo emang ga mikir kalau si Desya ilang sekarang ulah si Tania?!" Vano benar-benar merasa emosi saat melihat wajah Nara yang tidak karuan, bagaimana mungkin pikiran Nara se pendek itu?

"Gue bakal cari dia sekarang!"



Aduh mon maaf banget, telat banget ini up nya:(
Mon di maklum ya temen-temen, soalnya lumayan sibuk sih, apalagi mau ketemu sama ujian-ujian jadi banyak yang harus di siapin:(

Gimana kabarnya? semoga kalian selalu sehat yaaaa.
Daring nya gimana? lancarrrr? semoga lancar dan otak nya selalu fresh yaaa😀

Maaf bangetttttt, banget-banget inimah. Semoga kalian suka ya sama part yang gimana mood ini xixi

Oh iya, mau ucapin makasih banyak buat kalian yang nunggu cerita ini, terharu dan ga nyangka juga😭❤️

Sayang banget lah sama kalian mah😭

Sampai bertemu Nara dan yang lainnya di part selanjutnya👋🏻

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now