-DEEP-

By andinienggar

81.3K 6.3K 309

[COMPLETED] Memang awalanya tidak ada yang aneh, semua berjalan mulus selama lima tahun lamanya. Namun sua... More

DEEP [SATU]
DEEP [DUA]
DEEP [TIGA]
DEEP [EMPAT]
DEEP [LIMA]
DEEP [ENAM]
DEEP [TUJUH]
DEEP [ DELAPAN]
DEEP [ SEMBILAN]
DEEP [ SEPULUH]
DEEP [SEBELAS]
DEEP [DUA BELAS]
DEEP [TIGA BELAS]
DEEP [EMPAT BELAS]
DEEP [LIMA BELAS]
DEEP [ENAM BELAS]
DEEP [TUJUH BELAS]
DEEP [ DELAPAN BELAS]
DEEP [SEMBILAN BELAS]
DEEP [DUA PULUH]
DEEP [DUA PULUH SATU]
DEEP [DUA PULUH DUA]
DEEP [DUA PULUH TIGA]
DEEP [DUA PULUH EMPAT]
DEEP [DUA PULUH LIMA]
DEEP [DUA PULUH ENAM]
DEEP [DUA PULUH TUJUH]
DEEP [DUA PULUH DELAPAN]
DEEP [DUA PULUH SEMBILAN]
DEEP [TIGA PULUH]
DEEP [TIGA PULUH SATU]
DEEP [TIGA PULUH DUA]
DEEP [TIGA PULUH TIGA]
DEEP [TIGA PULUH EMPAT]
DEEP [TIGA PULUH LIMA]
DEEP [TIGA PULUH ENAM]
DEEP [TIGA PULUH TUJUH]
DEEP [TIGA PULUH DELAPAN]
DEEP [TIGA PULUH SEMBILAN]
DEEP [EMPAT PULUH]
DEEP [EMPAT PULUH SATU]
DEEP [EMPAT PULUH DUA]
DEEP [EMPAT PULUH TIGA]
DEEP [EMPAT PULUH EMPAT]
DEEP [EMPAT PULUH LIMA]
DEEP [EMPAT PULUH ENAM ]
DEEP [EMPAT PULUH TUJUH]
DEEP [EMPAT PULUH DELAPAN]
DEEP [EMPAT PULUH SEMBILAN]
DEEP [LIMA PULUH]
DEEP [LIMA PULUH SATU]
DEEP [LIMA PULUH DUA]
DEEP [LIMA PULUH TIGA]
DEEP [LIMA PULUH EMPAT]
DEEP [LIMA PULUH LIMA]
DEEP [LIMA PULUH ENAM]
DEEP [LIMA PULUH TUJUH]
DEEP [LIMA PULUH DELAPAN]
DEEP [LIMA PULUH SEMBILAN]
DEEP [ENAM PULUH]
DEEP [ENAM PULUH DUA]
DEEP [ENAM PULUH TIGA]
DEEP [ENAM PULUH EMPAT]
DEEP [ENAM PULUH LIMA]
DEEP [ENAM PULUH ENAM]
DEEP [ENAM PULUH TUJUH]
DEEP [ENAM PULUH DELAPAN]
DEEP [ENAM PULUH SEMBILAN]
DEEP [TUJUH PULUH]
DEEP [TUJUH PULUH SATU]
DEEP [TUJUH PULUH DUA]
DEEP [TUJUH PULUH TIGA]
DEEP [TUJUH PULUH EMPAT]
DEEP [TUJUH PULUH LIMA] EPILOG

DEEP [ENAM PULUH SATU]

116 18 8
By andinienggar

Selamat membaca!!

...

.....

.......

..........

Beberapa jam sebelum Dekka membuka handphonenya...

Quinta menuruni tangga rumahnya. Mamanya bilang jika teman-temannya sudah datang sejak beberapa menit yang lalu. Benar saja, Quinta melihat teman-temannya sedang duduk di ruang tamu dengan gak punyya malu maen comot makanan yang ada di meja. 

Quinta bergumam sendiri sambil meneplak jidatnya, "Susah amat dah punya temen rakus semua kek manusia terlantar" 

Arel yang melihat kedatangan si empunya rumah cuma nyengir sambil mulutnya masih penuh dengan kue kering yang ia jejalkan entah berapa biji. 

"Kagak pada makan sebulan lo?"

semua yang di situ langsung ngakak mendengar celetukan Quinta.

"Abis laper banget anjir! Ya ga gais?" Gladis dengan santainya nyeletuk tanpa dosa.

"Heem yang punya rumah kagak peka,"

"Bilang aja anjir kalo minta suruh bikinin makanan mah," Quinta melengos.

"Nah, gini nih, ini baru namanya peka." Nila memberikan jempol tepat di depan muka Quinta.

"Iya-iya gue bikinin abis ini, tapi bentar deh kalian pada inget kan tujuan ke sini ngapain?"

seketika semua hening. Kegiatan kunyah mengunyah mendadak berhenti. Semua memandang satu sama lain. Tampaknya tiba-tiba pikiran mereka berjelajah ke satu waktu yang sama. ke kejadian yang sama. Apalagi jika bukan tentang Abel dan Dekka. Yah, hari ini tepat dua tahun mereka kehilangan manusia itu tanpa jejak, tanpa kabar. Hilang bagai ditelan bumi. 

Arel tiba-tiba berdiri, ia menaruh makanan dipangkuannya. Ia mengajak semua duduk di karpet dan melingkar. semua sudah hafal, jika seperti ini maka akan ada sesuatu yang perlu dibahas. ketika semua sudah duduk dan nyaman di posisinya, Arel berdehem dan membuka pembicaraan.

"Kalian semua tahu kan kalo hari ini tepat 2 tahun kita semua kehilangan Abel dan Dekka. Sampai sekarang satu di antara kita pun sama sekali engga ada yang tahu gimana keadaan mereka berdua, di mana mereka sekarang?"

semua mengangguk. 

Tiba-tiba udara di sekitar mereka menjadi sesak. Seperti oksigen yang berubah menjadi karbondioksida. Semuaa tetiba terseret ke moment-moment indah bersama dua manusia itu. 

"Kita harus gimana lagi?" terdengar suara Gladis menahan tangis. Semua tahu, Gladis sangat sesak dengan kehilangan gadis cerianya itu. 

"Gue punya ide, gimana kalo semisal kita hubungin mereka berdua, lagi. This is the last one. Yang terakhir kali. kalo sampe ga bisa, masing-masing dari kita siap merela. Bukan merela dalam arti engga nganggep sahabat. Tapi merela untuk menunggu tanpa mencari mereka sampe mereka ngasih kabar lagi. Gimana?"Usul Nila.

"No!" Tegas Arel.

"Tapi Rel ini udah dua tahun! Dan kita harus rela buat nunggu mereka yang ngabarin kita!" Suara Nila meninggi.

"Ya gue tau Nil. Tapi seenggaknya kita berusaha terus kan?"

"Lo pikir selama ini kita ga usaha? dua tahun Rel!"

"Stoped! bisa ga gausah pake emosi!" Gladis menengahi. 

"Oke  gais, kalem. Gausah pake emosi. Oke-Oke. Kita sekarang ngehubungin mereka berdua. Urusan gimana-gimananya kita bahas abis makan. Oke?"

Semua mengangguk. 

Quinta mengambil Handphonenya. Discrollnya kontak yang dia cari. Pertama dia memencet nomor Abel. Quinta menghela nafas sejenak. Menatap teman-temannya sekaan meminta persetujuan. Semua mengangguk,  dan dengan ragu Quinta memencet lambang telfon pada handphonenya. 

Di louspeaker handphonenya agar semua mendengar. Setelah menunggu beberapa saat, tak ada jawaban dari sang empu nomor. Yang ada suara operator yang menyatakan bahwa nomer tersebut tidak aktif.

Detik itu juga semua menghela nafas pasrah. Harapan seperti terbang begitu saja meninggalkan mereka jauh-jauh. Air mata sudah tidak bisa mengalir lagi. Abel. Abel mereka yang ceria entah hilang di telan bumi mana. Abel mereka benar-benar lenyap.

Gladis langsung terisak dipelukan Nila. Dia langsung merasa bahwa gadis itu tidak akan kembali lagi. Tidak akan pernah.

"coba Ta, hubungin Dekka"

Quinta mengangguk. 

Di carinya kontak Dekka, lagi. Semua menatap dengan pasrah. Mereka sudah tidak berharap banyak. Takut akan dijatuhkan oleh kenyataan yang pahit.

Mereka menunggu beberapa saat,  dan di luar dugaan. Telfon tersebut diangkat. Semua yang ada di sana seketika terbelalak matanya. Merasa sedang dalam mimpi.  Sedetik kemudian terdengar suara sang empu pemilik nomor.

"Hallo? Ta? "

Seketika itu juga entah kenapa setengah harapan mereka seperti kembali lagi. Yah setengah. Senyum sedikit-sedikit merekah di wajah mereka. Mereka tahu, itu adalah suara sahabat mereka yang selama ini mereka cari. Yah itu suaranya dia.

Dengan nada bergetar, Quinta menjawab telfon tersebut.

"Dek-kka, l-lo di-mana? "

"Gue di rumah. Gue butuh penjelasan sama ini semua. Abel ke mana? Gue butuh penjelasan Ta. Tolong gue" Terdengar suara menahan isyakan dari sana

"oke tenang Ka,  lo sekarang ke rumah gue. Lo bisa jelasin semua. Gue lagi sama anak-anak. Kita selesein dan cari solusi sama-sama"

"oke gue otw"

Sambungan telfon terputus.

"Dekka otw ke sini. Kayaknya dia baru tau kalo Abel ilang"

Semua terheran-heran. Padahal mereka kira Abel dan Dekka melakukan pelarian bersama-sama. Atau paling tidak gadis itu memberitahu ke mana ia akan pergi kepada Dekka. Akan tetapi kenyataannya Dekka saja sama sekali tidak tahu. 

"oke kita tunggu Dekka ke sini"

Semua mengangguk setuju.

Lima belas menit mereka menunggu, terdengar pintu rumah Quinta di ketok.

"bentar gue bukain dulu"

Quinta berdiri dan membukakan pintu. Di hadapannya berdiri seorang cowok dengan rambut acak-acakan tidak karuan, matanya sembab dan sayu. Di tangannya tergenggam sebuah amplop. 

"Dekka? Lo kenapa? Masuk ayok"

Ketika Dekka mengekori Quinta dari belakang dan sampai di ruang tamu, semua mata tertuju pada Dekka. Tanpa aba-aba Arel langsung berlari menghampiri kembarannya itu. Mereka saling melepas rasa rindu.

"Anjir lu kemana aja bangsat!"

Yang ditanya cuma nyengir tidak ikhlas.

Semua merasa terharu, satu sahabat mereka akhirnya berhasil kembali dalam ikatan mereka. Akhirnya setelah dua tahun, satu dari dua yang hilang kembali lagi.

Dekka dan Arel duduk bergabung.

"Lo kenapa Ka? Mata lo?"

"Ini, gue dateng ke sini mau nanyain soal ini" Dekka menunjukkan amplop di genggamannya.

"Loh itu kan? Dari Abel bukan?"

Dekka mengangguk.

"Nah, ini kan?"

Quinta menunjukkan amplop yang di terimanya.

"Sumpah gue ga paham, dia kenapa ngilang gitu aja. Gue salah. Gue salah sama dia. Gue pengen banget ngomong sama dia yang sebenernya."

"tenang Ka, maksud lo apa? Apa isi surat ini?" Arel menatap heran Dekka. Jika Dekka sudah kalut seperti ini,  maka ada sesuatu yang dikatakan gadis itu perihal masalah yang besar.

"Kalian baca sendiri" Dekka menyerahkan suratnya kepada Arel.

Semua mengerubungi Arel. Arel membuka surat yang diberikan Dekka. Semua yang mengerubungi Arel sama halnya dengan Arel. Mempersiapkan jantung dan hati mereka untuk menerima segala hal di balik surat itu nanti.

Amplop berhasil di buka. Dengan hati-hati Arel membuka surat itu. Pelan-pelan mereka membaca seksama surat yang di bawa Arel.

Beberapa saat kemudian, tangan Arel lemas. Surat yang ada di tangannya terlepas begitu saja. Kakinya seperti jelly. Sekali lagi,  sekali lagi gadis itu benar-benar membuatnya dirundung rasa bersalah yang teramat dalam.

Sekali lago gadis itu benar-benar membuat hatinya mencolos begitu saja dari tempatnya. Ia benar-benar tidak tahu jika gadis itu begitu merelakan segala hal untuk kebaikan orang-orang yang dicintainya. Ia benar-benar tidak tahu bahwa gadis itu harus melepas genggaman orang yang disayanginya demi kebahagiaan bersama-sama. Sungguh jika ada orang yang harus di hajar habis-habisan karena melukai hati gadis itu adalah Arel.

Quinta menatap Gladis penuh makna. Sungguh Abel sangat rapi dalam menyembunyikan segala perasaanya. Sampai rasa untuk Dekka masih ada saja mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Quinta langsung memeluk Gladis. Berusaha menyalurkan ketenangan. Takut Gladis kalap dan menyalahkan siapa-siapa.

Nila dan Aruna bertatap-tatapan. Sungguh gadis itu pandai bersandiwara dalam menutupi segala rasa sukanya dari Dekka. Sungguh saat itu juga Nila rasanya ingin meminta beribu-ribu maaf kepada gadis itu. Dalam pelukan Aruna,  Nila menahan isakan. Sungguh dia sekarang dirundung masalah berkali-kali lipat hebatnya. Bagaimana bisa gadis itu dengan apik menata bahagia orang lain dengan cara merelakan bahagianya sendiri? Sungguh jika Nila tahu gadis itu menyayangi Dekka, ia akan mengatakan pada Dekka saat itu juga bahwa ada gadis yang luar biasa menunggu cintanya. 

Semua sedang dirundung rasa bersalah yang teramat besar. Memang benar gadis itu terus berusaha menali pati hidup mereka dengan bahagia, membuat mereka tetap salam satu lingkaran yang sama,  namun dia ssendiri malah menalikan pita pada hidupnya yang mudah untuk dilepas ikatannya oleh siapa saja. 

Sekarang sempurna, mereka tidak bisa menjaga gadis itu untuk tetap dalam poros mereka. Padahal selama ini gadis itu berusaha dengan cara apapun agar poros mereka tidak terlepas satu sama lain. 

Sedang Dekka terus di landa rasa bersalah. Bodohnya dia telah menyia-nyiakan gadis baik itu. Sungguh perasaannya sekarang hanya untuk gadis itu dan dia baru menyadari hal itu setelah semuanya lenyap.

Sekarang yang dapat mereka lakukan adalah menguatkan satu sama lain dan bersama-sama mencari bagian puzzle mereka yang hilang. Mungkin saja semesta ingin mereka tahu bahwa saling menjaga dan memahami adalah kunci dari persahabatan itu sendiri.

🌊🌊🌊

SELAMAT MEMBACA ❤

Continue Reading

You'll Also Like

68.9K 7.3K 46
[[E N D !]] ❝He's chanyeol. To be honest!❞ Bersumpah kepada dirinya sendiri, tidak akan pernah jatuh hati kepada chanyeol yang notabenenya ialah b...
5.8K 462 28
"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang...
3.3M 169K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.5M 50.8K 21
Farah adalah gadis yang sangat beruntung-wajah yang jelita, kekayaan yang dimiliki keluarganya, dan laki-laki yang menginginkannya ke mana pun dia pe...