-DEEP-

Por andinienggar

81.3K 6.3K 309

[COMPLETED] Memang awalanya tidak ada yang aneh, semua berjalan mulus selama lima tahun lamanya. Namun sua... Más

DEEP [DUA]
DEEP [TIGA]
DEEP [EMPAT]
DEEP [LIMA]
DEEP [ENAM]
DEEP [TUJUH]
DEEP [ DELAPAN]
DEEP [ SEMBILAN]
DEEP [ SEPULUH]
DEEP [SEBELAS]
DEEP [DUA BELAS]
DEEP [TIGA BELAS]
DEEP [EMPAT BELAS]
DEEP [LIMA BELAS]
DEEP [ENAM BELAS]
DEEP [TUJUH BELAS]
DEEP [ DELAPAN BELAS]
DEEP [SEMBILAN BELAS]
DEEP [DUA PULUH]
DEEP [DUA PULUH SATU]
DEEP [DUA PULUH DUA]
DEEP [DUA PULUH TIGA]
DEEP [DUA PULUH EMPAT]
DEEP [DUA PULUH LIMA]
DEEP [DUA PULUH ENAM]
DEEP [DUA PULUH TUJUH]
DEEP [DUA PULUH DELAPAN]
DEEP [DUA PULUH SEMBILAN]
DEEP [TIGA PULUH]
DEEP [TIGA PULUH SATU]
DEEP [TIGA PULUH DUA]
DEEP [TIGA PULUH TIGA]
DEEP [TIGA PULUH EMPAT]
DEEP [TIGA PULUH LIMA]
DEEP [TIGA PULUH ENAM]
DEEP [TIGA PULUH TUJUH]
DEEP [TIGA PULUH DELAPAN]
DEEP [TIGA PULUH SEMBILAN]
DEEP [EMPAT PULUH]
DEEP [EMPAT PULUH SATU]
DEEP [EMPAT PULUH DUA]
DEEP [EMPAT PULUH TIGA]
DEEP [EMPAT PULUH EMPAT]
DEEP [EMPAT PULUH LIMA]
DEEP [EMPAT PULUH ENAM ]
DEEP [EMPAT PULUH TUJUH]
DEEP [EMPAT PULUH DELAPAN]
DEEP [EMPAT PULUH SEMBILAN]
DEEP [LIMA PULUH]
DEEP [LIMA PULUH SATU]
DEEP [LIMA PULUH DUA]
DEEP [LIMA PULUH TIGA]
DEEP [LIMA PULUH EMPAT]
DEEP [LIMA PULUH LIMA]
DEEP [LIMA PULUH ENAM]
DEEP [LIMA PULUH TUJUH]
DEEP [LIMA PULUH DELAPAN]
DEEP [LIMA PULUH SEMBILAN]
DEEP [ENAM PULUH]
DEEP [ENAM PULUH SATU]
DEEP [ENAM PULUH DUA]
DEEP [ENAM PULUH TIGA]
DEEP [ENAM PULUH EMPAT]
DEEP [ENAM PULUH LIMA]
DEEP [ENAM PULUH ENAM]
DEEP [ENAM PULUH TUJUH]
DEEP [ENAM PULUH DELAPAN]
DEEP [ENAM PULUH SEMBILAN]
DEEP [TUJUH PULUH]
DEEP [TUJUH PULUH SATU]
DEEP [TUJUH PULUH DUA]
DEEP [TUJUH PULUH TIGA]
DEEP [TUJUH PULUH EMPAT]
DEEP [TUJUH PULUH LIMA] EPILOG

DEEP [SATU]

7.4K 329 6
Por andinienggar

Haii guys!!
Ceritaku kali ini aku ikutkan dalam WWF2019 nih!! :)
Dukung aku ya di lomba ini :)
Kalian juga ikutan kuy!
Bisa menambah pengalaman lho.
.
..
...
....
.....
......

Seorang gadis sedang duduk di kelas dengan perasaan gelisah. Matanya sedari tadi tak lepas pandangannya dari hujan di luar sana. Bahkan pelajaran sejarah yang paling disukainya pun tidak digubriskan.

Tubuhnya memang ada di kelas, namun pikirannya melayang layang kepada pesan digrup semalam. pesan itu membuatnya baru bisa tidur pukul 3 dini hari. Alhasil matanya kini dihiasi lingkaran hitam.

Dia merasakan gelisah dan bahagia pada waktu yang bersamaan. Antara ingin tidak menemui dan menemui.

Apa yang akan dilakukannya nanti jika bertemu dengan manik mata abu abu itu? Apa yang akan terjadi pada hatinya nanti jika melihat wujudnya lagi?

Berulang kali gadis itu menghela napas. Sampai akhirnya gelembung gelembung hitam yang sejak tadi membayanginya buyar akibat senggolan dibahunya.

"St..stt..Bel, lo dipanggil bu Siti tu! Heh!" bisik Anya, teman sebangkunya Abel.

"Hah?" Abel kaget bukan main. Ketika dia mengarahkan pandangannya ke depan, ia mendapati Bu siti dengan tatapan membunuh.

Abel meneguk salivanya susah payah.

"Amabel Aracellina Livia!"

"Iy-ya bu?" jawab Abel terbata bata.

"Kamu kenapa ngelamun terus dari tadi? Gak biasanya kamu melamun pas jam pelajaran saya." Terang bu Siti.

"Maaf bu, saya lagi gak enak badan." jawab Abel yang jelas jelas berbohong.

"Ya sudah, kali ini ibu maafkan. Jangan di ulangin lagi ya?"

"Baik bu." Abel menganggukkan kepalanya.

"Mari kita lanj-"

Kringg!! Kring!! Kring!! Kring!!

Semua siswa di kelas XI IPA 3 berteriak histeris karena mendengar bel tanda pulang berbunyi dengan nyaring.

Semua siswa berkemas kemas.

"Berhubung sekarang jam pulang, saya akhiri pelajaran hari ini. Selamat sore."

"sore bu."

Bu siti melangkahkan kaki keluar kelas.

Satu persatu siswa kelas XI IPA 3 keluar dengan muka bahagia karena terbebas dari pelajaran sejarah yang membuat siapa saja akan tertidur dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Biasanya Abel antusias ketika mendengar bel pulang sekolah. Namun kali ini dia nampak tak bersemangat. Rasanya dia ingin mengulur jam pelajaran lebih lama lagi.

"Bel? Mau bareng kagak?" tanya Anya yang sudah siap dengan tas yang nangkring di punggungnya.

"Duluan aja An."

Anya menganggukkan kepalanya lalu melangkah keluar kelas. Kini hanya tersisa Abel saja yang ada di kelas. Dia masih setia duduk di kursinya sedari tadi. Matanya langsung membelalak ketika handphonenya menyala. Menandakan ada notifikasi yang masuk.

Abel sudah bisa menduga, itu pasti dari grup yang membuatnya terjaga sampai pagi.

Anak anak ayam (7)

Quintancuk : posdim?

Gladisancuk : persis di samping elo Ta

Quintancuk : bukan elo Dis, kita kan satu sekolah, dan elo lagi sama gue ogeb -_-

Gladisancuk : lupa 🙈

Anilancuk : ternyata lemot masih menjadi predikat abadi lo Dis 😝

Gladisancuk : 😒

Arel Alien bumi : gue lagi ada di supermaket depan sekolah, pada mau nitip kagak?

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Arel alien bumi : P

Anilancuk : kaga usah spam juga mas bikin hp lemot lu -_-

Arel alien bumi : hp jadul sih

Anilancuk : Y

Arunancuk : Gue rel nitip susu coklat dua

Anilancuk : gue sama kayak Runa

Quintancuk : gue freshtea melati dua

Gladisancuk : gue susu milo dua

Arel Alien bumi : Abel apaan nih? Dia kemana sih?

Quintancuk : freshtea apel dua Rel

Dekkancuk : gue rel, bintang satu. Gue lagi ada di mbak mbak seblak, cabenya pada berapa?

Arel Alien bumi : satu aja takut boker terus😶

Quintancuk : tiga Ka, biar pedes kayak omongannya Arel

Gladisancuk : kaga pake cabe

Arunancuk : samain kayak Arel (2)

Anilancuk : samain kayak Arel (2)

Dekkancuk : Abel berapa sendok? Ini bocah kemana sih?

Gladisancuk : tiga sendok Ka

Arel alien bumi : jangan banyak banyak Ta cabenya, elo kan udah cabe ups 🙈

Quintancuk : brisik! -_-

Arunancuk : Abel mana elah, gue kan tadi berangkatnya bareng Abel, lha ini anak malah ngilang, gue ke sana naik apaan elah :(

Quintancuk : udah jalan kaki aja, biar nambah kurus 😝

Gladisancuk : Runa kan udah kurus, nanti kalo gepeng gimana? Udah rata gepeng pula 😶

Arunancuk : apa salah dan dosaku sayang 🎶🎤

Arel alien bumi : anjj pengen dosa takut ngakak 😂😂

Dekkancuk : Gue oteweh dari mba mba seblak

Arel alien bumi : gue otewe dari supermarket mampir pom

Quintancuk : Gue otewe dari toko snack sama Gladis

Anilancuk : Gue otewe dari toko buah

Arunancuk : Abel lo dimana!? -_- gue nunggu di parkiran depan mobil elo fast

Amabelara : otewe Na, cakenya udah gue bawa, tadi di anter sama bang Gio

Abel menghela napasnya sekali lagi.

Oke Abel, lo gak boleh lari, apapun yang terjadi lo harus hadapi. Lo Abel yang kuat!

Abel memasukkan handphonennya. Mengemasi barang barangnya. Dan menggendong tasnya melangkah menuju parkiran.

Dan benar saja, sesampainya di parkiran dia melihat Aruna sedang bersandar di mobilnya. Melihat kedatangan Abel, Aruna langsung membombardir dengan pertanyaan.

"Ya ampun Abel! Lo kemana aja sih? Di hukum sama dady Fajar? Rok elo robek? Lo bocor? Lo sakit? Lo dapet jatah piket?" Aruna mengucapkannya dalam satu tarikan napas.

"Udah?" Abel memutar matanya jengah.

"Ya ampun Abel, lo tau kagak? Gue nunggu lo udah satu jam di sini dan gue hampir lumutan!"

"Gak usah lebay deh, belum nyampe 15 menit juga."

Aruna nyengir kuda.

Abel diam, dia langsung masuk ke dalam mobil disusul Aruna. Dalam waktu singkat mobil Abel meninggalkan parkiran.

Butuh waktu 20 menit dari sekolah menuju rumah Dekka. Dan selama itu pula Abel hanya diam. Sedari tadi dia nampak gusar.

"Bel? Are you okay?" Aruna menatap Abel lekat-lekat.

"Yes I'm okay." Abel berusaha meyakinkan Aruna dengan senyumannya.

Aruna menganggukkan kepalanya.

Perhatiannya beralih pada musik di mobil Abel. Dia memencet tombol, berusaha mencari musik yang pas di telinganya. Setelah mendapatkan yang pas, dia menyandarkan diri di jok mobil. Memejamkan mata dan menikmati setiap alunan musik yang diputar.

Diam diam Abel bernapas lega. Untung saja tadi yang bertanya Aruna. Coba saja yang Bertanya Quinta atau Gladis, pasti dia sudah tertangkap basah karena memberikan jawaban bohong. Abel merasa dewi fortuna sedang berpihak padanya kali ini.

🌊🌊🌊

Akhirnya mereka sampai di depan rumah megah bernuansa serba putih. Tempat itu masih sama. Tidak ada yang berubah barang seinchi pun. Bahkan satpam penjaga rumah ini masih orang yang sama. Dan tentu saja satpam itu masih hafal dengan dirinya. Karena dahulu dia sering sekali ke rumah ini.

Abel menarik napas dalam-dalam. Dia tidak bisa diam seperti ini. Aruna sudah duluan masuk. Sedangkan dia masih berdiam di sini sejak 5 menit yang lalu. Dia harus memberanikan dirinya jika tidak ingin di curigai oleh sahabat-sahabatnya.

Oke Abel, C'mon! Lo harus tanggung semua resikonya. Lo kuat Abel! Lo pasti bisa!

Setelah menyemangati dirinya sendiri berulang kali, dia keluar dari mobil dan melangkahkan kaki memasuki rumah berpintu ukiran mawar. Pintu itu terbuka lebar, sehingga tawa yang menggelegar terdengar dari luar.

Hati Abel diselimuti bahagia ketika mendengar tawa itu. Sungguh ia sangat rindu dengan momen seperti ini.

"Abel? Ngapain lo di situ? Masuk atuh, udah kayak patung penjaga pintu aja lo." Ternyata Arel melihatnya. Sontak semua mata tertuju padanya.

Abel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menetralkan wajahnya dan jantungnya.

"Ini baru mau masuk." Abel nyengir. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Abel!!!!!" Quinta dan Gladis memeluk Abel, menyerbu gadis itu.

Abel yang diserbu tertawa dan membalas pelukan mereka.

"Mau dong di peluk." Arel menunjukkan muka mupengnya.

"Nih peluk!" Abel menunjukkan kepalan tangannya sekaan memberi isyarat jika akan meninju Arel.

"Galak bener buk." Sewot Arel.

Semua tertawa.

"Nambah semok aja lo Bel." Quinta menyenggol bahu Abel.

"Biar bisa gebet om-om, dapet duit banyak. Dari pada sama dedeq emesh makan janji janji manis doang." ucap Abel ngaco. Tangannya kini meraih bungkusan kuaci dan memulai mengupasinya.

"Makin cabe ah Bel." Arel nimbrung. Tangannya sibuk mengutak atik senar gitar di pangkuannya.

"Siapa?"

"Elo." jawab Arel santai.

"Elo terong terongan! Dasar playboy cap kampungan lo!" Jawab Abel telak.

"Ganteng alim gini masih aja di bilang playboy, salah apa gue?" Arel memelas.

"Banyak!" Abel menjulurkan lidahnya.

"Lo tadi kenapa gak ngerespon grup?" Arel menatap Abel.

"Lowbat hp gue." tentu saja Abel bohong.

"Dedeq emesh apa kabar Bel?" Aruna membuat topik baru. Tanganya sibuk mengupas mangga.

"Apaan?" Abel mengerutkan dahinya.

"Halah, gak usah jaim deh, lo habis putus kan ama dedeq emesh?" Aruna menaik naikkan alisnya.

"Hah? Beneran lo sama dedeq emesh? Sejak kapan lo suka berondong?" Gladis yang awalnya fokus menonton oppa oppa koreanya, langsung mematikan vidionya dan berterika heboh.

"Abel kita sudah besar ternyata." Arel bertepuk tangan bangga seolah Abel baru saja mendapat medali emas dalam sea games.

"Mama geng kita ternyata makin gila aja nih."

"Apaan sih? Siapa tadi? Dedeq emesh? Demi apapun GUE GAK PACARAN SAMA DEDEQ EMESH! APALAGI DI PUTUSIN! BIG NO! lagian lo denger dari siapa sih Na? Bisa bisanya lo bilang kek gitu." kata Abel berapi api.

"Selow aja keles mbak."

"Mama geng kita ternyata makin galak." terang Nila

"B aja dong, gue kan juga cuma denger dari anak anak." Aruna membela diri.

"Dasar tukang gosip everywhere!"

"Kaca woy kaca!"

"Bodok!" Abel cemberut. Kini tangannya di lipat di depan dada.

Semu langsung tertawa kecuali Abel. Karena Abel lah yang menjadi bahan tawaan. Mereka selalu suka jika membuat Abel kesal seperti tadi.

"Seblak datang!!" semua mata langsung tertuju ke arah sumber suara. Menyambut sang pembawa seblak dengan mata berbinar binar.

Deg!

🌊🌊🌊

Holla! Jangan lupa vote dan comment ya!
Tunjukkan diri kalian dengan cara meninggalkan jejak vote dan comment di cerita ini.

Selamat membaca! (:
Salam jomblo!

Seguir leyendo

También te gustarán

39.4K 5.2K 34
❝ Karena air mata yang jatuh dulu, adalah tabungan kebahagiaan di masa depan. Dan tawa yang tergelak sekarang merupakan tanggungjawab yang harus dite...
125K 9.9K 44
Awalnya Savana bertekad untuk naik gunung karena ingin membuktikan pada mantannya bahwa ia bisa. Ia tidak ingin diremehkan. Sampai ia ikut organisas...
5.8K 462 28
"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang...
58.2K 4K 46
"Kenapa lo manggil gue Va? Orang lain biasanya manggil gue Rev," tanya Reva. "Soalnya gue juga dipanggil Ref. Aneh aja, kayak manggil diri sendiri,"...