Perfect

By AnnisaKhairani22

207K 13.4K 932

[Sequel : Promise] Aku tak tahu, mana yang benar. Yang ku tahu pasti, bahwa cinta tak terbalas memang menyaki... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 42
Bagian 43
Epilog

Bagian 41 : Gita's Letter

4.3K 246 56
By AnnisaKhairani22

Mulai saat ini, hari ini,
menit dan detik ini,
aku memutuskan untuk
Berhenti berjuang meraih hatimu.
Aku tau kau menyayangiku
walau sebatas sahabat.
Dan menyadarkanku
bahwa cintamu memang
tak akan pernah hadir untukku.

Biar musim berganti.
Biar bulan berganti tahun.
Biar rasa ini tumbuh,
hingga suatu saat akan gugur
layaknya dedaunan dimusim gugur,
terbang terhembus angin
hingga menemukan tempat baru..
Entah dimana.
Aku pun tak tahu..

Terima kasih
pernah membuat hari hari ku
lebih indah.
Dan membuatku paham
bagaimana rasa mencintai namun tak dicintai.
Rasa harap untuk memiliki dirimu yang tak mungkin kugapai.

Van, i wish you happier with her. My beautiful bestie ever :)

-Gita-

***

Siang itu suasana lapangan SMA Merpati tengah ricuh. Dimana semua angkatan yang akan lulus tahun ini tengah berkumpul dan bersorak sorai seakan mengatakan mereka telah bebas dari ikatan Ujian Nasional yang telah dinanti 3 tahun.

Ya. Ujian Nasional telah berakhir.

Banyak yang tertawa bersama sahabat.

Ada juga yang menangis seakan berat melepaskan sahabat yang telah menemani dibangku SMA.

Namun berbeda dengan Vano.

Ia hanya duduk diam di rooftop sambil menatap sepucuk kertas digenggamannya.

Gita.

Gadis itu pergi.

Tepat dihari ini, setelah selesai UN, Vano hanya mendapat surat ini dari Michele.

Surat terakhir dari Gita.

Setelah membaca surat Gita, Vano menghela nafasnya panjang hingga kemudian menatap ke arah lapangan sekolahnya yang tampak ramai saat itu.

Namun tetap saja mata Vano tertuju pada satu gadis yang selalu menjadi alasan utamanya untuk tersenyum.

***

"Yeay! Akhirnya kita lulus!  Gue seneng banget! " Teriak Michele antusias.

Shilla dan Milly pun ikut melompat dan tertawa bahagia bersama.

Namun, tiba tiba Shilla merasakan keanehan diantara mereka.

Shilla pun melepas rangkulannya dari pundak Milly dan Michele.

"Eh bentar bentar." Ujar Shilla.

"Kenapa Shil?"

"Gita dimana?"

Michele dan Milly hanya saling melempar tatap.

"Gatau." Ujar Michele sambil menaikkan bahunya tanda tak tahu.

"Karena dia selesai luan, gue gatau dia kemana. Tapi tadi dia sebelum keluar ruangan sempet nitip surat gitu sih ke gue." Ujar Michele.

Shilla mengernyitkan dahinya "Surat?  Surat apa?"

Michele menaikkan bahunya kemudian menurunkannya lagi, "Gatau."

"Terus sekarang suratnya dimana?" Ujar Shilla.

"Gue kasih ke Vano."

"Terus Vano dimana?" Ujar Shilla yang kali ini melemparkan tatapannya ke arah Vero.

"Bentar--Gue nyalain radar twin gue dulu." Ujar Vero yang berpura pura menjadi seorang peramal.

"Ih Vero serius!" Ujar Shilla kesal.

"Hehe sorry. Gue gatau kak."Ujar Vero kepada Shilla.

Shilla pun menatap seakan akan menerkam Vero saat itu juga.

"Yaudah, gue cari Vano dulu." Ujar Shilla.

***

Shilla telah menelusuri seluruh penjuru lapangan untuk mencari Vano.

"Vano, lo dimana sih?" Gerutu Shilla sambil menelusuri koridor sekolahnya.

Disaat ingin menaiki anak tangga, tiba tiba tangan Shilla ditahan seseorang.

"Shil,"

Shilla pun menoleh, Arez. Lelaki itu kini berada di hadapannya.

"Apaansih, lepasin." Ujar Shilla kesal karena Arez memegang tangannya.

"Shil, gue minta maaf." Ujar Arez, "Iya gue tau ini udah hampir ke 100 kalinya lo denger permintaan maaf dari gue. Iya gue tau lo bosen."

"Iya, ini juga udah hampir yang ke 100 kalinya gue bilang maafin lo!  Puas?!" Ujar Shilla berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Arez.

"Lo maafin,  tapi setiap ketemu gue. Lo menghindar seakan gue mimpi terburuk lo."

"Ih lepasin."

"Shil, gue cuma pengen kita damai. Gue juga janji gabakal berharap balikan sama lo lagi.." Ujar Arez,  "Jujur, gue juga masih belum bisa maafin diri gue sendiri. Gue bego emang. Gue tolol. Tapi gue mohon Shil, jangan menghindar dari gue."

"Gue cuma pengen jadi temen lo. Cukup kehilangan Bella, lo jangan. Dan gue janji bakal hapus perasaan gue ke lo."

Shilla kini terdiam.

"Shil, lo boleh pukul gue sekuat tenaga, lo boleh maki maki gue didepan umum. Asal lo bisa maafin gue, tulus dari hati lo. Bukan dari sekedar alasan untuk menghindar dari gue."

Ujar Arez sambil menatap mata gadis dihadapannya itu.

Shilla pun mengingat kembali kejadian dimana dirinya setelah putus dari Arez,  lelaki itu selalu datang menghampirinya. Pagi, siang, sore hingga malam, Arez selalu menghampirinya hanya untuk sekedar meminta maaf.

Namun lagi lagi Shilla selalu menghindar.

Kini Shilla sadar, menghindar bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah.

"Yaudah. Gue maafin. Karena gue juga bukan bocah SMP yang abis putus terus pura pura gakenal sama mantan, jadi gue maafin. Puas?" Ujar Shilla penuh penekanan disetiap kata katanya.

Arez mengembangkan senyumnya.

"Thanks Shil, boleh gue meluk lo? "

"Lo mau mati ha?!" Ujar Shilla galak.

"Yah galak banget sih. Yaudah deh, gue cari dedek dedek emesh dulu."

"Ih dasar ya lo!  Gaberubah."

Disaat Arez hendak melangkah pergi, Shilla teringat Gita kembali.

"Rez,  tunggu."

"Hm?  Kenapa?"

"Liat Gita ga?"

Arez terdiam.

"Rez!"

"Eh--eng--itu--"

"Gita kemana?"

"Gita pergi ke Spanyol. Bokapnya nikah lagi. Dan gue rasa dia bakal netap disana karena bokapnya janji bakal biayai kuliahnya disana." Terang Arez.

Raut wajah Shilla kini berubah menjadi-kecewa mungkin.

"Terus kenapa dia gaada pamit ke gue?" Ujar Shilla sedih sekaligus kecewa.

"Eh, i--itu mungkin--"

"Gita ga nganggep gue sahabat ya?" Ujar Shilla sambil menahan tangisnya.

"Bukan Shil. Bukan gitu. Gita pasti punya alasan kenapa dia ga ngabarin lo. Mungkin bukan sekarang. Mungkin besok."

"Udah dong, kok lo jadi sedih gini sih. Kan kita baru baikan."

"Emang lo kira baikan sama lo gue bahagia lagi?!" Ujar Shilla menatap sinis kearah Arez.

"Hehe engga sih. Tapi Shil," Ujar Arez yang kini menggenggam tangan Shilla untuk meyakinkan gadis itu,"Gita sayang sama lo. Tapi--dia punya alasan sendiri yang mungkin gabisa dia ceritain saat ini ke lo. Believe me, she'll tell you later."

Shilla pun mengangguk.

Tiba tiba Shilla mendengar derap kaki seseorang menuruni anak tangga berjalan kearahnya.

"Vano."Gumam Shilla.

Vano hanya menatap Shilla sekilas hingga kemudian berlalu begitu saja darinya.

Shilla hanya terdiam.

Ia bisa melihat tatapan kecewa, sedih sekaligus kesal dari mata Vano.

Ia yakin,  saat ini Vano kecewa karena Gita pergi.

Hingga Shilla tiba tiba teringat kejadian 6 tahun yang lalu,  disaat Gita pergi.

Tatapan Vano sama seperti tadi.

'Gue siap, kalo lo benci lagi sama gue Van. Gue tau, lo pasti kecewa karena Gita yang pergi, bukan gue. Gue juga yakin Gita pergi, semua karena gue. Pada akhirnya emang gue cuma orang yang ga berguna.' Ujar Shilla yang kemudian melepaskan tangannya dari Arez dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Arez.

Arez tau apa yang dipikirkan gadis itu. Dan Arez juga yakin, apa yang dipikirkan Shilla 100% salah.

'Shilla sadar ga ya, Vano tadi cemburu liat gue genggam tangan dia? Ah udahlah. Bukan urusan gue.' Batin Arez.

Continue Reading

You'll Also Like

232K 13.4K 47
[SELESAI] . . #197 in Teenfiction [07/10/17] "Kenapa kita dipertemukan hanya sebatas teman? apa tak bisa Tuhan sedikit merubah takdir ini? menjadikan...
234 71 7
[TERDAPAT KATA-KATA KASAR🔞] [HARAP BIJAK DALAM MEMBACA⚠️] Damla Aily Amera. Putri tunggal dan cucu satu-satunya di grub Amera grob. Memiliki arti...
12.5K 2.6K 28
Jeon Jungkook tidak menyukai Chou Tzuyu. Ralat, mungkin ia membenci gadis itu. Gadis itu terlalu ceroboh. Ia pikun dan sering mengacaukan segalanya...
10.6K 1.7K 24
(SLOW UPDATE) Seorang gadis cantik yang selalu terlihat jutek dan jarang berbicara dengan orang asing, tidak pernah menduga bahwa kehidupan nya akan...