20 tahun yang lalu.
Jakarta, Indonesia.
Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain.
“Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.
Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya.
Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan.
Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun.
Cathrina mengatakan bahwa ia akan membeberkan masalah one night stand mereka dan kalau itu tidak membuat Evan takut, ia berjanji akan membunuh Reyna dan Daniel yang masih bayi.
Dan itu terjadi ketika suatu ketika Reyna pergi berbelanja keperluan bersama Evan, Cathrina berusaha mencelakakan Reyna dengan mencoba menyewa seorang penculik bayaran untuk menculik Reyna.
Kenyataan itu membuat Evan tidak bisa memilih kemungkinan yang lain, ia tidak akan bermain-main dengan nyawa Reyna karena keegoisannya untuk tetap bersama. Terdengar pengecut memang. Tapi itu lebih baik daripada melihat Reyna meninggal karena Kekeraskepalaan Evan yang mencoba bertahan.
Akhirnya Evan menceraikan Reyna dan menikah dengan Cathrina, selama lima tahun Evan mengira semua akan baik-baik saja. Namun kedatangan Reyna ke rumahnya membuat Evan tidak bisa melakukan apapun karena ia juga menginginkan Daniel berada didekatnya.
Namun keputusan tersebut adalah kesalahan besar Evan, sehingga menyebabkan Reyna terbunuh dan laki-laki itu tidak mau Daniel juga mengalami hal yang sama dengan mantan istrinya.
“Aku ingin kau mengadopsi Daniel. Sepertinya ia tidak ingin lagi tinggal di rumah ini karena aku mengatakan bahwa akulah yang membunuh Reyna” jelas Evan.
“Apa?!” Robet dan Elianor terkejut.
“Mengapa kau melakukan itu Evan?” tanya Robert.
Evan tersenyum sendu. “Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku melaporkan ini ke polisi, bagaimana dengan perasaan Jason? Kalian tau kan bahwa Jason bukan anakku, kalau dia juga kehilangan ibunya. Bagaimana dia dapat bertahan Robert?” laki-laki itu mengusap wajahnya dilema.
Evan tahu bahwa Jason bukan anak kandungnya ketika Jason berusia dua tahun, laki-laki itu diam-diam melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa Cathrina benar-benar mengandung janinnya. Nyatanya tidak namun ia tidak mau berpisah dengan Cathrina kalian Reyna dan Daniel serta ia juga menyayangi Jason seperti anaknya sendiri.
Robert terdiam. Ia tidak bisa mengatakan apapun karena situasi cukup rumit.
“Lalu bagaimana dengan perasaan Daniel? Anakmu sendiri?” tanya Elianor tidak suka. Ia merasa Evan adalah laki-laki yang tidak punya prinsip kuat dan juga pengecut. Hal itulah yang membuat orang-orang disekitarnya menjadi hancur.
Evan menghela napas panjang. “Elianor. Kau tau, setelah kematian Reyna, aku tidak dapat melihat sorot kehidupan dalam mata Daniel. Anak itu… seperti patung yang berjalan. Aku pikir setidaknya ia dapat hidup walaupun dengan dendam. Aku ingin Daniel punya tujuan hidup lagi dan aku menciptakan tujuan itu”.
Elianor menitikkan air mata. Ia tidak tau bagaimana rasanya menjadi Evan yang merasa sangat dilema.
“Aku mau kalianlah yang membesarkan Daniel” pinta Evan.
Elianor merebahkan kepalanya di bahu sang suami. “Kau.. melakukan semua itu demi anak-anakmu. Tapi bagaimana dengan perasaanmu sendiri?”.
Evan mendengus sedih. “Kebahagian mereka adalah kebahagian ku juga. Jadi aku pikir inilah yang terbaik”.
Evan berdiri dan menunduk rendah badannya. “Tolong rawat Daniel sebaik mungkin. Aku sangat berharap kepada kalian” ujar Evan.
Robert berdiri dan memegang bahu Evan untuk berdiri tegak. “Kami yang harus berterima kasih karena kau telah memberikan seorang anak yang sudah lama kami nantikan” ujar Robert.
Elianor mengangguk setuju.
“Baiklah. Aku akan memanggil Daniel” ucap Evan lalu berlalu ke kamar Daniel.
&&&
Daniel mendengarkan setiap kata ibunya tanpa berkedip, dadanya sesak karena berbagai perasaan yang bercampur aduk. ia duduk mematung seraya menatap ke arah ibunya.
“Itulah yang terjadi Daniel. Itulah alasan mengapa ayahmu mengambil keputusan itu” ujar Elianor.
Daniel menelan ludahnya dengan susah payah, ia berdiri dan menyeret langkahnya menuju kamarnya.
“Daniel” panggil Elianor.
Namun Daniel tidak merespon, langkahnya lurus menuju kamarnya. Cemas dengan keadaan Daniel, Elianor segera melangkah ke kamar Anya.
“Anya” ketuk Alianor cepat.
“Ya mom. Ada apa?” tanya Anya khawatir.
“Daniel. Tolong hibur Daniel. Anya. Tatapan sama seperti 20 tahun yang lalu. Mom mohon tolong dia” ujar Elianor menangis.
Anya kebingungan namun ia menganggukkan kepalanya. “Aku akan ke kamar Daniel”.
Elianor mengangguk. Anya segera mengetuk kamar Daniel. “Daniel. Kau didalam?”.
Tidak ada jawaban dari Daniel. Anya menghela napas dan memberanikan diri untuk membukakan pintu.
Daniel duduk termenung di tempat tidur. Tanpa kata Anya duduk di samping Daniel dan memeluk kekasihnya. Hanya cara itu yang dapat Anya lakukan.
“Mengapa ayah melakukan itu Anya?” Daniel mulai membuka suara.
Anya terus membelai lembut punggung Daniel. “Ayah mengorbankan dirinya untuk kami, tapi kami… kami malah bermusuhan Anya” ujar Daniel.
Anya mengeratkan pelukannya, air mata mulai mengenang di pelupuk matanya. suara bergetar Daniel terdengar sedih. Berlahan ia merasakan bahunya basah oleh air mata Daniel. Ia membiarkan Daniel mengeluarkan semua perasaannya yang lelaki itu rasakan. Setelah beberapa saat mereka berpelukan, Anya melepaskan pelukannya dan memegang lembut wajah Daniel. tanpa kata Anya mencium bibir Daniel.
Lelaki itu merespon dan menatap ke matanya, Anya hanya tersenyum. Daniel membalas ciuman Anya, melumatnya dengan penuh hasrat.
Ia butuh pelampiasan dan entah bagaimana mereka sudah melepaskan pakaian mereka masing-masing, dengan napas berat sarat akan nafsu Daniel menatap Anya yang berbaring dibawahnya.
Anya memegang wajah Daniel dan tersenyum. Semua akan ia lakukan untuk mengembalikan senyum menawan Daniel. Apapun itu.
Daniel kembali mengecup dalam bibir Anya, memasukkan lidahnya. Anya terkejut merasakan kejantanan Daniel yang menusuk perutnya.
“Can.. Can I?” tanya Daniel.
Anya tampak ragu, ia tau bahwa melakukan seks untuk pertama kali akan terasa menyakitkan namun melihat mata penuh harap Daniel membuat Anya memeluk lelaki itu. Mereka pun bercinta untuk pertama kalinya.
&&&
Daniel membelai rambut Anya yang tertidur disampingnya. Melihat tubuh polos Anya membuat Daniel tersadar dan sekarang ia kesal dan marah kepada dirinya sendiri.
Ia merasa bersalah karena menyeret Anya ke dalam masalahnya. Daniel menghela napas panjang, walaupun ia merasa bersalah karena telah menghilangkan perawan Anya namun ia tetap merasa senang karena percintaan hebat yang pernah ia rasakan.
“Maafkan aku sayang” gumam Daniel.
Anya mengerutkan keningnya, merasa terganggu oleh gumaman Daniel, berlahan ia membuka matanya dan menatap Daniel yang tersenyum.
“Good morning Daniel” sapa Anya senang melihat Daniel kembali tersenyum.
“Ini masih tengah malam sayang” ujar Daniel geli.
“Benarkah?”
Anya bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidur namun gerakannya malah membuat selimut yang menutupi dadanya turun, Anya segera menutup dada polosnya dan baru teringat apa yang baru saja mereka lakukan.
Ingatan erotis tersebut membuat Anya berbaring dan menyembunyikan wajah merah padam dibalik selimut, gerakan tiba-tiba membuat bagian tubuh bawah Anya menjadi sakit.
“Ouch”
“Kau tidak apa-apa?” Daniel menatap khawatir.
Anya meringis sakit dan semakin malu. Sakit di tubuh bagian bawah membuatnya semakin merasa nyata bahwa ia sudah menyerahkan keperawanannya kepada Daniel.
“Tidak apa-apa. Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?” tanya Anya malu.
Daniel tersenyum menyeringai. “Kenapa? Kau teringat dengan apa yang baru saja kita lakukan?” goda Daniel.
Anya memekik dan menutup telinga yang ikut memerah. “Berhentilah menggodaku. Aku serius Daniel” ujar Anya.
Daniel memeluk Anya yang ditutupi oleh selimut. “Aku mencintaimu Anya” bisik Daniel.
Anya bergetar mendengarkan penyataan cinta Daniel. “Aku… aku juga menc… mencintaimu Daniel” bisik Anya.
Daniel tertawa pelan dan mengeratkan pelukannya. “Anya. Ayo kita pulang ke Indonesia” ajak Daniel.
Anya mendongakkan wajahnya dan menatap terkejut. “Indonesia?”
“Ya. Bukankah kita sudah lama tidak mengunjungi Indonesia? Aku ingin mengunjungi makam ibu dan ayah”.
Anya menganggukkan kepalanya.
“Baiklah. Ayo kita pulang ke tanah kelahiran kita”.