“I am home” ujar Daniel senang.
Tatapan bahagianya berubah menjadi kesal ketika melihat Erick yang sedang berbincang dengan Anya.
“Welcome back. Aku pikir kau akan kerja lembur Daniel” ujar Anya menghampiri Daniel dan mengambil alih tas kerja kekasihnya.
“Why that things is here?” tanya Daniel kesal.
“So rude. Don’t address me ‘things’” Jawab Erick memasang raut wajah kesal.
“Untuk apa kau kemari?” tanya Daniel tidak menghiraukan perkataan Erick.
“Tentu saja untuk mengunjungimu. Mengapa kau tidak bilang kalau Anya kecelakaan? Teman macam apa kau ini?” tanya Erick kesal.
“Aku tidak punya teman sepertimu” jawab Daniel sekedarnya.
Erick berdecak kesal.
“Kau ingin makan malam atau mandi terlebih dahulu Daniel?” tanya Anya mengalihkan pembicaraan.
“Aku akan makan malam terlebih dahulu An” jawab Erick.
“Anya tidak bertanya padamu, lagipula kenapa kau sangat yakin aku akan mengizinkanmu untuk makan malam disini?” tanya Daniel sarkastik.
“Oh man. Pendendam tidak baik untuk hatimu Daniel, Anya tidak suka laki-laki yang kekanakan. Marah hanya karena hal sepele” ujar Erick membela diri.
Daniel memenjam matanya dengan kesal, ia berpikir bahwa malam ini ia akan kembali bermesraan dan bersenang-senang dengan Anya tanpa pengganggu dari siapapun. Namun perkiraannya salah besar.
“Dia sangat menggangguku” gumam Daniel pelan.
&&&
Daniel baru keluar dari kamar sambil menggosok rambutnya yang basah, gerakannya terhenti ketika melihat Erick yang tertawa tanpa bersalah bersama Anya membuat kecemburuan yang tidak Daniel rasakan selama beberapa waktu terakhir muncul langsung dalam level akut.
“You pissed me off” ujar Daniel melemparkan handuk kecilnya ke muka Erick dengan kesal.
“What is wrong with you?” tanya Erick terkekeh.
Anya hanya tersenyum melihat pertengkaran kedua sahabat itu, mereka bertiga pun menyantap makan siang bersama.
&&&
“Jangan lupakan obatmu Anya” ujar Daniel mengingatkan.
Anya mengangguk dan tersenyum. Daniel mendekat dan membelai lembut wajah Anya kemudian laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Anya.
“Ehem” Erick berdehem sesaat.
Anya segera menjauhkan wajahnya dari Daniel, ia memalingkan wajahnya dengan wajah memerah, sesaat ia melupakan kehadiran Erick di apartemen kekasihnya.
Sedangkan Daniel, lelaki itu memenjam matanya menahan kekesalan dari detik ke detik menjadi semakin memuncak ke ubun ubun kepalanya, alisnya berdenyut memperlihatkan betapa kesalnya lelaki itu.
“So lovey dovey. Let me join as well” ujar Erick tanpa bersalah.
“I swear I will rip your balls. Go home” usir Daniel dengan suara tinggi.
“Aku akan menginap di apartemenmu. Kau tidak kasihan melihat temanmu terlunta lunta di jalanan? Aku tidak punya tempat untuk pulang Daniel” pinta Erick dengan ekspresi kekanakan.
“What do I care? Go home. Right now” Usir Daniel tidak peduli.
“Daniel. Please. Pretty please, I beg you. I don’t have a home right now” Erick masih memohon dengan ekspresi menggelikan.
“That’s none of my business " Ucap Daniel kekeuh.
“Please Daniel. Mereka menunggu di depan apartemen ku, kalau aku pulang sekarang mereka pasti akan mencakarku” ujar Erick menggenggam kedua tangannya. Memohon kepada Daniel.
“Cari hotel atau apapun selain berada disini” ujar Daniel memberi solusi acuh tak acuh.
“Daniel. Izinkan Erick untuk menginap disini. Kasihan Erick” ujar Anya ikut masuk dalam pembicaraan kedua lelaki itu.
Erick tersenyum menang sesaat lalu kembali memohon kepada Daniel.
“Tidak Anya, dia sungguh menyusahkan” ujar Daniel. Dan dia juga akan terus mengganggu waktu bermesraan kita, lanjut laki-laki itu dalam hati.
“Ku mohon Daniel. Sewaktu aku tidak punya tempat setelah kabur dari apartemenmu. Erick lah yang membantuku. Ku mohon Daniel” ujar Anya menatap sedih kepada Daniel.
Daniel menghela napas panjang lalu menarik tangan Erick bersamanya.
“Sedikit saja kau membuat masalah. Aku akan melemparmu keluar. Kau mengerti?” ujar Daniel dengan nada mengancam.
“You have my words” Erick mengangkat tangannya seperti ingin bersumpah lalu menghampiri Anya dan memeluk senang gadis itu.
Daniel segera memisahkan Erick dari Anya. “On second tought. Go home”.
Erick menahan tawanya melihat kecemburuan yang begitu besar yang Daniel perlihatkan. “No I promise. I will not to do it again”.
Daniel menatap Anya yang juga ikut memohon, ia menghela napas panjang dan duduk di sofa.
“Kau ingin secangkir kopi Daniel?” tanya Anya tersenyum manis.
“Tidak. Kau harus istirahat Anya. Tubuhmu masih belum pulih total” ujar Daniel.
Anya tersenyum lalu mengangguk mengerti. “Good night Daniel”.
Daniel tersenyum lembut. “Good night, have a nice dream”.
Erick tersenyum geli melihat tingkah sepasang kekasih tersebut, begitu dimabuk cinta. “You really love her huh” komentar Erick setelah Anya menghilang dibalik kamar.
Daniel memutar bola matanya. “Shut up”.
Senyuman Erick menghilang berubah menjadi raut wajah serius.“Sekarang katakan, kenapa Anya sampai kecelakaan?”.
Daniel menoleh dan bercerita tentang apa yang terjadi.
“Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Erick.
Daniel menghela napas panjang. “Aku tidak bisa menanyakan langsung kepada Ashlee tanpa bukti yang jelas” jawab Daniel.
“Tapi kau tau kan kalau Ashlee yang merencanakan kecelakaan itu? Apa kau sadar Daniel kalau Ashlee berusaha membunuh Anya” ujar Erick.
Daniel hanya diam membisu. Ia hanya tidak menyangka bahwa Ashlee akan bertindak sejauh itu.
“Bagaimana kalau kau menjebaknya? ” usul Erick.
Daniel mengernyit tidak mengerti. “Kau bilang kepada Ashlee kalau kau sudah mengetahui semuanya. Jebak dia menggunakan amplop yang dia berikan kepada Nathan” jelas Erick.
“Kau pikir itu akan berhasil?” tanya Daniel memastikan.
“Ya. Tentu saja” ujar Erick penuh keyakinan.
Daniel memandang kedepan dengan tatapan menerawang, memikirkan usulan Erick.
&&&
“Halo Daniel” suara Ashlee terdengar di telepon.
“Hai Ashlee. Bagaimana kabarmu?” tanya Daniel basi basi.
“Aku baik-baik saja. Apa kau merindukanku?” tanya Ashlee senang.
Daniel tersenyum kecut, dari semua wanita hanya Ashlee yang bisa bertahan bersama selama 4 tahun jadi ia sangat kecewa dan marah ketika mengetahui Ashlee lah yang merencanakan pembunuhan Anya. “Ya. Bisakah kita bertemu?”.
“Tentu saja bisa. Aku akan ke apartemen mu nanti malam” jawab Ashlee riang.
“Tidak. Aku merasa ingin bertemu denganmu secepat mungkin” Sela Daniel.
“Baiklah, kau ingin bertemu dimana?” suara Ashlee terdengar antusias.
“Bagaimana di restoran dekat perusahaan ku? Makan siang mereka terkenal enak” usul Daniel.
“Baiklah. Aku akan segera ke sana”.
Daniel memutuskan telepon lalu menghela napas panjang. Ia akan melakukan apapun untuk menyingkirkan orang yang ingin mengusik kehidupan kekasihnya. Ya. Apapun itu.
Daniel keluar dari ruang kerjanya, setelah berkata pekerjaan apa saja yang harus Arlene kerjakan, lelaki itu melangkah menuju restoran yang dekat dengan perusahaannya.