Cinta Sang Lady Killer (UDAH...

By RiantieA

491K 25.7K 2K

Daniel Millard adalah seorang CEO Perusahaan Millard Corporation, mempunyai segalanya yang laki-laki lain ing... More

Visualisasi Karakter
Prolog
Chapter 1 - Anya Shakira
Chapter 2 - Annoying Day
Chapter 3 - Annoying Day (2)
Chapter 4 - Daniel Millard
Chapter 5 - Seriously?!
Chapter 6 - Yes or Not
Chapter 7 - Wonderful Place
Chapter 8 - Holy Shit
Chapter 9 - Self Centered
Chapter 10 - Bunda
Bab 11 - She is so cute
Bab 12 - Don't get sick Anya
Bab 13 - Anya got sick
Bab 15 - Party
Bab 16 - Childhood Memory
Bab 17 - Jason
Bab 18 - Jealousy
Bab 19 - Childhood Memory (2)
Bab 20 - Sign of Fall
Bab 21 - Lunch Box (1)
Bab 22 - Lunch Box (2)
Bab 23 - Rotten Jerk
Bab 24 - The Story Begin (1)
Bab 25 - The Story Begin (2)
Bab 26 - Resign
Bab 27 - Start Again
Bab 28 - Opposite
Bab 29 - Opposite (2)
Bab 30 - Meet Again
Bab 31 - Travelling
Bab 32 - Cinta Sang Lady Killer
Bab 33 - Kiss
Bab 34 - Sorry for Kissing You
Bab 35 - Mutual Love
Bab 36 - So Happy That Could Die
Bab 38 - Shopping Together
Bab 39 - Chaos in the Party
Bab 40 - Farewell Dad
Bab 41 - You are Mine
Bab 42 - We're Lover
Bab 43 - Insolent Pervert
Bab 44 - Accident
Bab 45 - Hopeless (1)
Bab 46 - Hopeless (2)
Bab 47 - Behind the Accident
Bab 48 - Recovery
Bab 49 - Lovey Dovey
Bab 50 - French Kiss
Bab 51 - Misunderstanding
Bab 52 - The Truth
Bab 53 - Their First Time
Bab 54 - Back to Indonesia
Bab 55 - Sorry Bother
Epilog
Info Novel Baru Gratis
Info Novel Red Strings (Counterattack)

Bab 14 - Beautifull

10.5K 651 48
By RiantieA

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Daniel kepada sekretarisnya ketika ia sampai ke ruang kerja pribadinya.

Daniel duduk, mengambil dan membaca berkas laporan tentang proyek Mahattan House dengan wajah serius, sesekali kening mengerut dan mencoret beberapa bagian dalam berkas tersebut dengan bal poin.

"Siang ini anda akan bertemu dengan Mr Park Joseph di restoran Fig & Olive, dan jam 3 sore akan bertemu dengan Mr Deriel Anhartd" jelas Arlene dengan buku catatan di tangannya.

"Dan untuk besok? Apa jadwalku kosong?" tanya Daniel kembali. Ia ingin menghabiskan waktunya di rumah, sudah sangat lama ia tidak mengambil masa cuti dan bersantai di rumah, hari liburnya akan menyenangkan kalau ia bisa mengganggu Anya dan membuat gadis itu geram. Ekspresi gusar sang gadis menjadi suatu kesenangan bagi Daniel. laki-laki itu tersenyum lembut membayangkan wajah Anya yang memerah karena marah.

"Jadwal anda kosong sampai sore hari, malamnya anda akan menghadiri pesta pertunangan putri Mr Abraham Smith" jelas Arlene.

Daniel sedikit mendongak dan menatap kearah Arlene. Alisnya terangkat sebelah. "Apa kau pernah memberitahuku tentang pesta itu?" Ia tidak mengingat akan undangan pesta tersebut.

"Saya sudah pernah memberitahu mu sir, undangan tersebut sampai dua minggu yang lalu" jawab Arlene meletakkan sebuah undangan di meja kerja bosnya.

"Baiklah. Kau boleh kembali ke mejamu" Daniel mengibaskan tangannya, matanya menatap undangan dengan design mewah dan menghela napas panjang. Daniel sebenarnya tidak ingin menghadiri pesta atau acara formal apapun karena acara tersebut mengharuskannya membawa pasangan dan jika ia menghadirinya seorang diri maka akan menjadi perbincangan yang hangat diantara para tamu.

Bagaimana tidak? Seorang lady killer seperti nya, yang sudah menaklukkan banyak hati wanita menghadiri pesta seorang diri. Daniel tidak akan pernah membawa siapa pun dari wanita yang pernah ia kencani ke acara formal karena akan membuat sang wanita merasa spesial dan lebih buruknya mengumbar kepada media massa atau menyebarkan rumor bahwa ia pacar dari seorang Daniel Millard yang sangat kaya raya.

"Besok akan menjadi malam yang melelahkan" gumam Daniel memejamkan mata. Ia akan menghadiri pesta pernikahan tuan Abraham Smith seorang diri, tidak mungkin ia melewatkan undangan kliennya tersebut, Daniel berdecak kesal karena ia akan melewatkan kesempatan untuk menggoda Anya.

Anya?

Senyum Daniel mengembang ketika mengingat pembantu miliknya. Sebuah pemikiran terlintas di kepala laki-laki itu.

&&&

"Apa kabar Deriel?" Daniel menjabat tangan seorang laki-laki bertubuh semampai, memakai blazer coklat yang ia gulung sampai siku.

"Baik. Kau sendiri?" Deriel berbalik tanya.

"Baik dan masih tetap tampan" Daniel tersenyum angkuh.

"Narsis mu tidak pernah berubah" Ucap Deriel menggelengkan kepalanya.

Daniel hanya tersenyum miring. "Silahkan duduk"

Keduanya duduk di sofa yang terletak di samping ruang kerja Daniel. Hari ini mereka akan menandatangi kontrak kerjasama proyek Mahattan House.

"Kau membawa kontraknya kan?" tanya Daniel memastikan.

"Tentu saja" Deriel mengeluarkan sebuah berkas tebal dari tas kerjanya dan meletakkannya di atas meja.

Daniel mengambil berkas tersebut dan menyusuri lembar per lembar kemudian tersenyum dan mulai menandatangi nya. Ada beberapa berkas yang ia tandatangani dan kemudian memberikannya kepada Deriel.

Temannya juga menandatangani bagian pihak kedua dan setelah itu mereka berjabat tangan kembali. Pertanda kesepakatan baru saja berlangsung.

"Aku dengar kau membawa seorang wanita untuk tinggal di apartemen mu" ujar Deriel memulai pembicaraan pribadi.

Daniel memutar bola matanya. "Kau seperti wanita yang suka bergosip"

Deriel mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Well, aku hanya mendengar rumor. Benarkah kau mengajak seorang wanita untuk tinggal di apartemen mu?"

"Tidak. Aku hanya memperkerjakan seorang pembantu dan dia tinggal di apartemen karena tidak punya tempat tinggal" Bantah Daniel dengan tenang.

"Pembantu? Bukankah kau menyewa jasa profesional?" tanya Deriel tidak mengerti.

"Aku sudah tidak menggunakan jasa profesional lagi, aku merekrutnya karena dia tidak punya tempat tinggal. Itu saja".

"Benarkah? Itu tidak seperti Daniel yang ku kenal" komentar Deriel tersenyum miring.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" tanya Daniel mulai terpengaruh gurauan sahabatnya.

"Kau paling anti berbagi apartemen mu dengan siapapun dan sekarang kau malah membawa seorang wanita tinggal bersamamu. Well, well. Apa karma sudah dimulai?" Deriel tersenyum penuh misteri.

"Dia tidak punya tempat tinggal, jadi aku mengizinkannya tinggal di apartemenku, tidak ada alasan khusus" jelas Daniel mulai kesal.

"Apa semua wanita homeless akan kau bawa ke apartemen mu?" Tanya Deriel, senyuman laki-laki itu semakin lebar.

"Cut itu out will you? " Daniel menyipitkan matanya, memberikan isyarat peringatan dengan matanya.

Deriel hanya tersenyum. "Kau akan merasakan apa yang aku rasakan Daniel. Bersiaplah untuk berlekuk lutut di hadapan wanita yang kau cintai"

Daniel tersenyum miring. "Never ever in my life" Ucap Daniel dengan yakin. Ia tidak akan lagi mencintai seseorang karena ia tahu bagaimana sakitnya kehilangan orang yang sangat kita cintai, namun kenyataan di masa depan menamparnya dengan sangat kuat.

&&&

Daniel menekan beberapa nomor di handphone lalu meletakkannya atas dashboard mobil.

"Halo. Ada apa Daniel"? Suara Anya terdengar di seberang telepon.

"Bersiaplah. Aku akan membawamu ke suatu tempat" Ucap Daniel lalu mematikan sambungan teleponnya.

Sepuluh menit kemudian Daniel sampai ke apartemen dan mengerutkan keningnya melihat dandanan Anya, gadis itu memakai baju kemeja lengan pendek di padu dengan celana jeans.

"Kau bercanda kan?" Daniel menatap tidak percaya.

Anya melihat ke bajunya. "Memangnya kenapa?"

"Mengapa kau berpakaian seperti itu? Sudahlah. Itu tidak penting, ayo kita pergi" ajak Daniel menggenggam tangan Anya.

"Kita mau kemana?"

"Kau akan tau kalau sudah sampai di sana"

Mereka turun menuju tempat parkir lalu masuk ke dalam mobil Daniel dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya Kota Downtown.

&&&

Anya turun dari mobil mengikuti langkah Daniel yang memasuki sebuah gedung besar, matanya membulat ketika melihat berbagai pakaian bermerek terpajang di manekin yang cantik.

"Hai Daniel, sudah lama kita tidak bertemu" ujar seorang wanita berusia tiga puluhan sembari memeluk dan mencium Daniel tepat di bibirnya.

"Ya Lauren. Maaf aku baru bisa mengunjungimu hari ini" Daniel memeluk pinggang Laurel sejenak.

Lauren melihat ke belakang Daniel, menatap Anya yang terpukau dengan baju-baju cantik di manekin.

"Salah satu wanita mu?" Tanya Lauren.

"Bukan. Dia temanku"

Lauren tersenyum misterius, alis terangkat penuh gurauan. "My My, Just friend?".

Daniel tidak memperdulikan pertanyaan menjebak Lauren, ia membalikkan badannya ke arah Anya.

"Anya" panggil laki-laki itu.

Anya tersadar dari lamunan lalu menghampiri Daniel.

"Kenalkan ini Lauren. Lauren ini Anya" Daniel memperkenalkan satu sama lain.

Lauren menganggukkan kepalanya sejenak, matanya menatap Anya penuh penilaian, sedangkan Anya hanya tersenyum.

"Lauren, tolong ubah itik buruk rupa ini menjadi angsa. Ada pesta pertunangan yang ingin aku hadiri"

Anya menoleh dan menatap terkejut. "Kita akan pergi ke pesta? aku tidak nyaman dengan banyak orang Daniel"

Daniel tersenyum sejenak. "Apa kau sedang mengajukan keberatan kepada majikan mu Anya?"

Anya memanyunkan bibirnya lalu menghela napas panjang. Perkataan itu adalah titik kelemahan Anya. Ia tidak bisa memprotes sedikit pun.

Lauren yang melihat Daniel tersenyum dan melihat kepribadian laki-laki itu yang belum ia tahu sebelumnya, ia hanya bisa terpukau, wanita itu dapat menyimpulkan bahwa gadis di depannya memiliki tempat spesial di hati Daniel.

Lauren memegang wajah Anya dan memiringkan ke kanan dan kiri. "Nice face".

Anya hanya menurut dengan wajah bingung.

Lauren kemudian memegang pinggul Anya dengan kedua tangannya. "74. Not bad". Wanita itu lalu memegang kedua payudara Anya membuat gadis itu memekik terkejut, belum pernah ada yang memegang payudaranya sebelumnya.

"Easy girl" ujar Lauren.

Anya melirik Daniel dengan wajah memerah, laki-laki itu membaca majalah fashion dengan tenang, tidak terpengaruh oleh kegiatan yang Lauren lakukan.

Lauren kembali ingin memegang payudara Anya namun tertahan karena gadis itu langsung menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Aku tidak bisa mengukur ukuran payudara mu kalau kau menutupinya"

Anya menggelengkan kepalanya tetap tidak mengizinkan Lauren untuk memegang dadanya.

"Baiklah baiklah, berapa ukuran dadamu?" Tanya Lauren mengalah.

Anya menatap Daniel yang masih fokus dengan bacaannya. "32A" gumam gadis itu pelan.

"Pftt" Daniel tertawa tertahan sembari terus membaca majalah.

Anya menunduk dengan wajah semakin memerah karena malu.

"Ikut aku" Lauren melangkah ke sebuah ruangan. Anya mengikuti dari belakang.

Hampir dua jam kemudian, Anya terkejut dengan perubahan dirinya yang drastis, wajahnya berubah begitu cantik dengan tatanan yang rapi, tidak berlebihan. Rambutnya yang panjang lurus menjadi ikal dan dibiarkan tergerai. Ia memakai dress yang hanya menutupi pahanya berwarna merah maroon, Anya sedikit tidak nyaman dengan dress tanpa lengan tersebut.

"You're so beautiful Anya" Puji Lauren tersenyum puas.

"Thank you" Anya ikut tersenyum senang.

Anya melangkah keluar dari ruang make over dan berdiri di depan Daniel. Laki-laki itu meneliti tubuhnya dari kaki sampai ke kepala.

"You're pretty beautiful" Puji Daniel tersenyum. Ia sangat puas akan perubahan penampilan Anya.

Anya menundukkan wajahnya dengan malu. Jantungnya berdegup kencang, baru kali ini Daniel memuji penampilannya. "Thanks Daniel"

"Terimakasih Lauren, semua biayanya masukkan atas namaku" Daniel menggenggam tangan Anya.

"Always Daniel" ujar Lauren lalu melambaikan tangannya ke arah Anya.

Anya memakai jaket panjang dan masuk ke dalam mobil, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.

Continue Reading

You'll Also Like

868K 37.9K 62
[[Belum diRevisi]] [[Completed]] 21+ Cerita ke 2 aku. Ini berhubungan dengan cerita pertama aku. Kalo kalian bingung kalian bisa baca cerita pertama...
2.1M 69.8K 36
[WARNING 18+] Bijaklah dalam memilih bacaan Sekuel Night With CEO - BISA dibaca terpisah. William Davis, lelaki tampan, kaya, cerdas, juga seorang pr...
1.7M 57.4K 39
Axel Xaviro Fransesco. Adalah seorang Trillionaire di MexĂ­co. Ia memiliki reputasi besar sehingga mampu mengalahkan reputasi sang Daddy- Ernata Felix...
2.2M 244K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...