Tiga bulan yang lalu.
"She's in the hospital?" tanya Saint kepada Rex.
"Ya," kata Rex.
Saint menyipitkan matanya, "Why?"
"Ia terjatuh, Saint," kata Rex kepada Saint. "Are you coming in or not?"
Saint yang berada di luar apartemen Rex berkata, "Kita ke rumah sakit sekarang!"
"Saint, masuklah. Benny perlu beristirahat. Aku juga ingin terus menemaninya di rumah sakit, tapi aku harus berbicara denganmu terlebih dahulu. Kita berdua akan berbicara disini."
"Aku akan ke rumah sakit—"
"Kamu tidak akan dapat melihat Benny," kata Rex. "Berhentilah, Saint. She's really tired and she needs to rest. Ibuku menemaninya dengan Nick. Benny akan baik-baik saja. Semakin cepat kita berbicara semakin cepat aku bisa kembali ke sisinya. Please, do not waste my time."
"Kenapa ia bisa terjatuh?" tanya Saint yang sama sekali tidak peduli kenapa Rex ingin berbicara dengannya sekarang. "Jelaskan kepadaku atau aku akan pergi ke rumah sakit sekarang."
"Benny terjatuh di stasiun kereta karena ia ingin mengejar kereta terakhir ke New York."
"Why would she needs to go to New York?"
"Untuk ayahnya," kata Rex.
"What?"
Rex menjelaskan kepada Saint, "Ayahnya sakit Saint. Setelah pembicaraan ini selesai aku akan ke New York untuk memastikan William baik-baik saja dan memindahkannya agar ia dapat dirawat dekat dengan keluarga. So, for the love of God, Saint, let's finish this conversation. I told you to not waste my time."
Saint melihat kepanikan di mata sang quarterback dan ia bertanya, "Apa yang ingin kamu katakan kepadaku?"
"Bantu aku." Dua kata itu terucap dari bibir Reginald Escara membuat Saint terkejut. Pria yang selama ini memimpin tim Crimson High dan sekarang New England Patriots sebagai quarterback tidak pernah meminta bantuan kepada siapapun. Reginald Escara tidak membutuhkan bantuan ketika ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Pria yang selalu mendominasi semua orang di dalam ruangan, tidak pernah meminta bantuan, ia memerintahkan.
Saint mendengus dengan sinis, "Reginald Escara, the number one quarterback, meminta bantuan?"
"Ya," kata Rex dengan tegas.
"Apa aku sedang bermimpi sekarang?" tanya Saint dengan sarkastik. "Tidak pernah terpikir olehku hari ini akan tiba."
"Istriku—"
Saint memotongnya dengan berkata, "Benny—not your wife, but go on."
"Benny membutuhkanku," kata Rex.
Saint mengangguk, "Apa kamu baru menyadarinya sekarang?"
Rex menjawab dengan jujur, "Ya, aku tidak menyadarinya begitu saja. Membutuhkan waktu bagiku untuk mengerti betapa egoisnya aku selama ini."
Saint Michael Jr. menaikkan sebelah alisnya dan tidak percaya Rex sedang berbicara terbuka kepadanya. "Aku akan memberitahumu sesuatu mengenai keluargaku, Saint. Hal ini berkaitan dengan kematian adikku, Libby. Aku memiliki banyak saudara laki-laki. Di antara mereka, ibuku melahirkan Libby—satu-satunya adik perempuanku. We all loved her so much, because she's the only girl in the family. Libby adalah wanita yang periang dan sangat pintar. She's always one step forward than the rest of us. Aku dan adik-adikku kerap kali kalah dalam permainan melawannya. Chest, horse riding, tennis, bowling, except football—Libby akan memenangkannya. Ia sangat kompetitif dan kami sekeluarga tidak heran ketika tahu Libby diterima di Harvard. She's going to law school—first lawyer in our family. Ayah dan ibuku sangat bangga kepadanya. Libby baru saja akan memulai kuliahnya, ia sangat bersemangat memilih baju baru, buku baru, hingga pena baru yang ia akan bawa ke Escara House. Namun hari itu terjadi begitu cepat, tanpa kata yang terucap dan tanpa penjelasan yang pernah ditemukan. Bagaimana bisa aku dan semua orang tidak melihatnya? Libby ditemukan meninggal di kamarnya.
"Kamar Libby yang menghantui keluargaku tidak pernah terbuka atau dibersihkan. Kain yang digunakan Libby masih tergantung.... Semua barang-barang miliknya terletak sama seperti saat ia meninggalkannya.... Maybe if we hold on to the memories, she will not fade away. Aku berpikir seperti itu untuk waktu yang cukup lama. Aku tidak ingin melupakan Libby atau menjalani hidupku tanpanya. Aku ingin tahu apa atau siapa yang membuat Libby memutuskan untuk mengakhiri hidupnya....
"Obsesi terhadap kematian adikku, membuatku melihat Benny dan keadaannya sama seperti Libby. I saw her and pity her. I want her to not be Libby. Lalu kamu datang dan membuatku sangat cemburu, Saint. Aku membenci setiap senyum Benny kepadamu. Aku membenci setiap sentuhan Benny ditubuhmu. Aku membenci setiap kata yang terucap oleh Benny untukmu. Aku sangat cemburu. Benny is never Libby. That façade crumbles down really quickly.
"Ketika aku tahu Benny hamil, aku harus mendapatkannya kembali. I am not losing the woman who's carrying my child to you. I should be the she marries, because I made her pregnant. Mendengar Benny ingin akhirnya menikah denganku, bagaikan memenangkan piala Heisman dan memenangkan NCAA Bowl tahun lalu. I thought winning her from you is everything. Benny telah menjadi milikku, apa yang perlu aku khawatirkan?"
"Lalu karierku sebagai pemain football profesional dengan Patriots baru saja dimulai. Semua orang membicarakanku dan Faye Reid. The high school sweetheart—they say. Ya, Faye datang kepadaku tahun terakhirku di Harvard dan memintaku untuk bergabung dengan tim yang dilatih oleh ayahnya. Andrew Sr. Reid adalah pelatih terkenal yang membawa New England Patriots memenangkan enam Super Bowl. Seharusnya tidak ada alasan aku menolak kontrak empat ratus juga dolar untuk menjadi starting quarterback tim terbaik di NFL.
"Aku menandatanganinya untuk bergabung dengan tim ini bukan karena Faye, bukan karena Andrew, dan bukan karena nominal di kontrak yang tertera. Bagi semua orang—tiga alasan adalah kenapa aku memilih Patriots. Bagiku, satu-satunya alasan aku berada di tim ini adalah karena Libby.
"Richard Watson mengatakan kepadaku kalau aku harus menerima tawaran Andrew. Kalau aku berada di Patriots aku akan mendapatkan jawaban kenapa Libby mengambil nyawanya sendiri. I thought it would be easy. I thought finding out what Andrew did would be like walking in a park.
"Apa yang kudapatkan adalah sebaliknya. Aku membuat skandalku sendiri. Faye menuduhku menghamilinya dan tidak bertanggung jawab. Semua publik mengecamku karena aku menikah dengan Benny. Aku adalah musuh timku sendiri, because I didn't marry the coach's daughter. Selama itu aku memaksakan diriku sendiri—kukira kalau aku dipukul, aku akan semakin dekat dengan jawabanku. Kalau aku menerima nama baikku yang semakin rusak, aku akan mengetahui kenapa Libby meninggal. I didn't get anything and what I almost lose is more terrifying. Aku hampir kehilangan Benny.
"Kali ini bukan karena kamu, tapi karena diriku sendiri. Aku hampir kehilangannya karena keegoisanku yang tidak membuahkan hasil sama sekali. Jadi aku berdiri disini, berbicara kepadamu, untuk meminta tolong. Beberapa hari kedepan aku akan berada di New York. William Bennett membutuhkanku selama Benny di rumah sakit.
"Selama itu, aku akan membiarkanmu menjadi pemimpin Patriots. Buat mereka sangat menyukaimu. Yakinkan Andrew kalau kamu berada di sisinya. I know you have been trying to do that, but I think we need more. Hancurkan nama baikku, Saint."
Saint mendengarkan semua penjelasan Rex, dan ia bertanya, "Dan, apa?"
"Aku mendengar Andrew mengatakan kepada salah satu asisten pelatihnya kalau mereka akan mengadakan pesta dengan wanita-wanita penghibur yang lebih muda."
"Kamu ingin aku datang ke pesta Coach Andrew?"
"Aku ingin kamu tahu dimana pestanya setelah mendapatkan kepercayaan pria itu. Don't come to the party, Saint. You're going to make yourself liable if you come. Let me know where the next party is, and then we'll catch them there."
"Kalau aku tidak berhasil bagaimana?"
"We'll try again until you'll get close to him."
"Apa yang membuatmu berpikir aku ingin membantumu?"
Rex mengulurkan tangannya kepada Saint dan berkata, "If you're doing this for Benny, I'll understand too. But this is me asking a favor. I can't do this by myself, Saint. I've tried. You know that blind side strategy—it doesn't always work. Aku perlu bantuanmu, Saint."
"The quarterback needs help."
"I just need someone to stop being against me for once. Can you be that person?"
"I love your girl, you know."
"I know," kata Rex.
"But she fucking love you like you're heaven and earth."
"That's why I can't lose her again," kata Rex yang menunggu Saint menjabat tangannya. Saint Michael Jr. menarik napasnya dan mengangguk. "Aku akan membantumu."
Saint menjabat tangan Rex dan bertanya, "Dimana Benny di antara semua prioritasmu sekarang, Rex?"
"She's my only priority now."
"Good."