RADION

By cindeyaur

66.2K 6K 1.8K

"Gue sekarang udah jadi ketua di sini, mau gimana pun, lo harus patuh sama gue." -Radion Geraldo. **** Radion... More

PROLOG
RADION || 01
RADION || 02
RADION || 03
RADION || 04
RADION || 05
RADION || 06
RADION || 07
RADION || 08
RADION || 09
RADION || 10
RADION || 11
RADION || 12
RADION || 13
RADION || 14
RADION || 15
RADION || 16
RADION || 17
RADION || 18
RADION || 19
RADION || 20
RADION || 21
RADION || 22
RADION || 23
RADION || 24
RADION || 25
RADION || 26
RADION || 27
RADION || 28
RADION || 29
RADION || 30
RADION || 31
RADION || 32
RADION || 33
RADION || 34
RADION || 35
RADION || 36
RADION || 37
RADION || 38
RADION || 39
RADION || 40
RADION || 41
RADION || 42
RADION || 43
RADION || 44
RADION || 45
RADION || 46
RADION || 47
RADION || 48
RADION || 49
RADION || 50
RADION || 51
RADION || 52
RADION || 54
RADION || 55
RADION || 56
RADION || 57

RADION || 53

408 44 3
By cindeyaur

"Jangan lupa mampir pas istirahat ke dua di lapangan indoor! Kita mau bagi-bagi hadiah di sana." Zean meletakkan sebuah brosur tepat di atas meja Mora. Di sebelah perempuan itu ada Nara, Archa, dan Kezia yang menarik kursi mengelilingi meja Mora.

Sedangkan Alula mengerjakan tugas sendiri di meja belakang mereka. Gadis itu melirik sekilas setelah sadar bahwa kelasnya didatangi oleh Zean, Raiden, dan juga Radion.

Kenapa harus Radion yang ke sini? Kenapa bukan Daplo atau Arlan saja? Atau bahkan anak-anak Camelion yang lainnya?

Alula juga sedari tadi sudah menyadari bahwa Radion melirik ke arahnya. Tetapi ia sebisa mungkin tidak peduli. Tapi bohong juga jika ia tidak kepo dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak Camelion ke sini.

"Hadiah apa nih? Kok nggak di kasih tau di sini?" Tanya Mora setelah membaca brosur yang diberikan oleh Zean.

"Biar lo langsung dateng ke tempatnya. Bantu ramein. Nggak usah banyak tanya, bawel amat." Raiden langsung menyemprot Mora dengan kalimat menyebalkannya.

"Biasa aja kali jawabnya. Gue tanya ke Zean, bukan ke lo."

Zean menepuk pundak Raiden pelan. "Lo tuh setiap hari kayak cewek PMS, ya? Kalo jadi cowok tuh lembutan dikit, apalagi kalo ngobrol sama cewek. Apalagi kalo ceweknya secantik Mora. Gue aja nggak tega kasarin dia."

"Yang penting gue nggak gatel ke cewek kayak lo, Ze."

"Gatel dari mana? Itu mah si Galen, mantan sahabat lo yang begitu. Gue mah mana pernah," elak Zean.

"Gimana? Pada mau dateng, kan? Kita sekaligus mau kasih tau ke semuanya kalo Camelion resmi berjalan lagi di sekolah ini. Pokoknya kita mau nyenengin semuanya yang dateng siang nanti. Blidvinter mah nggak bisa ngasih apa-apa ke mereka. Maunya di dukung doang, tapi nggak bisa nunjukin aksi."

Nara membuang nafasnya pelan. "Iya, nanti kalo sempet kita ke sana."

"Loh kok kalo sempet, sih? Sempet nggak sempet harus ke sana, Ra." Zean menggebu-gebu.

"Bawel lo."

"Ah males gue ngomong sama lo. Siang dateng ya, Cha!" Zean beralih menatap Archa yang sedari tadi diam di sebelah Nara. Nara yang melihat itu pun langsung mendengus.

"Iya, Ze, nanti dateng, kok." Perempuan itu tersenyum.

"Yes!" Raiden geleng-geleng kepala melihat Zean yang kegirangan.

Radion yang sedari awal hanya bisa melirik Alula pun pada akhirnya melangkahkan kaki panjangnya menghampiri meja gadis tersebut.

Raiden, Zean, Mora, Archa, Nara, dan Kezia pun sontak langsung melirik ke arahnya.

Radion meletakkan brosur itu tepat di atas buku paket Alula. Secara tidak langsung menghentikan aksi belajar perempuan itu.

"Siang dateng?" Tanyanya.

Mata Alula membaca brosur itu sampai habis. Barulah setelah itu ia mendongak menatap Radion.

"Aku nggak tau."

"Kenapa?"

"Banyak tugas yang harus diselesain." Radion tentu tahu bahwa Alula hanya membuat alasan.

"Oh, yaudah kalo nggak bisa." Radion meninggalkan meja Alula. Mengambil kembali brosur tersebut lalu kembali berdiri di sebelah Raiden.

Raiden dan Zean yang melihat interaksi antara mereka pun hanya bisa bertatapan.

"Tenang aja, Alula bakal dateng kok sama kita." Mora menyahut, membuat Alula menatapnya terkejut.

"Dia itu cuma alesan banyak tugas. Padahal kelas kita nggak ada tugas apa-apa. Dia tuh sebenernya mau banget dateng buat ketemu sama lo." Alula mendorong kursi Mora dengan keras karena malu. Sedangkan Mora sendiri hanya tertawa.

Radion tersenyum samar setelah itu. Hanya beberapa detik, hampir saja tidak ada yang menyadarinya.

Tetapi Alula menangkap senyuman itu. Ia menunduk, ikut tersenyum. Sepertinya sekarang pipinya sedang memerah.

"Yaudah, gue mau lanjut bagiin nih brosur. Gue tunggu kalian siang nanti, ya!" Zean berpamitan kepada mereka.

Setelah mereka pergi, Mora, Archa, Nara, dan Kezia langsung membalikkan tubuhnya secara bersamaan menghadap Alula.

"Kamu apaan sih, Mor? Aku nggak usah ikut ke sana," kata Alula langsung protes.

"Udah ikut aja, emang kenapa, sih?" Tanya Kezia.

"Kalo Galen liat gimana? Dia nggak bakal suka liat aku deket-deket sama anak-anak Camelion." Alula langsung berbisik kepada mereka. Takut ada yang mendengar.

"Kenapa kalo dia liat? Justru bagus karena lo bisa manas-manasin dia." Nara berujar.

"Aku nggak mau cari keributan. Kalo sampai dia tau, dia bisa aja berantem sama Radion atau anak-anak Camelion yang lainnya."

Mora tersenyum. Mengusap pelan punggung tangan Alula yang berada di atas meja. Mengerti akan kekhawatiran gadis itu.

"Lo nggak usah takut! Kita bakal jagain lo. Kita tau lo pasti mau banget dateng ke sana. Kita juga tau kalo lo pasti kangen banget sama anak-anak Camelion."

"Sebisa mungkin kita bakal jagain lo biar nggak ketahuan sama Galen." Semuanya langsung mengangguk setuju dengan ucapan Mora.

Walaupun masih takut, pada akhirnya Alula mengangguk. Ia percaya bahwa teman-temannya akan membantunya. Jika tidak punya mereka, Alula tidak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Dirinya beruntung memiliki mereka.

****

Tepat pada saat bel istirahat ke dua berbunyi, seluruh siswa-siswi SMA Gardapati menyerbu lapangan indoor.

Mungkin sekarang kantin SMA Gardapati hanya diisi oleh sebagian dari mereka. Sebagiannya lagi lebih tertarik pergi ke lapangan indoor untuk bertemu anggota Camelion.

Di tengah-tengah lapangan sudah berdiri Radion ditemani dengan anggota inti Camelion yang lainnya. Sedangkan angkatan Rafael dan anggota yang lain berpencar di masing-masing meja yang sudah mereka sediakan di pinggir-pinggir lapangan.

Alula baru saja sampai di sana ketika Radion membuka suara untuk menyapa siswa-siswi yang datang. Ia, Mora, Archa, Nara, dan Kezia langsung mengambil duduk di tribun penonton.

"Nyariin siapa, sih?" Archa bertanya kepada Alula ketika menyadari bahwa sedari tadi gadis itu tengah melirik ke sana kemari.

"Radion? Kan dia ada di lapangan, tuh."

"Bukan, Cha. Aku cuma takut ada Galen atau salah satu temen Blidvinter nya di sini."

Archa membuang nafasnya pelan. "Kalo ketahuan, bilang aja lo di sini karena di paksa sama kita-kita. Udah, tuh si Radion mau ngomong. Kita dengerin dulu."

Alula mengangguk. Sebelum ia menatap kembali ke arah lapangan, matanya menangkap sesosok Chlo dan kedua temannya yang sedang duduk di tribun atas.

Perempuan itu juga tengah menatapnya. Tatapannya sinis seolah tidak suka dengan kehadiran Alula di sini. Alula tidak memedulikannya dan memilih untuk mengalihkan wajahnya saja.

"Gue Radion selaku ketua Camelion pengen ngasih tau alasan gue ngumpulin kalian semua di sini," kata Radion di depan sana.

Tubuhnya gagah, matanya tajam, dan wajahnya terlihat sangat tampan. Alula hampir saja tenggelam melihat ketampanan lelaki itu.

"Gue nggak bakal ambil waktu istirahat kalian lama-lama. Cuma mau kasih tau kalo Camelion resmi berjalan lagi di sekolah ini. Pak Arthur sendiri yang udah setujuin kemarin, tanggal enam april." Semua yang ada di sana langsung bertepuk tangan senang.

Bagaimana tidak? Jika Camelion berjalan lagi di sekolah ini, pasti Camelion akan meramaikan acara-acara yang ada di sekolah. Hal itu akan membuat siswa-siswi juga semangat datang ke acara sekolah karena ada anak-anak Camelion.

Camelion adalah tahta tertinggi di SMA Gardapati.

"KAMI KEMBALI!" Raiden berteriak sambil mengepalkan tangannya ke atas. Di belakangnya sudah ada Zean dan Daplo yang memegang banner besar berlambang Camelion.

Sorak sorai siswa-siswi pun langsung memenuhi seluruh lapangan indoor hari ini. Ada yang mendokumentasikan, ada pula yang ikut berteriak mengobarkan semangat.

"HIDUP CAMELION!" Zean berseru dengan lantang.

"Sebelumnya makasih banyak buat kalian yang udah sempetin waktu dateng ke sini. Tujuan kita kumpulin kalian ke sini adalah pengen ngundang kalian buat seru-seruan bareng." Radion kembali melanjutkan pidatonya.

"Ngundang ke mana?"

"Gue juga nggak tahu. Tapi ada yang bilang kalo Camelion mau adain acara di luar sekolah gitu."

"Iya, terus ada yang bilang juga kalo misalnya kita mau di kasih hadiah." Bisik-bisik mereka mulai terdengar.

"Tolong tenang semuanya! Kita dengerin Radion ngomong dulu sampai selesai." Arlan menyuruh semua yang ada di tribun untuk hening. Seketika mereka langsung patuh dan suasana lapangan indoor mendadak hening kembali.

Radion berdeham sejenak untuk melanjutkan kalimatnya. "Kami bakal undang kalian ke acara pool party yang akan kami selenggarakan tiga hari lagi."

Lagi-lagi semua yang ada di sana langsung bersorak heboh. Mereka tak segan mengosongkan jadwal di hari itu demi datang ke acaranya Camelion.

"Untuk info lebih lanjut bakal kami share di akun sosial media kami. Nanti sore akan kami upload, jangan lupa kalian cek."

"Sekedar informasi, kami nggak ada niatan untuk menarik simpati kalian buat suka atau ngedukung Camelion. Kami hanya ingin mengundang kalian untuk seneng-seneng bareng. Kalo ada yang tidak tertarik, kalian bisa memilih untuk tidak datang," kata Radion simpel.

"Segitu aja informasi yang bisa saya berikan, terima kasih untuk perhatian dan kedatangan kalian semua. Kalian semua boleh bubar sekarang." Radion menyingkir dari posisinya.

"Tapi sebelum bubar, kami pengen bagiin sesuatu buat kalian semua yang udah hadir di sini." Raiden mengambil alih.

Lelaki berbadan besar itu berjalan ke salah satu meja terdekat yang dijaga oleh Rafael. Mengambil sebuah plastik kecil yang isinya langsung membuat semuanya meronta-ronta ingin memilikinya.

"Kita bakal bagi-bagi stiker Camelion sama logo Camelion yang udah kami bordir buat kalian."

"Akhirnya gue bisa punya stiker Camelion. Berasa jadi anggotanya kalo kayak gini mah," seru salah satu siswi kepada temannya dengan wajah yang berbinar-binar.

"Bener. Waktu itu gue sempet mau nyuri stiker Camelion punya cowok gue tapi ketahuan. Dia tuh selalu kasih apapun buat gue, tapi ada satu yang selalu nggak bisa dia kasih. Yaitu stiker dan atribut Camelion yang dia punya," jawab temannya dengan nada jengkel.

"Sebelum bubar, kalian bisa ambil ini di setiap meja yang ada di pinggir lapangan. Jangan berebut, karena kita punya banyak." Raiden kembali berjalan ke tengah-tengah lapangan.

"Kalo udah dapet, gue harap kalian jangan menyalah gunakan barang itu buat hal-hal yang kurang ajar. Kalo sampai ketahuan sama salah satu dari kita, kalian bakal tau sendiri akibatnya."

"Oh iya, logo Camelion yang di bordir penting buat kedatangan kalian nanti di pool party. Yang nanti dateng ke sana wajib tempel itu di baju masing-masing biar kalian bisa masuk dan ikut pestanya. Jadi, jangan sampai hilang!" Peringat Raiden.

"Kalo ilang kita nggak terima kedatangan kalian buat minta logo yang baru, ya! Kalo ilang, berati kalian nggak bisa dateng!" Zean menambahkan.

"Oke, cukup informasinya. Sekarang silahkan bubar dengan tertib!" Raiden menyelesaikan pembicaraannya.

Pada saat itu juga semuanya langsung berpencar untuk mengambil hadiah dari Camelion. Mereka semua sangat antusias akan hal itu.

Kezia yang sudah melihat Arlan dari kejauhan pun segera menarik teman-temannya untuk pergi ke meja yang sedang dijaga oleh lelaki itu. Kebetulan Arlan berjaga dengan Radion.

"Modus lo ya ke meja sini? Padahal meja yang dijaga Zean lebih deket dari tempat kita yang tadi." Mora berbisik kepada Kezia setelah mereka mengantri.

"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, Mor!" Kezia menyikut Mora dengan kesal.

Tiba saatnya Kezia di barisan pertama. Sepertinya perempuan itu lebih tertarik dengan orang didepannya dibandingkan dengan stiker dan logo Camelion.

Arlan menatapnya singkat lalu memberikan seplastik berisi stiker dan logo Camelion kepada Kezia.

Nggak bisa apa senyumin gue balik? Gue udah senyum lebar banget padahal di depan dia.

"Makasih," ucap Kezia sambil menerimanya.

"Ngapain masih berdiri di sini? Kasian yang dibelakang ngantri." Arlan mendongak.

Kezia berdecak. Jelas-jelas yang tengah mengantri di belakangnya hanya teman-temannya.

"Lo nggak mau tanya gitu gue bakal dateng ke pool party Camelion atau nggak?" Radion yang berdiri persis di sebelah Arlan tidak bisa menahan senyumnya mendengar itu.

"Jangan lupa dateng."

Kezia berdecak lagi. "Bukan itu yang gue mau. Gue maunya lo tanya ke gue, apakah gue bakal dateng ke pool party atau nggak?"

"Ya kalo nggak bisa dateng juga nggak apa-apa."

"Emang cowok terumit itu cuma lo, ya?" Kezia geleng-geleng kepala. Perempuan itu pada akhirnya bergeser. Sudah tidak tertarik lagi mengobrol dengan Arlan.

Radion pun menyuruh Arlan untuk bergantian dengannya.

"Lo dateng, Mor?" Tanya Radion sambil memberikan stiker dan logo Camelion kepada Mora.

"Pasti dateng kalo yang kayak gini mah. Thanks, ya!" Radion mengangguk.

Setelah Mora menyingkir, yang selanjutnya adalah Alula. Lelaki itu tersenyum ketika gadis itu sudah berada dihadapannya.

Ada banyak hal yang selalu ingin Radion ceritakan kepada gadis itu walaupun hal yang tidak penting sekalipun.

Ia juga merindukan saat-saat di mana dirinya selalu bertanya kepada Alula adakah yang mengganggunya hari ini atau tidak.

Tanpa komunikasi pun, Radion akan tetap menyukai Alula sepertinya.

Radion memberikan stiker dan logo Camelion kepada Alula. Gadis itu tentu menerimanya. Tetapi saat mengambil itu dari tangan Radion, tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Tidak lama, hanya dua detik.

"M–makasih."

Alula yang menyadari hal itu langsung buru-buru menyingkir dari hadapan Radion. Sekarang dua orang itu berubah menjadi canggung.

"Permisi-permisi!" Nara mendengus kesal ketika tubuhnya disenggol dengan sengaja oleh Chlo yang baru saja datang bersama Chessy dan Ruby.

"Udah dapet, kan? Jangan ngalangin, dong," katanya kepada Nara.

"Gue sengaja kali ngalangin lo," balas Nara.

"Gue belum dapet, Rad." Chlo menatap Radion.

Perempuan berambut ikal itu langsung tersenyum setelah Radion memberikan apa yang ia mau.

"Gue ikut seneng deh liat Camelion bisa kayak dulu lagi," katanya.

Mora, Archa, Nara, dan Kezia sudah sangat muak mendengar nada bicara Chlo yang langsung berubah sok imut di depan Radion.

Sedangkan Alula hanya bisa menatap mereka dengan sedih. Rupanya Chlo masih mengejar-ngejar Radion. Dari matanya terlihat bahwa Chlo masih sangat menyukai Radion.

"Iya, jangan lupa dateng ya ke pool party nya."

Chlo mengangguk dengan antusias. "Pasti dateng kok kalo ada lo. Ngomong-ngomong gimana hari ini? Do you feel better? Dari kemarin padahal gue nungguin lo cerita sama gue. Lo inget kan kalo lo bisa cari gue kalo ada sesuatu yang mau lo ceritain?"

Alula langsung terpaku setelah mendengar itu. Apakah mereka sudah saling bercerita? Apakah mereka sekarang sedekat itu?

"Iya, Chlo. Tenang aja."

"Pool party ini, boleh nggak ke pestanya gue bareng sama lo?" Pertanyaan itu cukup mengejutkan semuanya. Bahkan Arlan yang sedari tadi diam saja pun ikut terkejut dengan pertanyaan Chlo.

"Gue nggak tau sempet jemput lo atau nggak. Soalnya gue harus siapin semuanya di sana," jawabnya.

"Kalo sempet?"

"Kayaknya mau banget di jemput. Ngerepotin banget lo. Sekarang udah banyak ojek online sama taksi online kali. Kalo nggak ada barengan, gue bisa kok tebengin lo naik mobil gue," cetus Nara.

"Kenapa lo yang sewot? Suka-suka gue, dong. Lo iri ya karena nggak punya cowok?" Chlo melirik Nara kesal.

"Emangnya lo punya cowok? Radion aja bukan cowok lo."

Chlo memilih untuk mengabaikan Nara dan kembali menatap Radion. Menunggu jawabannya. "Gimana?"

Radion melirik Alula saat itu juga. Gadis itu mengalihkan tatapannya secepat mungkin setelah Radion menatapnya.

"Gue sempetin." Akhirnya Radion menjawab.

"Oke, nanti kabarin aja, ya!" Radion mengangguk.

Perasaan Alula mendadak campur aduk setelah mendengar itu. Apakah nanti benar Chlo akan datang bersama Radion? Chlo berbicara seperti itu didepannya pasti sengaja untuk membuatnya kesal.

"Rad, udah abis di meja kita. Pindah ke meja Daplo aja." Arlan menepuk pundak Radion. Memberitahunya bahwa meja mereka sudah kosong. Stiker dan logo Camelion yang diberikan kepada Chlo adalah yang terakhir.

Radion melirik meja dihadapannya yang memang benar sudah kosong. Ia lalu melirik Daplo yang berada di meja seberang. Antriannya sangat panjang dan lelaki itu sepertinya kewalahan karena berjaga sendirian.

"Gue ke sana dulu, ya!" Radion berpamitan kepada Chlo juga kepada Alula, Mora, Archa, Nara, dan Kezia.

Ia dan Arlan lalu pergi meninggalkan mereka menuju meja Daplo.

"Udah yuk kita pergi juga! Gue lama-lama eneg deket-deket sama cewek pick me kayak dia," ajak Kezia ikut menjuliti Chlo.

"Siapa yang lo bilang pick me?" Chlo membalikkan tubuhnya menatap Kezia.

"Yang barusan nanya ke gue."

"Ngeselin juga ya lo?" Chlo memasang wajah kesalnya.

Kezia hanya tertawa melihat reaksi Chlo. Setelah itu ia bersama teman-temannya memutuskan untuk pergi ke kantin meninggalkan lapangan indoor.

****

"Radion kemana?" Zean bertanya kepada teman-temannya setelah keluar dari kelas. Teman-temannya sedang berkumpul di depan kelas kecuali Radion.

"Rooftop katanya."

"Ngapain?" Tanya Zean duduk di sebelah Arlan.

"Gue juga nggak tau. Katanya sih sebentar doang."

"Cara bikin Radion happy kayak gimana, ya?" Semuanya sontak langsung menoleh ke arah Zean.

Zean menatap balik teman-temannya satu persatu. "Dia emang udah baikan dari yang kemarin. Tapi belum baik sepenuhnya. Lo pada liat sendiri, kan? Dia masih suka menyendiri terus pergi dari kita-kita."

"Gue selalu nanya gimana keadaan dia. Selalu maksa dia buat cerita, tapi dianya selalu bilang nggak apa-apa. Gue yakin dia banyak butuh waktu sendiri," kata Raiden.

"Tapi sampe kapan, Den? Lo nggak sedih apa liat dia begini terus? Dulu dia nggak kayak gini, loh."

"Untungnya dia nggak ngacauin Camelion dengan sifatnya yang kayak gini. Dia masih tetep mimpin Camelion dengan baik. Tapi gue sedih aja liat dia yang sekarang."

"Iya, gue ngerti, Ze."

"Yang bisa bikin dia seneng cuma Alula." Daplo mendongak.

"Gimana dia bisa baik-baik aja sekarang, kalo masalahnya sama Alula aja belum kelar?" Arlan menambahkan.

"Dia bener-bener sesayang itu ya sama Alula?"

Raiden menjitak kepala Zean. "Ya kayak lo sayang ke Archa aja gimana, Ze?"

Zean mengusap kepalanya sendiri. "Sayang banget gue. Cinta mati gue."

"Lebay," gumam Daplo.

"Nah ya udah, sama kayak gitu."

"Sama kayak lo ke Mora juga ya, Den?" Zean menaik-naikkan alisnya. Menggoda lelaki bertubuh besar itu.

"Lo mau gue banting di sini, Ze?"

Zean geleng-geleng kepala. "Gue kasian banget sama Mora. Nggak pernah di anggep sama lo, Den."

"Gue anggep, kok. Sebagai pengganggu."

"Jahat banget."

Saat sedang asik mengobrol, mata Zean menangkap Alula yang sedang berjalan sendiri di ujung lorong. Sepertinya gadis itu sedikit lagi akan melewati mereka.

"Gue punya ide!" Katanya tiba-tiba. Tubuhnya mendadak berdiri dengan tegak.

"Apaan lagi ide lo yang kayak sampah itu, Ze?" Tanya Raiden tak segan-segan.

"Bangsat lo, Den. Kali ini nggak kayak sampah."

"Alula!" Lelaki itu langsung berteriak memanggil Alula yang sudah berdiri tak jauh dari mereka. Ia melambai-lambaikan tangannya agar Alula dapat melihatnya.

Alula yang berada di sana pun merasa serba salah. Ia ingin putar balik untuk menghindari mereka tetapi Zean sudah terlanjur memanggilnya.

Akhirnya ia pun memutuskan untuk menghampiri mereka. Untungnya tidak ada Radion di sana. Mungkin Radion sedang di dalam kelasnya.

"Kenapa, Ze?"

"Lo mau ke mana? Sendirian aja?" Raiden, Arlan, dan Daplo hanya bisa menatap Zean dengan tatapan bingung. Apalagi rencana yang akan dilakukan oleh lelaki itu?

"Mau ke perpustakaan. Balikin buku," jawabnya pelan.

Zean mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Lo nggak kangen kita apa? Gue kangen ngeledekin lo sama Radion di markas tau. Kapan main ke markas Camelion lagi?"

Arlan yang duduk tepat di sebelah Zean pun langsung menyikut lengan lelaki itu. Sedangkan Alula sendiri hanya diam. Bisakah ia seperti dulu?

"Kenapa manggil aku, Ze?" Alula mengabaikan ucapan Zean sebelumnya.

"Oh, iya! Itu, tadi Pak Umam barusan nyariin lo." Semua teman-teman Zean langsung memalingkan wajahnya ketika mendengar sandiwara Zean.

"Nyariin gimana, Ze?"

"Katanya tadi dia nyariin lo, tapi nggak ketemu sama lo. Makanya dia nyuruh kita sampein ke lo kalo ngeliat lo. Kebetulan kita ketemu di sini. Dia tadi nyuruh lo buat ngecek rooftop sekolah."

Alula mengernyit. "Rooftop sekolah?"

"Iya. Lo tau sendiri kan nggak boleh ada yang ke sana? Pak Umam katanya udah capek banget mergokin orang pacaran di sana. Katanya kalo nanti lo mergokin orang pacaran di sana, usir aja."

"Oke deh nanti aku mampir ke sana dulu sebelum ke perpustakaan."

"Mau ditemenin nggak?" Tawar Zean.

Alula langsung menolak. "Nggak usah. Aku sendiri aja. Lagian juga Pak Umam kan yang nyuruh aku?"

Zean mengangguk sambil tersenyum lebar. Rencananya berhasil.

"Kalo gitu aku duluan, ya!" Pamit Alula kepada semuanya. Gadis itu cepat-cepat melangkah pergi dari sana sebelum ada banyak orang yang melihat bahwa dirinya tengah bersama inti Camelion.

"Ze, itu ide apa, sih?" Tanya Raiden setelah Alula pergi menjauh dari mereka.

"Yang pasti bukan ide sampah, Den. Gue rencanain ide kayak gitu biar Alula bisa ketemu Radion di rooftop. Seenggaknya kan mereka bisa ngobrol di sana. Nggak bakal ada si Galen yang sok-sok an jadi intel."

"Tapi kalo Alula nya tetep nggak mau ngobrol gimana?"

Zean menepuk pundak Raiden pelan. "Lo tuh nggak ngerti ya, Den? Mereka berdua itu sama-sama mau ngobrol. Cuma halangannya ada di Galen doang. Kalo punya kesempatan buat ngobrol, Alula pasti mau ngobrol sama Radion. Udah, lo tenang aja."

"Lo nggak mau apa bikin Radion seneng sehari aja? Susah banget nyenengin dia kalo bukan karena Alula."

Raiden memalingkan wajahnya. "Ya udah, terserah lo."

****

Alula berjalan pelan menaiki tangga yang menghubungkan lorong lantai tiga ke rooftop sekolah.

Saat sampai di sana, ia melihat pintu rooftop yang setengah terbuka.

Angin menerpa rambut panjangnya ketika ia membuka pintu rooftop lebar-lebar.

Ia melihat sekelilingnya. Tidak ada orang berpacaran yang ia dapati di sini. Itu artinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tetapi ada satu yang menarik perhatiannya. Sesuatu yang membuat dirinya ingin tetap berada di sini. Langkahnya berat untuk meninggalkannya pergi.

Ia tidak salah lihat, kan?

Matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan apakah penglihatannya benar.

Alula pun memberanikan diri untuk mendekat ke ujung rooftop.

Dirinya tersenyum kecil ketika melihat Radion yang sedang tertidur di sana. Rambut lelaki itu berantakan karena angin yang beberapa kali menerpanya.

Wajahnya sangat manis. Berbeda dengan wajah sehari-hari Radion yang biasanya tegas dan galak.

Mungkin menghabiskan waktu sebentar di sini tidak masalah. Toh masih ada beberapa menit lagi bel masuk ke kelas.

Alula pun mengambil duduk di sebelah Radion. Jaraknya lumayan dekat sampai bahu mereka bersentuhan.

Gadis itu hanya menatap pemandangan di depannya sambil memeluk buku yang ia bawa sendiri. Tidak berniat membangunkan Radion.

Ia hanya merindukan seperti ini bersama Radion. Duduk berdua di rooftop sambil bercerita. Dulu mereka suka sekali melakukan hal itu.

Tempat ini adalah saksi mereka berdua. Saksi dari cerita-cerita yang pernah mereka utarakan di sini.

Jika ada masalah pasti Radion selalu lari ke sini, begitupun Alula. Karena hanya disinilah Alula bisa mengingat Radion begitupun sebaliknya.

"Siapa di sebelah gue?" Alula terlonjak kaget ketika Radion mengeluarkan suaranya ketika ia sedang melamun.

Ia langsung melirik ke sebelah kanannya. Tepatnya ke arah Radion. Lelaki itu belum membuka matanya.

"K–kamu kebangun, ya?" Tanya Alula takut-takut.

"Oh, Alula," gumamnya setelahnya.

Radion pun membuka matanya. Melirik gadis disebelahnya sambil membernarkan rambutnya yang berantakan.

"Ngapain di sini?" Tanya Radion.

"Tadi kata Zean aku di suruh Pak Umam buat ngecek rooftop. Padahal aku mau ngembaliin buku ke perpustakaan." Alula menunjukkan buku di tangannya.

Radion langsung tertawa setelah mendengar itu. Mendengarnya saja Radion sudah bisa menyimpulkan bahwa Alula baru saja dikerjai oleh sahabatnya.

Mana mungkin Pak Umam menyuruhnya untuk mengecek rooftop? Pak Umam saja tidak peduli akan hal seperti itu.

Alula mengernyit melihat Radion tertawa.

"Kok kamu ketawa?"

"Nggak apa-apa." Radion menghentikan aksi tawanya.

"Kamu sendiri ngapain tidur di sini? Anginnya kenceng tau. Takut masuk angin."

"Aku nggak tidur. Cuma merem aja."

"Tumben duduk di sini. Biasanya langsung pergi kalo ketemu sama aku," kata Radion lagi.

Alula menggaruk kepalanya malu. Tidak menjawab yang membuat Radion gemas sendiri melihatnya.

"Kamu nggak kangen sama Mami? Dia kangen sama kamu katanya." Radion menatap Alula disebelahnya.

"Kangen banget. Udah lama nggak main ke rumah kamu."

"Kalo hari ini mau juga bisa, kok. Mami ada di rumah."

Alula tersenyum masam. Nyatanya ia tidak bisa melakukan hal itu. Padahal ia sangat merindukan Marissa. Merindukan semua yang pernah ia lakukan dahulu.

"Nggak bisa, ya?" Radion yang sudah mengerti akan hal itu pun bisa memaklumi.

"Emangnya ada jadwal apa sama Galen pulang sekolah nanti?"

"Nggak ada jadwal apa-apa. Langsung pulang aja." Alula tahu bahwa ia sudah banyak menyakiti hati Radion. Alula juga tidak mau melakukan itu.

"Oke, nggak apa-apa."

"Aku mau tanya sama kamu."

"Apa?"

"Kamu beneran berangkat sama Chlo buat ke pool party besok?"

"Kenapa nanya itu? Kamu nggak suka?" Radion menggoda Alula.

"Apaan, sih? Aku cuma nanya. Lagian kalo mau berangkat bareng juga nggak apa-apa."

"Kalo bisa berangkat bareng kamu, aku lebih pengennya sama kamu." Nada bicara Radion terlihat santai tapi mampu membuat jantung Alula berdetak dua kali lebih cepat.

"Nggak apa-apa kalo kamu nggak suka liat aku sama Chlo. Aku juga nggak suka liat kamu sama Galen. Nggak suka banget malah."

"Kalo aku nggak bisa dateng ke acara Camelion, kamu marah nggak?" Tanya Alula pelan.

Radion menggeleng. "Nggak sama sekali."

Bohong jika ia tidak mengharapkan kehadiran Alula besok. Ia sangat ingin gadis itu datang.

"Aku bakal usahain dateng, kok."

"Kalo emang nggak bisa, nggak usah dipaksa. Nggak apa-apa." Radion mengusap pelan puncak kepala Alula. Hanya sebentar, lalu lelaki itu kembali menatap ke depan.

"Maaf, semuanya jadi rumit karena aku." Alula menunduk. Memainkan jari-jari tangannya sendiri.

"Nggak usah di bahas. Bukan salah kamu."

Alula tidak tahu apakah jawaban Radion barusan menandakan bahwa lelaki itu marah atau tidak. Yang pasti Alula merasa takut dan tidak enak.

"Punya kesempatan beberapa menit kayak gini sama kamu aja aku udah seneng banget." Radion kembali melanjutkan kata-katanya yang membuat Alula terpaku.

****

Halo semuaa!!🙌🏻

Dikit lagi puasa selesai, udah bolong berapa kalian? Udah beli baju lebaran belum? Karena nggak tau bakal update spesial lebaran atau nggak, jadi aku mau ucapin midal aidin wal faidzin sekarang hehe🙏🏻

Minal aidin wal faidzin ya readers tersayangku🙏🏻💓 maaf kalo aku banyak salah sama kalian karena aku php-in kalian terus😭

Kayaknya ini udah setahun aku nulis cerita Radion, deh. Dari yang awalnya sepi jadi ada pembacanya. Aku seneng banget karena para readers ku kebanyakan dari tiktok. Tapi akun tiktok ku sekarang malah gabisa log in🥲

TAPI AKU UDAH ADA TIKTOK BARU!! RAMEIN YU!! Namanya 'cramelgurll' DOUBLE L!! Pokoknya yang foll nya masih dikit.

Banyak juga yang nanya 'kapan end?' Aku pantang selesain cerita ini sebelum tembus 100k guys hehe, aminin aja dulu🤲🏻 selain itu juga perjalanan Radion & Alula masih panjang.

Jangan lupa kasih vote sama spam comment nya ya semua🫶🏻 semangatin aku biar update nya rajin-rajin😸 biar kalian ga lupa alur juga👍🏻

Don't forget to check👇🏻 :
Instagaram : @cindeyaur
Tiktok : @cramelgurll

Mora yang spek bidadari gini aja masih dijutekin sama Raiden apalagi aku🫣

Thank you buat yang udah mampir ke sini dan kasih dukungan buat aku❤️ sehat-sehat terus kalian😉

See u di next chapter!

With love, Cindyy<3

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 123K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
95.9K 3K 9
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN DENGAN MEMBERI DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA.] "PACAR dan BABU itu BEDA TIPIS."-King Bully...
1.9K 836 13
ALUR ACAK ACAKAN KARENA SEDANG DI REVISI!. FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! ... Di saat situasi apapun, gadis itu berusaha agar tetap berada di sampingnya...
1.4M 38.4K 13
[ GENGSTER ARION GENERASI 2 ] "Boleh Ghea pergi! Boleh Ghea pergi kak!! Ghea capek sama hidup Ghea!! Ghea mau nyusul bunda sama ayah!! Percuma Ghea h...