TAWS (1) - Anstia

Af Dasyalily

2M 292K 10.1K

The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan... Mere

Prolog
1. Putri Terbuang
2. Pangeran
3. Putri Bodoh
4. Raja Iblis
5. Semakin Dekat
6. Benci
7. Penyerangan
8. Titah Raja
9. Putri Ceroboh
10. Kepergian Raja
11. Pangeran Pembenci
12. Anastia
13. Benda Berkilau
14. Luka dan Luka
15. Pembuktian Pertama
16. Raja dan Amarah
17. Pandangan Pertama
18. Jalan
19. Pangeran Pertama
20. Putri yang Ditolak
21. Sepuluh Tahun
22. Putri Janesita
23. Orang Aneh
24. Terjebak
25. Patah
26. Kemah Putri
27. Teman Baru
28. Aku Berbeda
29. Hati yang Beku
30. Cinta Yang Kembali
31. Acara Menginap
32. Petak Umpet
33. Penghuni Baru
34. Rambut Emas
35. Mermaid
36. Sihir
37. Dunia Baru
38. Pertemuan
39. Manis
40. Penjaga
41. Sihir
42. Bertemu Lagi
43. Kembali Bertemu
44. Perjanjian
45. Ikatan
46. Kembali
47. Satu Persatu
48. Petunjuk
49. Perpisahan dan Awal Baru
50. Keingintahuan
51. Perubahan
52. Kejujuran
53. Rahasia
54. Pengakuan
55. Permintaan
56. Mulai Berakhir
57. Semakin Parah
58. Semua Yang Nyata
59. Kertas
60. Terlepas
61. Mereka
62. Dunia Berbeda
63. Keputusan Berat
64. Mulai Berubah
65. Tanda Balik
66. Sudut Pandang
67. Beberapa Hal Yang Tersembunyi
68. Perlajanan
69. Kastil
71. Halaman Akhir
72. Kemenangan
73. Hubungan Yang Diperbaiki
74. Ketenangan Setelah Badai
75. Akhir Paling Indah
Epilog

70. Buku Jalan

10.7K 1.7K 144
Af Dasyalily

"Mereka sudah disini."

Anstia cepat-cepat mengeluarkan kunci yang diberikan oleh Kasilva. Dia berlari ke arah Hil untuk membuka jeruji milik perempuan itu.

"Kita akan pergi?"

Anstia mengangguk. "Ikut saja."

Suara dentuman kuat, ditambah suara raungan kuat beserta api yang menyembur dari sana sini.

"Dimana dia meletakkan anti sihir itu?"

"Seluruh Istana." Anstia mengerang kesal.

Kasilva tampak berlari dari arah lain, nafasnya tampak berderu. "Apa dia orangmu? Dia ingin membunuhku dari tadi."

Anstia menatap siapa yang Kasilva maksud. "Rusta."

Rusta tampak terdiam, matanya tampak kaget menatap Anstia yang benar-benar nyata dihadapannya.

"Kau masih hidup?"

Anstia berdecak. "Kalau aku mati berarti kau juga bodoh."

Rusta mengerutkan kening. "Kenapa aku merasa itu harusnya kata-kataku?"

"Bantu aku." Anstia menunjuk sebuah sudut. "Kalau kau melihat darah di sepanjang jalan cepat-cepat keringkan, itu adalah anti sihir."

Rusta tanpa bertanya mengangguk. "Mereka semua sudah disini, kau keluarlah dan bertemu mereka."

Anstia mengangguk. "Periksa area sana, aku akan periksa area sebelah sini."

Rusta mengangguk. Mereka berpisah.

Anstia berlari dengan Hil memegang tangannya sedangkan Kasilva berlari sambil memperhatikan sekitar, melihat dimana ada Anti sihir.

"Berikan bukunya."

Hil mengeluarkan buku bersampul ungu itu dari dalam bonekanya, dia memberikan buku itu pada Anstia.

"Kalian berdua pergi ke tempat yang paling aman, bersembunyilah. Sebelum aku menjemput jangan keluar. Sisanya serahkan padaku." Kasilva dan Hil mengangguk.

"Hati-hati." Kasilava menepuk bahu Anstia sebelum berlari menjauh dari Anstia.

Anstia membuka lembar terakhir buku tersebut sambil mencari tempat yang aman untuk menulis lanjutan cerita ini.

Sebuah ruangan yang terdapat di lantai kedua tampak agak tertutup karena semua area di tutupi oleh kain tebal agar cahaya tidak masuk.

Suara diluar sana masih terdengar. Perang masih berlanjut.

Anstia menatap kertas tersebut, dengan alat tulis ditangannya tapi dia tidak tau harus menulis seperti apa. Bagaimana?

"Kau tampak kesulitan." Anstia menoleh, dia seketika berdiri dari kursinya, menatap mata merah dengan seringai kecil ke arah Anstia. "Apa aku terlalu lama pergi sampai kau tidak mengenalku?"

Anstia menatap laki-laki itu, rambut panjang hitam, mata merah dan senyuman menyebalkan. "Yasa.. "

Yasa, tersenyum. "Ya, ada perlu sesuatu Tuan Putri?"

"Bagaimana kau bisa ada disini?" Anstia menatap Yasa yang mengangkat bahu, dia menatap sekelilingnya. "Kau tinggal disini?"

Yasa menatap Anstia, dia tersenyum. "Begitulah."

"Kau bagian dari penyihir hitam?" Anstia menatap Yasa yang tersenyum. "Aku kira, kau orang baik."

Yasa mengangkat bahu. "Tidak ada yang benar-benar baik di dunia ini."

Anstia menatap buku yang ada di atas meja, begitu juga Yasa. Yasa yang sadar akan itu meraih buku tersebut. "Kembalikan!"

"Kenapa?" Yasa tersenyum. "Kau belum menulis apa-apa, hm?"

Anstia menatap ke kanan dan kiri, mencari apapun untuk melawan. Tapi tidak menemukan apapun.

"Aku bukan Penyihir Hitam." Anstia menoleh. "Aku ada disini karena kau sudah bertemu dengan buku ini."

Anstia mengerutkan kening. "Apa maksudnya?"

"Apa kau tidak merasa aneh?" Yasa membuka lembar-lembar kertas dari buku tersebut. "Kenapa aku bisa tiba-tiba muncul saat itu, lalu menghilang dan sekarang ada di hadapamu. Apa kau tidak penasaran?"

"Aku tidak terlalu memikirkan itu." Anstia menatap Yasa.

"Karena aku adalah buku ini."

Anstia menatap Yasa dengan tatapan tidak terbaca. "Apa?"

"Dulu saat aku muncul dihadapanmu saat kau kecil itu karena buku ini masih berada di dekatmu, tapi mereka mencuri buku ini, itu kenapa aku menghilang, aku tidak pernah muncul. Buku ini bukan pada pemiliknya." Yasa menatap Anstia. "Aku adalah jiwa dari buku ini, aku hanya akan muncul saat pemilikku yang menulis. Kau pasti pernah dengar kalau buku ini ditemukan di dekat pohon kehidupan."

"Itu kata Ahimoth."

Yasa mengangguk. "Aku adalah jiwa buku ini, aku akan selalu ada di dekat penulisku. Tapi ada yang berniat jahat, itu mengapa mereka mengambil buku ini dan memberikan pada orang lain yang bukan bagian dari cerita ini."

"Aku tidak mengerti."

"Ini kehidupanmu yang kedua, kan?" Yasa menatap Anstia yang tampak kaget. "Dulu doamu kau ingin masuk ke dalam cerita ini karena kau ingin merubah isinya menjadi kisah yang indah, membuat si Putri tidak mati ditangan Ayahnya. Dan kau berhasil, itu karena kaulah penulisnya. Tapi, kau berencana untuk membunuh dirimu sendiri agar cerita ini tidak berubah lagi, kan?"

Anstia terdiam, semua perkataan Yasa mengenai semua. "Aku benar-benar masuk ke dalam cerita yang aku buat?"

Yasa mengangguk. "Ya, dan aku adalah jiwa dari buku ini. Aku tau semua isi buku ini, bahkan apa yang akan tertulis di buku ini sedikit banyaknya aku tau."

Anstia duduk, menatap Yasa. "Aku bingung. Kalau aku tetap hidup cerita ini mungkin akan berlanjut dan akan terus jadi seperti cerita yang tidak berakhir indah. Karena jika tidak semua akan kembali ke awal."

"Siapa bilang?"

"Bukan memang begitu?"

Yasa menggeleng. "Kau hanya perlu menulis akhirnya yang kau mau dan menghilangkan buku ini. Artinya cerita di dalam buku ini telah selesai, apa yang berjalan selanjutnya adalah dunia baru yang tidak pernah tercatat dalam buku."

"Tapi, kau jiwa buku ini. Artinya.. "

"Aku akan menghilang." Yasa mengangguk.

"Kita baru bertemu dan kau mau pergi lagi?" Anstia menatap Yasa yang mengangkat bahu. "Bisa tidak cerita ini berakhir tapi kau tetap tinggal."

"Itu agak sulit." Yasa meletakkan buku itu di atas meja. "Kalau kau berkorban, banyak yang akan menangisimu. Tapi kalau kau mengorbankan aku, tidak akan ada yang berubah."

"Aku tidak mau." Anstia menggeleng. "Aku mau kau juga tetap tinggal."

"Kau menyukaiku?"

Anstia diam, dia membuang muka ke arah lain. Yasa seketika diam. Ruangan itu kini hanya terdengar suara dentuman dari luar tanpa ada suara.

Yasa mengusap wajahnya. "Maaf."

Anstia mengangguk, tapi dia masih menatap ke arah lain.

"Pada dasarnya kita memang tidak bisa jadi satu," Anstia perlahan menatap Yasa. "Aku juga merasakan perasaan itu, tapi aku tau ini tidak akan berhasil."

"Kenapa?"

"Bagaimana aku bisa mencintai penulisku? Kau yang membuat aku ada di sini, menjadi bagian dari kisah ini tapi, aku tidak akan pernah jadi salah satu bagian dalam cerita ini. Aku hanya ada, tanpa memiliki bagian apapun."

"Kau pernah ada di dalam cerita ini."

"Tapi, aku tidak punya pengaruh. Aku hanya peran yang bahkan tidak dijelaskan di dalam sebuah cerita. Seperti tidak pernah ada." Yasa meraih alat tulis, dia memberikan pada Anstia. "Setidaknya aku tau kau akan hidup bahagia."

Anstia menggeleng. "Kau juga harus tinggal."

Yasa tersenyum. "Bahkan ketika aku bukan bagian dari cerita ini aku selalu ada untuk memerhatikanmu."

. . .

Udah bau-bau ending bahagiaaaaaaaaaaaaaaaaa

Yasa akhirnya muncul lagi 😆

Gimana nih kira-kira? Ada yang bisa nebak endingnya kira-kira gimana?

Yang pastinya bahagia.












































Kayanya..

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

7M 367K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
1.2M 132K 93
[Bukan Novel Terjemahan] Obat alami untuk penderita darah rendah. Liviana Putri adalah seorang budak korporat yang selalu bekerja seharian. Dia mati...
1M 97.6K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
1.2M 157K 64
Ash, seorang gadis berusia 25 tahun yang tengah terpuruk. Tunangannya yang mencampakkan dirinya tepat pada hari pernikahan mereka hingga sang adik ka...