RADION

By cindeyaur

66.5K 6K 1.8K

"Gue sekarang udah jadi ketua di sini, mau gimana pun, lo harus patuh sama gue." -Radion Geraldo. **** Radion... More

PROLOG
RADION || 01
RADION || 02
RADION || 03
RADION || 04
RADION || 05
RADION || 06
RADION || 07
RADION || 08
RADION || 09
RADION || 10
RADION || 11
RADION || 12
RADION || 13
RADION || 14
RADION || 15
RADION || 16
RADION || 18
RADION || 19
RADION || 20
RADION || 21
RADION || 22
RADION || 23
RADION || 24
RADION || 25
RADION || 26
RADION || 27
RADION || 28
RADION || 29
RADION || 30
RADION || 31
RADION || 32
RADION || 33
RADION || 34
RADION || 35
RADION || 36
RADION || 37
RADION || 38
RADION || 39
RADION || 40
RADION || 41
RADION || 42
RADION || 43
RADION || 44
RADION || 45
RADION || 46
RADION || 47
RADION || 48
RADION || 49
RADION || 50
RADION || 51
RADION || 52
RADION || 53
RADION || 54
RADION || 55
RADION || 56
RADION || 57

RADION || 17

967 99 13
By cindeyaur

"Iya, Pak. Ada apa ya manggil saya ke sini?" Tanya Chlo sambil duduk di hadapan kepala sekolah SMA Gardapati. Pak Arthur.

"Saya ingin mengobrol serius sama kamu. Ini tentang ekskul musik. Kebetulan kamu kan ketuanya?" Chlo mengangguk dan mencoba mendengarkan dengan serius.

"Terakhir kali kalian mengadakan acara ekskul kalian adalah setahun yang lalu. Tepatnya kalian mengadakan band dan membuat panggung besar di lapangan sekolah."

"Mohon maaf karena sekarang Bapak kurang memperhatikan ekskul musik. Dari kemarin Bapak terus saja mendorong ekskul-ekskul yang lainnya ke ajang lomba, seperti basket, voli, dance, cheerleaders, dan yang lainnya."

"Sampai kemarin Bapak di datangi oleh Bu Rahma, pembina ekskul musik. Kita ngobrol banyak tentang kemajuan ekskul musik untuk kedepannya."

"Mungkin nanti Bu Rahma akan membicarakannya kepada kamu. Tapi sekarang, saya mau langsung bicarakan sama kamu sekaligus mau minta maaf atas sifat Bapak yang terlihat seperti tidak peduli dengan anak-anak ekskul musik."

Ekskul musik di SMA Gardapati tidak jelek. Hanya saja ekskul musik di SMA Gardapati berada jauh di bawah ekskul-ekskul lainnya yang sudah banyak mengikuti banyak perlombaan.

Maklum saja, ekskul yang paling menonjol di SMA Gardapati notabene ekskul adalah cabang ekskul olahraga. Contohnya basket.

Bahkan club basket di SMA Gardapati sudah terkenal di mana-mana. Sekarang anggotanya adalah anak kelas sebelas yang tak kalah tampan di kalangan angkatan mereka. Ada Devan, Rasyid, Leo, dan Akash.

"Jadi, ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Nggak ada, kok. Saya hanya ingin bilang ke kamu, kalau nanti saya akan mengadakan pentas musik yang akan dilaksanakan oleh semua anak-anak dari ekskul musik."

"Bapak sudah memikirkan ini sedari lama. Sekitar satu bulan ke depan, kalian harus berlatih untuk pentas musik yang akan diadakan di sekolah kita. Bapak ingin melihat bakat kalian dalam bermain musik. Bapak juga mau kamu memberikan kesempatan kepada anak-anak musik lainnya untuk tampil. Kamu boleh menampilkannya secara berkelompok, dan sebagainya. Terserah kamu."

Chlo membelalakkan matanya kaget. Ia tidak percaya bahwa akan diadakan pentas musik di sekolahnya. Biasanya SMA Gardapati mengadakan acara besar saat ada salah satu club basket dari sekolah yang ingin bertanding di sini. Hanya itu.

"Ini serius, Pak?!"

"Saya nggak bercanda. Kebetulan nanti sore jadwalnya ekskul musik, kan? Kamu bisa omongin tentang ini ke Bu Rahma dan teman-teman yang lain untuk mulai berlatih dan memikirkan pertunjukkan apa yang ingin kalian tampilkan nanti."

Chlo tersenyum miring. Sepertinya ia tahu, ia akan menampilkan apa nanti di acara pentas musik sekolah.

****

"Lo udah tahu berita itu kan, Bos? Nih, gue masih nyimpen beritanya sebelum di hapus!"

Seorang lelaki tinggi dengan jaket kulit yang dipakainya itu mengangkat tangannya. "Gue udah tahu, kok."

"Terus, lo mau apa, Bos?"

Cowok itu terkekeh di tengah-tengah ruangan yang besar dengan sedikit pencahayaan. Di sana bukan hanya ada mereka saja. Ada beberapa orang lainnya yang berdiri mengelilingi cowok tersebut.

"Si ketua sampah itu suka sama tuh cewek?"

"Gue juga nggak tahu, Bos. Tapi akhir-akhir ini, banyak anak-anak yang panas lihat mereka berdua. Mereka berdua sering banget kepergok lagi berduaan."

"Lo suka sama cewek itu juga, Bos?"

"Ya nggak, lah. Selera gue nggak serendah dia. Gue nggak habis pikir, ternyata dia seleranya cewek jelek kayak gitu. Gue kira, gue bakal berurusan sama dia di urusan percintaan juga. Bagus lah, kalau dia nggak suka sama cewek yang lagi gue incer sekarang."

"Ada sesuatu yang mau lo lakuin ke tuh cewek?" Tanya temannya yang lain.

"Lo tahu aja apa yang mau gue lakuin."

"Lo pada bisa ambil tuh cewek pas abis pulang sekolah? Pokoknya, lo langsung aja seret ke sini. Jangan sampai anak-anak yang lain tahu, apalagi Camelion."

Semua yang ada di depan cowok itu terdiam.

"Kenapa? Lo pada nggak mau? Takut?"

"Kita nggak takut! Tapi, kita bakal ngelakuin apa ke dia? Kalau kita apa-apain tuh cewek, urusannya bukan sama anak Camelion aja. Satu sekolah, bahkan guru bisa sampai tahu," cetus seseorang dibarisan tengah.

"Tenang aja, gue juga nggak bodoh, kok. Gue nggak bakal perkosa atau nyulik tuh cewek. Gue cuma mau pinjem sebentar."

"Sekalian juga nge-tes si ketua sampah itu. Beneran atau nggak sih dia suka sama si cewek culun itu? Kalau dia beneran suka, gue yakin dia bakal mampir ke sini buat nolongin tuh cewek."

Cowok itu tersenyum miring sambil berjalan menuju jendela yang ada di pojok ruangan. Sedikit cahaya matari masuk melewati jendela tersebut, membuat wajah cowok itu terpapar sinar matahari sore.

Ia lalu mengibaskan jaket kulitnya. Membalikkan tubuhnya kembali menatap anggota-anggotanya yang sangat banyak di hadapannya.

"Besok gue mau lihat tuh cewek duduk manis di sini."

****

"Kemarin lo nggak apa-apa kan, Alula? Kalau setelah kejadian kemarin lo malah makin diganggu sama anak-anak yang lain, lo bilang kita aja, ya!" Ujar Nara yang baru saja duduk sambil membawa makanan pesanannya.

Sedangkan Alula, Mora, Archa, dan Kezia sudah terlebih dahulu memesan makanan mereka.

"Aku nggak apa-apa, kok. Palingan anak-anak yang lain cuma makin sinis aja kalau lihatin aku." Alula tersenyum kecil.

"Tapi si Chlo, Ruby, sama Chessy belum ngelakuin apa-apa ke lo, kan?" Bisik Kezia sambil melirik Chlo, Chessy, dan Ruby yang tengah duduk tidak jauh dari meja mereka.

Alula menggeleng. "Belum, sih. Aku yakin mereka pasti kesel banget setelah lihat berita itu. Semoga aja, mereka nggak ngelakuin hal-hal aneh ke aku."

"Pokoknya, kalau lo di apa-apain, lo bilang sama kita! Harus pokoknya!" Nara bersikeras.

"Iya, Nara. Makasih kalian udah mau bantuin aku!"

"Kita kan udah deket lama, Alula. Nggak usah malu atau sungkan buat cerita ke kita. Walaupun itu hal sekecil apapun." Mora membuka suara.

"Iya, nanti aku bakal bilang sama cerita ke kalian, kok."

"Ngomong-ngomong, emangnya berita kemarin itu beneran lo, ya?!"

Nara menjitak kepala Kezia pelan. "Ya iya lah, Kez. Lo pikir siapa lagi?"

"Oh, jadi beneran. Gue kan takutnya orang yang nyebar berita itu cuma menyebar hoax. Kan kasian temen gue kalau kayak gitu."

"Itu beneran aku, kok. Aku kemarin emang di ajak ke markas Camelion sama Radion. Aku juga kaget dan nggak percaya pas dia ajak aku ke sana. Awalnya, aku nawarin diri buat ngabulin apapun yang dia mau karena dia selalu nolongin aku akhir-akhir ini. Terus dia milih buat ngajak aku ke suatu tempat pas pulang sekolah."

"Lo tuh beruntung, Alula! Dari sekian banyaknya cewek di SMA Gardapati, Radion tuh milihnya lo. Mana lo sampai diajak ke markas Camelion lagi. Pasti di sana banyak anak-anak Camelion yang ganteng-ganteng. Gue aja belum pernah diajak Raiden ke sana." Mora meneguk es teh manisnya dengan santai.

"Emangnya lo sedeket apa sama Raiden, sampai dia mau ngajak lo ke sana? Lo kan cuma temen masa kecil dan tetangganya doang." Nara menyadarkan Mora ke realitanya.

"Kalau ngomong suka bener lo, Ra."

"Berati di sana lo ketemu Arlan juga, dong?!" Tanya Kezia histeris.

Alula mengangguk dengan polosnya.

"Omg, Alula! Impian gue sekarang adalah bisa dateng ke markas Camelion sama Arlan. Pasti sweet banget. Gue rela deh foto gue sama Arlan ada di seluruh penjuru sekolah kalau sampai hal itu terjadi." Kezia memejamkan matanya, berangan-angan.

"Pas di sana Arlan ngapain aja? Dia ngomong apa pas lihat lo? Dia pasti ganteng banget. Auranya itu, aura sugar daddy."

Semuanya terdiam. Bahkan Alula pun sama sekali tak membalas ucapan dari Kezia. Selain suara Kezia yang naik beberapa oktaf, suara perempuan itu juga berhasil sampai di telinga Arlan serta anggota inti Camelion lainnya yang kebetulan sedang berjalan melewati mejanya.

Archa meringis sambil menunjuk pelan ke arah sebelahnya—memberikan kode kepada Kezia untuk menyadari bahwa di sebelah mereka sekarang sudah ada anggota inti Camelion.

"Sugar daddy?" Arlan mengernyit.

Kezia menoleh ke sebelahnya dengan cepat. Perempuan itu menutup mulutnya sendiri ketika melihat Arlan tengah berdiri di sebelahnya sambil menatapnya dengan tatapan bingung.

"Astaga, Arlan! Lo ngapain di sini?"

"Gue sekolah di sini. Emangnya gue nggak boleh di sini?"

"Boleh, lah. Maksud gue, kenapa tiba-tiba lo ada di sini?"

"Auranya Arlan emang kayak aura sugar daddy banget sih, Kez. Gue juga mengakui hal itu, kok." Galen menaik-naikkan alisnya sambil menggoda Arlan.

"Diem lo, Len!" 

Setelah kedatangan anggota inti Camelion ke meja mereka, Alula langsung menundukkan kepalanya. Gadis itu sama sekali tidak ingin mendongakkan kepalanya atau melirik Radion sedikit pun. Ia yakin, pasti Radion sekarang tengah menatapnya.

"Hai, Cha! Udah makan?" Zean menghampiri Archa yang kebetulan duduk persis di sebelah Nara.

"Udah kok, Ze. Ini baru selesai. Lo nggak makan?"

"Gue baru mau beli makanan sama temen-temen." Archa mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kenapa lo, Ra? Muka lo kayaknya judes banget dari tadi. Nanti nggak ada yang demen sama lo kalau muka lo kayak begitu terus." Zean beralih menatap Nara.

"Apaan sih, lo?! Mau gue tonjok?! Muka lo juga tuh harus di ubah!"

"Ubah gimana? Muka gue udah ganteng, nggak usah di ubah-ubah lagi."

Nara mendengus. "Ganteng doang, tapi playboy. Semua orang juga tahu pas lihat muka lo pertama kali, kalau sebenernya lo itu playboy. Hati-hati deh lo sama dia, Cha!" Nara mengingatkan Archa.

"Enak aja. Kalau ngomong di filter dulu, Ra."

"Ini kenyataan, Ze."

"Lo ngapain ngomongin gue?"

"Cie, Arlan! Dia ngomongin lo karena suka sama lo." Daplo menarik Galen dengan keras supaya cowok itu tidak lagi berisik di sebelah Arlan. Bisa-bisa cowok itu akan gondok dengan sifat Galen yang sangat menyebalkan.

"N-nggak ngomongin! Ge-er banget sih lo! Tanya aja temen-temen gue."

"Iya, kita juga lagi ngobrol-ngobrol biasa, kok." Mora membantu Kezia.

"Tadi gue denger lo nyebut nama gue."

"Ya emang yang namanya Arlan cuma lo doang di sekolah ini?"

"Iya, emang cuma gue doang. Nggak ada yang lain."

Kezia mengerjapkan matanya beberapa kali. Seketika ia bingung harus menjawab apa.

"Iya, bener. Yang namanya Arlan di sekolah ini cuma dia, si sultan. Dulu sih ada, senior yang udah lulus. Tapi dia anaknya cungkring banget. Terus pakai kacamata, kalau ke sekolah suka naik sepeda tua gitu, kacamatanya tebel, terus juga tas nya gede banget kayak tas guru. Tahu ngg-"

"Diem, Len!" Radion menatap cowok itu tajam.

"Lo durhaka sama senior, Len." Zean berujar pelan.

"Ya udah, kalau misalnya lo ngerasanya gue ngomongin lo, gue minta maaf. Gue juga sama sekali nggak bermaksud buat ngomongin lo." Kezia berkata dengan santai—walaupun sekarang hatinya sedang jedag-jedug berhadapan dengan Arlan.

Akhir-akhir ini Kezia sulit untuk mendekati Arlan. Karena cowok itu jarang terlihat di lingkungan sekolah. Sekalinya terlihat, cowok itu pasti bersama teman-temannya. Kezia malu untuk menghampirinya.

"Nggak apa-apa."

"Oh, iya! Uang yang kemarin! Kenapa lo nggak samperin ke kelas gue, sih? Beneran kan kalau gue lupa gantiin uang lo. Gue kan pelupa." Kezia merogoh saku celana roknya. Mencari uang di dalam sana.

Belum sempat ia mengeluarkan uang yang ada di saku roknya, Arlan sudah terlebih dahulu menahan tangannya—membuat Kezia serta yang lainnya terkejut.

Arlan tidak pernah bersentuhan dengan perempuan sebelumnya.

"Kan kemarin gue bilang, nggak usah di ganti."

"Tapi kan gue mau ganti."

"Nggak usah! Simpen aja duit lo buat jajan."

Lebih enak di kasih uang sama lo buat jajan nggak, sih?

Kezia membuang nafasnya pelan lalu mengangguk. "Makasih, ya!"

"Yuk, cabut!" Arlan menatap teman-teman di belakangnya.

Setelah urusannya dengan Kezia—gadis yang sebenarnya tidak begitu ia kenal selesai, ia pun mengajak teman-temannya untuk duduk di salah satu kursi kantin.

"Cie, Kezia! Pasti dalem hati, lo tuh seneng banget bisa ngobrol sama Arlan kayak gitu," goda Mora.

"Ya iya, lah, Mor! Lo pikir aja sendiri, apakah gue seneng atau nggak barusan?Ya walaupun gue kayak sok-sok biasa aja pas ngobrol sama dia."

"Tapi, susah deh buat deket sama dia. Gue harus mulai deketin dari mana kalau ketemu sama dia aja jarang?" Kezia memijat keningnya pelan.

"Gimana kalau id line?!" Mora menjentikkan jarinya. Memberikan ide.

"Lo yakin Arlan bakal bales chat Kezia? Secara, dia kenal Kezia aja nggak, masa udah main chat aja di line? Saran gue sih, mendingan lo kayak caper-caper aja gitu di depan Arlan. Lo cari deh tuh keberadaan dia di sekolah. Dia selalu ada di mana kalau jamkos, dia lebih suka menyendiri di mana. Lo samperin aja, pura-pura nggak sengaja ketemu. Lama kelamaan, dia pasti notice lo, kok."

Kezia tersenyum mendengar saran Nara barusan. Cara tersebut adalah cara paling menarik menurut Kezia. Selain itu, dirinya juga tidak perlu mencari banyak alasan kepada Arlan jika nanti Arlan menanyakan dari mana dirinya mendapatkan id line nya.

Lebih baik Kezia bertemu cowok itu langsung di sekolah dari pada mengirimkan pesan kepada cowok itu yang entah akan di balas atau tidak.

"Kamu mau deketin Arlan, Kezia?" Tanya Alula pelan.

"Iya, kayak cara Nara barusan. Gue mau di ajak ke markas Camelion juga kayak lo. Bedanya, gue di ajak sama Arlan." Alula hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Kezia yang kadang sangat konyol.

"Btw, tadi ada Radion tau. Dia ngeliatin lo terus. Kenapa lo malah nunduk aja dari tadi?" Tanya Archa kepada Alula.

****

"Pentas musik? Serius?!" Chlo mengangguk dengan antusias—begitupun dengan anak-anak musik lainnya yang sedang duduk di hadapannya.

"Lo nggak apa-apa?" Alula tersentak ketika mendengar Radion bertanya kepadanya. Ia hampir lupa bahwa cowok itu duduk di sebelahnya setiap ekskul musik.

Alula sedari tadi hanya diam dan tidak ingin berbicara kepada siapa-siapa. Terutama Radion. Alasan pertama yang membuat Alula seperti itu tentu saja karena berita dirinya dan Radion kemarin yang masih menjadi perbincangan hangat sampai saat ini di SMA Gardapati.

"Nggak apa-apa, kok."

Radion mengangguk.

"Jadi, kita bakal nampilin apa aja, Chlo? Gue mau tampil, dong!"

"Iya, gue juga mau. Kemarin gue nggak kedapetan tampil."

Suasana gaduh seketika.

"Iya-iya, tenang aja! Kalian semua bakal tampil, kok. Jadi, nggak usah takut nggak kebagian kayak kemarin. Untuk acara ini, gue juga maunya kalian semua tampil, walaupun nanti gue bakal bagi-bagi kalian untuk nampilin apa nanti pas acaranya."

"Gue nampilin apa, Chlo?"

"Kenapa lo dari tadi diem aja? Kayak orang nggak kenal aja sama gue. Nyapa aja nggak." Radion sengaja berbicara pelan.

"Emang nggak boleh kalau aku diem aja? Lagi males ngapa-ngapain. Capek."

Radion mengernyit. Merasa bingung dengan nada bicara Alula yang berubah menjadi cuek. Tidak seperti kemarin yang polos dan terlihat menggemaskan menurut Radion.

"Lo kan jago main piano. Gue harap, lo bisa tampil mainin piano nanti. Gue mau banget lihat lo main piano. Gue sama sekali belum pernah lihat lo main piano."

Alula tersenyum kecil. "Aku harap juga begitu. Semoga aku juga bisa lihat kamu main gitar listrik di pentas musik nanti."

Sebenarnya Radion ingin mengobrol lama dengan Alula. Karena suara besar Chlo yang menginterupsi dari depan, membuat Radion mengurungkan niatnya. Ia bisa mengajak Alula mengobrol nanti setelah pulang.

"Jadi, gue bakal bagi kalian ke beberapa grup buat tampil nanti. Gue juga bakal beri kebebasan ke masing-masing grup buat nampilin apapun yang udah kalian diskusikan di dalam grup itu."

"Dengerin baik-baik, ya!" Chlo lalu mengambil secarik kertas yang diberikan oleh Ruby kepadanya.

"Mulai dari lima barisan di depan, kalian jadi satu tim buat omongin akan nampilin apa di pentas musik nanti." Chlo menunjuk lima barisan terdepan yang terlihat sangat senang setelah mendengar itu.

"Lima barisan di belakangnya lagi, kalian juga jadi satu tim."

Sambil mendengarkan Chlo berbicara di depan sana, Radion menoleh ke arah Alula. Entah kenapa, rasanya cowok itu tidak mau mengalihkan tatapannya sedikit pun dari gadis di sebelahnya.

"Lo udah makan siang?"

Alula melirik Radion lalu mengangguk singkat.

"Ada acara nggak pulang nanti? Mau jalan lagi kayak kemarin? Kebetulan nggak ada rapat Camelion yang penting."

"Nggak, Radion! Aku sibuk, banyak tugas yang numpuk. Kalau kamu mau ajak jalan lagi, lain kali aja, ya!"

Radion tersenyum masam mendengar penolakan halus dari Alula.

"Sorry."

"Buat apa?"

Radion mengangkat kedua bahunya. "Perubahan sifat lo yang tiba-tiba dan nggak kayak biasanya. Pasti ini cuma sama gue, kan? Gara-gara masalah yang kemarin. Gue minta maaf sama lo."

"Kamu nggak salah. Aku emang lagi capek aja hari ini. Masalah yang kemarin, nggak ada kaitannya sama sekali."

"Gue tahu lo pasti masih kepikiran sama yang kemarin. Percaya sama gue, mereka kayak gitu cuma sebentar. Lama-lama, kalau udah terbiasa juga mereka nggak bakal heran lagi ngeliat kita."

"Maksud kamu? Ngeliat kita?"

Radion tersenyum kecil. "Ya lo pasti ngerti, lah."

Alula mendengus. Mencoba kembali fokus dengan apa yang dibicarakan Chlo di depan. Ia tidak mau meladeni Radion lagi.

"Tenang aja, lo aman di sini. Selama masih ada gue sama temen-temen gue, lo nggak bakal kenapa-napa," lanjut Radion lagi.

"Kamu bisa mastiin itu? Kalau nyatanya nggak gimana?"

"Jangan gitu, dong. Harusnya lo jangan mikir negatif. Apapun yang terjadi sama lo, gue bakal usahain itu."

"Contohnya?"

"Kalau kejadian kayak kemarin terjadi lagi, gue bakal ada di sebelah lo."

"Terus, gue mau Alula tampil sendiri nanti." Alula tersentak ketika namanya tiba-tiba saja di sebut. Menatap Chlo di depan yang detik ini tengah menatapnya juga sambil tersenyum.

"Gue mau setelah kalian semua diskusiin apa yang bakal kalian tampilin nanti, kalian bilang ke gue buat laporan. Sekalian juga nanti gue bilang ke Pak Arthur sama Bu Rahma buat dibicarain lagi," beritahu Chlo.

Suasana kembali gaduh di dalam ruang musik. Masing-masing dari mereka langsung berdiskusi dengan tim masing-masing.

Hanya Alula yang sekarang kebingungan ingin menampilkan apa. Terlebih lagi ia harus tampil sendiri. Tidak mungkin kan ia hanya memainkan piano saja? Lagipula kenapa Chlo harus menunjuknya?

"Oh, iya! Ada yang lupa gue kasih tahu!"

"Bisa diem dulu nggak?! Ada satu lagi yang belum Chlo omongin." Chessy menyuruh mereka untuk diam.

Setelah kembali sunyi, Chlo pun akhirnya kembali membuka suara. "Yang terakhir, dan yang lupa gue omongin sama kalian adalah, bahwa gue sama Radion bakal tampil berdua sebagai penutupan pentas musik. Gue masih mikirin idenya, sih. Kayaknya gue sama Radion yang cocok buat jadi penutup pentas musik. Gue bakal nyanyi sambil main musik ditemenin sama Radion."

Semua yang ada di sana langsung bertepuk tangan riuh serta bersiul-siul menggoda mereka berdua.

Hanya Chlo yang tidak bisa menahan senyumannya. Sedangkan Radion sama sekali tidak menunjukkan senyumannya. Cowok itu sama kagetnya seperti Alula tadi ketika mendengar bahwa dirinya akan tampil berdua dengan Chlo sebagai penutupan pentas musik nanti.

Jika mereka tampil berdua, maka mereka harus menampilkan chemistry yang baik satu sama lain. Radion masih sedikit kesal dengan Chlo karena masalah dengan Alula waktu itu. Tetapi apa boleh buat?

"Segitu doang sih yang gue lupa kasih tahu ke kalian. Pokoknya hal-hal yang gue kasih tahu tadi, harus kalian omongin sama temen se-tim kalian masing-masing. Kalau nanti semuanya udah fix bakal nampilin itu, kita mungkin bisa latihan dua minggu lagi."

"Semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik sama partner kalian masing-masing. Terutama gue yang harus berpartner sama Radion." Chlo menatap Radion di belakang dengan senyuman lebarnya. Apa lagi yang bisa Radion lakukan selain membalas senyuman perempuan itu?

"Hari ini gue cuma mau omongin itu. Terserah kalau kalian masih mau di sini. Tapi, kalau ada yang mau pulang, silahkan pulang!"

Mendengar itu, membuat Alula langsung merapihkan tasnya dengan cepat. Menyampirkan tasnya ke bahunya lalu cepat-cepat bangkit dari kursinya.

Entah kenapa Alula sedikit tidak senang mendengar Radion dan Chlo akan tampil berdua sebagai penutupan pentas musik nanti. Alula juga tidak tahu kenapa sebagian hati kecilnya merasa tidak rela. Ia tidak bisa menjelaskannya. Perasaannya jadi semakin buruk hari ini. Benar-benar Campur aduk.

"Mau ke mana? Buru-buru banget." Radion dengan cepat menahan pergelangan tangan Alula.

"Pulang."

"Sama siapa? Kalau naik angkutan umum, mendingan sama gue aja sekalian. Tapi, gue beresin barang-barang dulu."

Alula menepis tangan Radion dengan pelan. "Nggak usah! Makasih udah nawarin pulang bareng. Aku mau pulang sendiri aja."

Radion membuang nafasnya pelan ketika gadis itu langsung pergi meninggalkan ruang musik begitu saja. Padahal Chlo, Chessy, dan Ruby masih berada di depan. Anak-anak yang lain juga belum bubar.

Dengan cepat, Radion ikut memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Menyampirkan tas gitar di punggungnya lalu beranjak dari tempatnya duduk.

Ia harus mengejar Alula. Alula sepertinya benar-benar marah kepadanya. Gadis itu adalah orang yang sangat sabar dan lembut. Tetapi hari ini, sifat gadis itu berbeda dari yang Radion kenal.

Radion merasa janggal dan tidak menyukai hal itu. Radion suka Alula yang polos, dan berkata sangat lembut kepadanya. Radion juga suka melihat wajah gadis itu ketika sedang malu dan grogi.

"Radion, mau ke mana?!" Langkah kaki Radion terhenti di ambang pintu ruang musik ketika Chlo memanggilnya.

"Gue mau cabut."

"Buru-buru banget. Sini dulu! Kita kan nanti mau tampil berdua pas acara pentas musik. Jadi, ada yang mau gue jelasin ke lo. Sebentar doang, kok. Soalnya kalau besok nggak tahu sempet atau nggak. Gue banyak urusan soalnya."

Radion terdiam sebentar. Di satu sisi cowok itu ingin buru-buru mengejar Alula. "Tapi gue lagi—"

"Sebentar doang, Radion. Lima menit, deh."

Radion menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan menghampiri Chlo.

Chessy dan Ruby yang sebelumnya sedang duduk di sebelah Chlo pun memutuskan untuk pergi dari sana di susul dengan anak-anak musik lainnya yang mulai berhamburan ke luar.

"Kira-kira lo ada kepikiran nggak buat tampilin apa nanti?" Radion menggeleng, tanda belum tahu.

Jujur, pikiran cowok itu masih berkelana memikirkan Alula. Entah kenapa ia merasa resah sendiri. Entah kenapa ia harus menyusul gadis itu keluar sebelum gadis itu pulang dengan angkutan umum.

"Ya udah nggak apa-apa. Kita hari ini diskusi sebentar aja, ya?! Sisanya nanti kita bisa omongin di chat, di call, atau mungkin besok di sekolah atau di tempat lain." Radion hanya bisa mengangguk pasrah.

Chlo tersenyum miring.

Gue bisa bales lo di acara pentas musik nanti, Alula. Pasti lo jealous denger gue sama Radion bakal jadi partner penutupan pentas musik.

****

Siapa yang nggak sabar pentas musik SMA Gardapati?🤚 spoiler bakal ada kejutan yang sweet nanti. Tapi masih lama chapternya😬

Puasanya gimana? Ada yang udah bolong? Semoga lancar sampe akhir, ya❤️‍🔥

Aku nulis pas puasa-puasa, nahan laper & aus. Ya kali masih dikacangin tombol bintangnya😬 yuk, jangan lupa di pencet shayyy💯💓

Di sini ada readers jalur tiktok? Absen, biar aku kenal sama kalian🤚

Dont forget to check👇 :
Instagram : @cramelgurll @cindeyaur
Tiktok : @cramelgurl

Buat kalian yang mau liat visual-visual ganteng inti Camelion, bisa langsung ke tiktok, ya! Aku udah bikin buat jadi bahan haluan kalian😻

Thank you yang udah baca, vote, dan setia nungguin update-an aku❤️‍🔥 makin banyak yang minta update, aku makin semangat nulis & up nya😘🫶🫶

Kalo nggak suka, sudah cukup sampai di sini saja ending ceritaku😔

Spam next comment for next chapter‼️💞

With love, Cindyy<3

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 263K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
353K 4.1K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
617K 49.6K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.1M 242K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...