Cinta Sang Lady Killer (UDAH...

By RiantieA

491K 25.7K 2K

Daniel Millard adalah seorang CEO Perusahaan Millard Corporation, mempunyai segalanya yang laki-laki lain ing... More

Visualisasi Karakter
Prolog
Chapter 1 - Anya Shakira
Chapter 2 - Annoying Day
Chapter 3 - Annoying Day (2)
Chapter 4 - Daniel Millard
Chapter 5 - Seriously?!
Chapter 6 - Yes or Not
Chapter 7 - Wonderful Place
Chapter 8 - Holy Shit
Chapter 9 - Self Centered
Chapter 10 - Bunda
Bab 11 - She is so cute
Bab 12 - Don't get sick Anya
Bab 13 - Anya got sick
Bab 14 - Beautifull
Bab 15 - Party
Bab 16 - Childhood Memory
Bab 17 - Jason
Bab 18 - Jealousy
Bab 19 - Childhood Memory (2)
Bab 20 - Sign of Fall
Bab 21 - Lunch Box (1)
Bab 22 - Lunch Box (2)
Bab 23 - Rotten Jerk
Bab 24 - The Story Begin (1)
Bab 25 - The Story Begin (2)
Bab 26 - Resign
Bab 28 - Opposite
Bab 29 - Opposite (2)
Bab 30 - Meet Again
Bab 31 - Travelling
Bab 32 - Cinta Sang Lady Killer
Bab 33 - Kiss
Bab 34 - Sorry for Kissing You
Bab 35 - Mutual Love
Bab 36 - So Happy That Could Die
Bab 38 - Shopping Together
Bab 39 - Chaos in the Party
Bab 40 - Farewell Dad
Bab 41 - You are Mine
Bab 42 - We're Lover
Bab 43 - Insolent Pervert
Bab 44 - Accident
Bab 45 - Hopeless (1)
Bab 46 - Hopeless (2)
Bab 47 - Behind the Accident
Bab 48 - Recovery
Bab 49 - Lovey Dovey
Bab 50 - French Kiss
Bab 51 - Misunderstanding
Bab 52 - The Truth
Bab 53 - Their First Time
Bab 54 - Back to Indonesia
Bab 55 - Sorry Bother
Epilog
Info Novel Baru Gratis
Info Novel Red Strings (Counterattack)

Bab 27 - Start Again

275 14 0
By RiantieA

“Mengapa kakak tiba-tiba ingin bertemu?” Tanya Jason.

Mereka bertemu di tempat biasanya, di restoran Downtown dekat dengan supermarket yang biasanya Anya belanja.

“Aku hanya ingin bertemu denganmu, bagaimana kabarmu?”.

“Aku baik-baik saja, kak Ira?” tanya Jason balik.

Anya mengangguk sembari tersenyum kecil “Aku juga baik-baik saja”.

Jason menaikkan alisnya karena sepertinya Anya ingin mengatakan sesuatu. “Ada apa kak Ira?, sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu padaku” Jason melihat raut wajah dilema Anya.

Anya menatap Jason sejenak lalu menundukkan pandangannya, jari jemarinya saling bertautan.

“Itu.. bisakah aku…”

Ucapan Anya terputus karena bunyi handphone Jason.

“Sebentar ya” Jason mengambil dan menjawab telepon itu.

“Ya Vero?” 

“Aku? Aku sedang bersama dengan kak Ira” Jawab Jason seraya tersenyum kepada Anya. Gadis itu juga tersenyum kearahnya.

“Baiklah, nanti aku akan menjemputmu”.

“Love you too Ve” Jason menutup teleponnya dan tersenyum sedikit malu kepada Anya.

“Kekasihmu?” Tanya Anya tersenyum senang.

Jason tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Kakak ingin bilang apa tadi ?” tanya Jason kembali ke pembicaraan awal mereka.

Anya terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

“Tidak apa-apa, aku cuma ingin bertemu denganmu. Akhir-akhir ini aku merindukan Indonesia dan berbicara denganmu membuat perasaanku menjadi lebih baik” jelas Anya.

“Kapan pun kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu kak” Jason menggenggam tangan Anya dengan lembut.

Anya tertawa pelan. “Kau harusnya mengucapkan itu kepada kekasihmu”.

“Well, kurasa kekasihku sudah mengetahui hal itu jadi aku tidak perlu mengatakannya lagi” Jelas Jason mengangkat bahunya.

“Kau bertingkah seperti laki-laki playboy Jason” gurau Anya.

“Aku memang punya potensi playboy karena wajahku" Jason memegang wajahnya dan mengangguk setuju.

Anya tertawa lucu menanggapi pernyataan narsis Jason.

&&&

Anya menghela napas panjang, ia tidak jadi meminta tolong Jason untuk membiarkannya tinggal di apartemen lelaki itu. Ia duduk di bangku panjang taman yang berada di kota Downtown Los Angeles. Ia hanya membawa sebuah koper berisi baju-bajunya, karena akan susah membawa satu koper lagi yang berisi tenda dan matras camping nya. Karena tindakan konyolnya, Anya menjadi orang yang tidak punya rumah dalam sekejap mata. Gadis itukembali menghela napas panjang.

“Aku harus tinggal dimana?” Yanya Anya kepada dirinya sendiri.

Anya tidak mungkin meminta tolong Cecil untuk kembali membiarkannya tidur di atap gedung L’Espere karena Daniel pasti akan langsung menemukannya, ia hanya membutuhkan waktu untuk menghilangkan perasaannya kepada laki-laki itu baru setelah itu ia akan mencoba bertemu dengan lelaki itu kembali.

Teringat dengan Daniel membuat dada Anya kembali terasa sakit. Ia tidak sanggup lagi melihat laki-laki itu membawa pulang wanita ke apartemen dan bercinta sepanjang malam.

Hanya wanita gila yang membiarkan laki-laki yang ia cintai tidur dengan wanita lain, bahkan Anya ingin Daniel memutuskan segala hubungan dengan wanita kencannya, mungkin cara itulah yang bisa membuat hati Anya membaik.

Anya tersenyum kecut, tentu saja itu tidak akan terjadi karena Daniel tidak pernah melihatnya sama seperti ia melihat lelaki itu.

Anya membuka tas kecilnya dan menatap kartu ATM yang di berikan oleh Daniel untuk gaji bulanannya, ia belum memeriksa berapa jumlah dollar yang diberikan Daniel dalam kartu itu dan jika ia menyewa sebuah apartemen, tentu saja gaji itu tidak akan bertahan lama.

Lagi-lagi Anya kembali menghela napas panjang.

Menghela napas membuat bahagia mu juga ikut menghilang nduk!. 

Anya teringat kepada nasehat ibunya ketika dulu ia sering menghela napas karena masa sulit yang mereka alami setelah dipecat dari keluarga William. Tanpa terasa air mata Anya mengalir di pipinya.

“Ibuk” Gumam Anya terisak.

Sangat sulit bagi Anya bertahan di Los Angeles sendirian, ingin rasanya ia kembali ke tanah airnya. Indonesia. Namun tinggal di sana membuat Anya kembali teringat akan kematian ibunya yang menyedihkan.

Masih teringat jelas, bagaimana menyedihkan Anya meminta tolong sampai memohon kepada masyarakat disekitar tempat tinggalnya agar sudi membawa ibunya ke rumah sakit. Ia bahkan sampai berlutut kepada ketua RT setempat agar mau membiayai operasi ibunya. Namun mereka semua hanya terdiam sambil memalingkan pandangan mereka.

Mereka tidak dapat membantu meringankan biaya operasi ibunya yang sangat besar dikarenakan penyakit kronis yang diderita oleh ibu Anya. Berhari-hari Anya meminta bantuan kepada siapapun yang ia temui sampai orang-orang mulai menjauhinya karena ia dianggap gila, namun Anya tidak patah semangat, ia masih berusaha mencari bantuan.

Ia juga berinisiatif untuk menulis surat permohonan bantuan kepada presiden seperti yang pernah ia lihat di televisi walaupun ia tidak tahu bagaimana mengirimkan surat tersebut untuk sampai kepada presiden.

Sampai suatu hari ia pulang ke rumah kecilnya dan menemukan ibunya yang sudah tidak bernyawa. Rasa ketakutan yang sangat besar melandanya sampai ia tidak tahu harus berbuat apa ketika melihat jasad ibunya yang terbaring.

Dua hari Anya duduk diam sambil terus menangis di hadapan jasad ibunya sampai seseorang datang dan menemukannya yang duduk termenung dihadapan ibunya yang sudah meninggal.

Semenjak itu Anya mempunyai prinsip jangan pernah meminta tolong kepada siapapun, seberapa menyedihkan apapun hidupnya, karena yang ia butuhkan bukanlah pertolongan tapi uang, semua akan berjalan lancar jika ia mempunyai uang. Oleh karena itu Anya langsung menyetujui ajakan seorang agent Tenaga Kerja Wanita yang menawarkan pekerjaan kepadanya di Los Angeles.

Anya memeluk dirinya, ia menenggelamkan wajahnya diantara kedua lengannya.

“Ibuk” Gumam Anya pelan.

“Anya?”

Suara yang familiar membuat wajah Anya mendongak dan menatap Erick yang menatapnya dengan cemas. Kelegaan membuat Anya kembali menangis terisak. Erick segera memeluk Anya.

&&&

“Kenapa kau kabur dari apartemen Daniel?” Tanya Erick tidak percaya.

Mereka sudah berada di apartemen Erick yang berada di East Los Angeles yang jarak tempuh sekitar 15 menit dari Downtown Los Angeles.

“Aku tidak kabur. Aku hanya… mengundurkan diri” Jawab Anya tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

Erick menawarkan sebotol minuman kepada Anya.

“Terima kasih”. 

“Jadi mengapa kau ‘mengundurkan diri’ dari apartemen Daniel?” tanya Erick mengubah istilah kaburnya Anya.

Anya terdiam. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia tidak tahan karena kebiasaan Daniel yang membawa pulang wanita kencannya ke apartemen. Erick pasti akan menanyakan mengapa ia tidak tahan. Anya tidak ingin mengakui perasaannya kepada orang lain.

“Daniel selalu memarahiku jadi aku tidak tahan tinggal di apartemennya lagi” Anya memberi alasan sembari menatap ke arah lain, menghindari tatapan intens milik Erick.

“Hanya itu saja?” tanya Erick menyipitkan matanya, menatap selidik ke arah Anya.

“Memangnya alasan apa lagi yang kau harapkan?” Tanya Anya semakin menghindari tatapan selidik Erick.

“Entahlah, mungkin alasan seperti tidak tahan melihat Daniel bersama dengan wanita lain misalnya” ujar Erick.

Ugh, terasa seperti sebuah jarum yang menusuk ke dalam jantung Anya karena tebakan tepat Erick. Jantungnya berdebar gugup.

Anya melirik sesaat ke arah Erick lalu menghela napas panjang, ia tidak bisa lagi berkilah.

“Tertawa lah sepuas hatimu, aku tahu aku ini bodoh karena suka dengan lady-killer bastard seperti Daniel” ujar Anya kesal.

Erick tersenyum samar. “Jadi kau akan tinggal dimana sekarang?” tanya Erick mengalihkan pembicaraan. Ia tahu Anya sedang tertekan saat ini, jadi ia tidak ingin membahas lebih lanjut pembicaraan mengenai Daniel, apalagi menggoda gadis itu.

“Aku akan menyewa apartemen murah, kau tahu dimana aku bisa menyewa apartemen dengan harga murah? Ah. Tidak apa apa. Aku bisa mencarinya sendiri” Anya segera menggelengkan kepala. Ia tidak terbiasa meminta tolong kepada orang lain.

“Kenapa kau tidak tinggal disini saja?” tawar Erick.

“Disini? Bukankah kau mempunyai kekasih? Aku tidak ingin membuat kekasihmu cemburu dengan keberadaan ku”.

Erick tersenyum lebar. “Daripada kekasih, aku lebih suka menyebutnya partner in crime”.

Anya menatap Erick kesal. “Ah. Aku lupa kalau kalian bersahabat. Tidak heran kalau kalian mempunyai hobi yang sama”.

Erick tertawa geli. “Well, aku tidak senaif Daniel yang berani bermain api” 

Anya mengernyit tidak mengerti.

“Bagaimana? Kau akan tinggal bersamaku?” tanya Erick.

“Apa yang harus aku lakukan kalau aku tinggal disini?” Anya berbalik tanya.

Pertanyaan Anya yang mengandung banyak makna membuat Erick tersenyum sensual, ia membelai bibirnya sembari menatap intens kepada Anya.

“Apa yang bisa kau lakukan?” tanya Erick pelan.

Anya mulai menyadari tatapan sensual Erick, membuatnya menjadi risih. “Tidak perlu, aku akan mencari apartemen saja” .

“Kau wanita labil Anya” Ucap Erick menyeringai. Ia sangat menikmati reaksi Anya.

Anya menjadi kesal. “Aku tekankan satu hal Erick, aku bukan salah satu wanita yang menjual tubuhku demi hidup. Kau mengerti?”

Anya menunjuk kearah Erick. Memang terlihat sangat tidak sopan namun gadis itu harus melakukannya agar Erick paham.

Erick tersenyum, ia menjadi mengerti mengapa Daniel menyimpan Anya dalam apartemennya. Sangat menyenangkan menggoda gadis di hadapannya. “Aku tidak mengatakannya seperti itu”.

Anya semakin kesal karena wajah tanpa dosa yang Erick perlihatkan.  “Berhenti melihat intens kepadaku. Aku tidak akan menjual tubuhku walaupun kau terlihat tampan” kosakata gadis itu semakin kacau. Ia memejamkan mata karena menyadari kata-katanya yang terdengar salah.

Erick menjilat dan menggigit bibir bawahnya dengan gerakan seksi.
My god, reaksinya sangat menyenangkan, pantas saja Daniel menyukai gadis ini. 

“Tenang saja, aku alergi dengan perawan jadi aku tidak akan tidur dengan mu”.

Ya ampun mengapa pembahasannya jadi seperti ini, gerutu Anya dalam hati. Ia mengepal tangannya, wajahnya mulai memerah karena malu akan kata-kata Erick.

Anya segera berdiri, berbicara lebih lama dengan Erick akan membuat wajahnya merah padam, tidak tau apakah karena kesal atau malu “Aku pergi”.

“Okay, just kidding An, kau tinggal disini saja, akan butuh berhari-hari untuk mencari apartemen seperti kriteria mu. Biaya sewa kami tinggal disini hanya secangkir kopi setiap pagi" Erick mengakhiri gurauannya. 

“Biaya sewa apartemen mu sangat murah Erick”.

Erick mengulurkan tangannya.“Deal?”

“Deal” Jawab Anya berjabat tangan dengan Erick.

“Kamarmu ada di lantai atas, beristirahatlah”.

“Erick” panggil Anya.

Erick menoleh ke arah gadis di hadapannya.

“Bisakah kau rahasiakan keberadaan ku dari Daniel?” pinta Anya dengan suara pelan. 

Erick mengacak pelan rambut Anya. “Tentu. Kau hanya ‘mengundurkan diri’ kan?” ujar Erick sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda petik.

Anya menganggukkan kepalanya lalu tersenyum terharu akan pengertian Erick. “Terima kasih Erick”

Erick tersenyum. suka kopi buatan mu” jelas Erick tersenyum lembut, menghentikan godaannya.

Anya menatap Erick dengan tatapan selidik lalu tersenyum kecil.

Continue Reading

You'll Also Like

2K 222 59
[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION] Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah...
1.7M 80K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
435K 20.2K 48
Pemilik perusahaan real estate terbesar di New York, itulah Joyz Loyard. Pria sempurna yang berumur 20 tahun dengan segala kepamorannya yang dikenal...
2.3M 250K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...