All About Sex! 21+

afandima25 által

6.4M 145K 13.1K

Punya alur campuran dan pasti ketagihan jika membaca ini. So Setiap part akan ada misteri. Dan ini akan berla... Több

First Meet & First Night.
Stupid Girls.
Psikopat Seks!
Milk.
Party!
I Don't Want It!
Your Bitch!
Again And Again!
Sweet Man Is My Husband.
Your Dark Life!
Your Honesty!
Flasback I !
Flasback II !
Flasback III.
Really Love You.
True.
I trust you!
Please Comeback.
Dinner!
Only Sex!
I'm disappointed with you.
Right!
My Uncle.
Meet You.
Beautiful Day, Bad Tomorrow!
Sick
please stay afloat.
We Family.
Ending.
All About Sex II.
New Life.
Bad thoughts!
Around you.
What This!!
I Cant Know!
Answer And Project Colab.
Answer.
Welcome !
Aliya Side!
Bianca Lee!
Same Story Of Harry Potter!!
What The Hell!
I See You!
Lost Him
Black Side
Real Enemy!
Together.
Gabuts Check
@
*
The day
Beautiful Day
Park Jimin
Note
New Projects.
🔥

Ending

19K 849 80
afandima25 által

Happy Reading.

*

Ledakan itu terjadi diantara malam yang seharusnya sunyi dan penuh ketenangan. Kekacauan itu tidak bisa dihentikan. Semua menjadi satu, hancur lebur. Penuh dengan darah dan bau amis. Menyeruak dan menusuk hidung. Jika di hitung ada sekitar 50 mayat.

Steven hanya diam melihat anak buahnya menyingkirkan mayat di mansion Bianca. Tubuhnya penuh dengan noda darah. Tidak terluka hanya saja cukup untuk mengatakan jika ini tidak baik-baik saja.

"Tuan kami sudah membereskan semuanya" Steven hanya melirik dan mengangguk, sontak saja laki-laki itu berlalu. Nafas Steven terasa berat. Kemenangan memang dirinya dapat tapi ada satu penyesalan yang menjadi beban fikiran Steven.

"Tidak seharusnya kau ikut campur" memejamkan matanya sesaat dan berlalu. Steven berjalan pada mayat yang bergeletakan.

Sosok mayat wanita dengan luka tusuk disekujur tubuhnya. Steven jongkok untuk melihatnya. "Percayalah Bianca aku tidak bermaksud melakukan ini. Anggap saja sebagai bayaran atas kematian adikku" Steven tau jika Bianca adalah dalang dari menabrak adiknya. Sejak saat itu dirinya mengejar Bianca hanya saja selalu lolos. Dendam jelas hanya saja bagaimanapun Bianca adalah wanita.

Steven tidak mungkin memperlakukan Bianca sama seperti Brian. "Tunggu aku di Neraka. Aku juga akan kesana untuk menebus semuanya" Steven berdiri dan melangkahi mayat Bianca dengan begitu saja. Waktunya pergi, tugasnya sudah selesai.

*

Jimin mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Cukup silau dan menyakiti matanya. "Eugh..." mengerang saat merasakan sakit pada kapalnya. Mencoba mengingat apa yang terjadi.

"Ahk...."

"Aku tidak tau jika kau sebodoh itu" Jimin mengikuti arah sumber suara. matanya melebar melihat Steven duduk manis disalah satu sofa single disini.

"Kau.." Steven mendecih pelan. Laki-laki bodoh yang dicintai keponakan dan adiknya. Demi tuhan jika bukan karena mereka sudah pasti Steven akan membunuh Jimin. Laki-laki Biadap tidak berguna.

"Apa tidak ada cara lain dengan menyerahkan tubuhmu yang tidak berguna itu? Kau tau gara-gara keputusan sialmu Aliya jadi bisu" mata Jimin membola terkejut. Bisu? Aliya bisu?

"Jangan terkejut seperti itu. Kau tampak bodoh dengan wajah itu. Ah ya aku lupa jika kau memang bodoh" Cetus Steven dingin. Jimin hanya diam, mencoba mengingat semua dan apa yang terjadi. Apa ini semua Ulah Steven.

Jimin terus saja berfikir, sementara Steven hanya fokus pada jendela kamar yang terbuka lebar. "Bagaimana dengan Bianca?" Decihan Steven terdengar keras. Jimin bertanya hal yang lucu, kenapa harus Bianca. Kenapa tidak Aliya?

"Berapa di tempat yang sama seperti Brian" jawaban singkat Steven membuat Jimin lega. Tidak senang tapi lega. Bianca sudah mati.

"Ini terakhir kali aku menyelamatkan mu Jim. Ingat sekali lagi, terakhir. Setelahnya aku tidak akan melakukan lagi" Jimin diam menantap Steven. Jimin tau jika Steven masih  dendam padanya. Steven baik padanya demi Aliya, hanya Aliya. Jimin terlampau tau dan hafal. Bagaimanapun Stela mati juga karena dirinya.

"Aku tau ini sangat terlambat dan memuakkan. Tapi aku akan mengatakan dengan tulus. Aku minta maaf atas kematian Stela. Demi Tuhan aku tidak berniat membuat dia seperti itu. Aku juga tidak tau akan berakhir seperti itu" mata Steven terpejam erat. Ingatannya berputar pada wajah tenang sang adik yang sudah mati.

Semuanya salah. Tidak ada yang benar. Jimin hanya korban rapi Steven tidak bisa menghentikan dirinya untuk membenci Jimin. Tidak bisa. "Minta maaflah didepan dia langsung. Kau tidak pernah kesana kan?" Jimin mengangguk pelan, itu memang yang akan dirinya lakukan. Minta maaf dipusara Stela dengan tulus.

"Pulihkan kondisimu dan susul Aliya. Kau harus cepat sebelum namamu dipisah dari nama Aliya"

"Nde" Steven berjalan pergi, tidak perlu dirinya jelaskan panjang lagi. Biarkan Jimin memikirkan semua sendiri, yang harus dilakukan adalah meluluhkan hati Jung Woon yang ingin mereka berpisah. Hanya itu.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan Stela. Kau yang paling salah dari semua ini. Terlepas dari cintamu"

*

Penerbangan ke New Zealand Jimin lakukan. Mengabaikan kondisinya yang belum stabil. Steven memberitahukan jika Aliya dibawa kesana untuk ditenangkan. Momennya pas sekali dengan dirinya yang akan berkunjung ke makam Stela.

Mengambil penerbangan pertama dari Incheon, Jimin harus cepat. Jimin tau Jung Woon tidak mau satu penderitaan menghampiri Putrinya dan semua penderitaan Aliya dari Jimin. Bersujud akan Jimin lakukan untuk Aliya. Apapun itu.

*

Udara sore membuat Aliya betah diluar. Angin berhembus dengan perlahan, menerbangkan rambutnya yang terurai. Mengusap perutnya saat dirasakan jika pergerakan anaknya semakin aktif. Aliya menarik nafas dalam-dalam. Mencoba mencari ketenangan atas semua keputusan yang harus dirinya ambil. Jung Woon hanya ingin dirinya bahagia. Ini hanya murni keputusan seorang ayah.

Aliya mengerti, lebih menyesalkan keputusan Jimin yang pergi begitu saja. Semua masalah akan ada jalan keluar tapi Jimin memilih menyerah begitu saja. "Eomma akan mencoba baik-baik saja demi dirimu sayang. Eomma janji"

"Nona" Aliya menoleh saat mendengar suara gemetar salah satu maidnya. "Ada apa?"

"Tuan besar" Aliya sontak saja meninggalkan halaman belakang dan menuju rumah. Kenapa dengan Jung Woon?

Langkah Aliya terkesan tergesa-gesa. Tidak biasanya seperti ini.

Bugh!

Aliya mengerti sumber suara. Itu seperti suara perkelahian. " Ayah...."

Aliya langsung membekap mulutnya saat melihat Jung Woon menghajar seseorang. Aliya belum melihat siapa itu. "Ayahh..." atensi Jung Woon teralih dan berbalik dan Aliya bisa melihat seseorang yang di hajar Jung Woon.

"Jimin?" Suara Aliya bergetar hebat saat melihat wajah babak belur Jimin. Apa itu Jimin? Suaminya.

"Hukuman untuk laki-laki keparat yang sudah membuat anak ayah jadi tidak bisa bicara" Aliya berjalan dengan langkah gemetar. Menghampiri Jung Woon yang masih mencengkeram kerah baju Jimin.

"Ayah?" Jung Woon menghempaskan Jimin hingga jatuh, menarik nafas dalam-dalam dan pergi meninggalkan keduanya. Tangis Aliya pecah seketika. Menghampiri Jimin yang sudah tidak berdaya dengan luka diwajahnya. Penuh luka.

"Ji?" Aliya memeluk Jimin dengan erat. Tuhan ini suaminya. Benar-benar nyata. "Syukurlah hanya pukulan yang aku terima" tangis Aliya semakin kencang semakin mengeratkan pelukanya.

"Aku baik-baik saja. Hanya perlu diobati, aku hanya perlu diobati olehmu" Aliya melepaskan pelukanya, mengusap wajah Jimin yang penuh dengan luka.

"Kenapa kau tidak menghindar?" Jimin menggeleng dan memperhatikan Aliya dengan intens. Wajah istrinya, wanita yang sangat dirinya rindukan dan cintai. Tuhan, Jimin berharap ini jadi yang terakhir, masalah untuk mereka.

"Aku merindukan. Sangat" Aliya mengangguk pelan, rindu itu jelas. Hampir 5 bulan mereka berpisah.

" Dia baik-baik saja kan?" Tangan Jimin mengusap perut Aliya dengan lembut. Rindu akan anaknya masih dalam kandungan. Jimin tidak menyapa hampir 5 bulan.

"Hem. Ayo aku obati lukamu Ji"

*

"Tidak baik terlalu ikut campur" Jung Woon menghela nafas lelah dan diam. Tidak ada gunanya membantah sang Ayah. Jimin sudah kembali dan itu artinya memisahkan nama Jimin dari Aliya adalah suatu yang mustahil. Tidak mungkin terjadi.

"Ayah tau kau mengkhawatirkan masa depan Aliya. Tapi suaminya sudah kembali. Kau harus kembali pada masa yang seharusnya terjadi. Lagi pula apa yang Jimin lakukan demi keselamatan Aliya juga. Aku harap kau faham"

Dua anak dan satu ayah ini diam dalam satu ruangan pribadi. Kakek Kim menyusul kesini dengan Steven tentu saja setelah Jimin pergi dulu untuk menemui Aliya. Jung Woon juga pergi disadarkan untuk tidak keras kepala.

"Ini yang terakhir Ayah. Aku tidak mau Aliya terluka lagi. Dulu Brian sekarang Bianca. Cukup dua manusia itu saja. Tidak ada yang lain lagi" cetus Jung Woon kasar.

Sementara Steven memejamkan matanya khawatir. Kata-kata Jung Woon membuat dirinya takut. Ya Tuhan.

"Tidak ada rumah tangga yang akan baik-baik saja terus nak. Setiap rumah tangga pasti akan ada masalah. Anggap saja ini proses memperkuat rumah tangga anakmu"

"Tapi ini melibatkan nyawa Aliya. selalu dan seperti itu. Aku tidak mau anakku terluka. Tidak" sela Jung Woon.

"Aliya tidak akan terluka. Itu yang akan terjadi" kali ini Steven yang berbicara. Dari tadi sibuk diam dan mendengarkan saja.

"Aku pegang kata-kata mu"

*

Menikmati wajah khawatir Aliya yang mengobati dirinya. Jimin tidak berhenti mengumbar senyum. Tepat berada disampingnya dengan jemari lentik yang mengoleskan obat padanya. " Aku merindukanmu" iris coklat Aliya menatap sebal Jimin. Disaat seperti ini masih mengumbar kata-kata seperti itu. Menyebalkan sekali.

"Sembuhkan dulu lukamu baru mengucapkan rindu. Bagaimana bisa kau tidak menghindar. Dasar bodoh" Jimin tertawa. Jelas umpatan Aliya juga dirinya rindukan. "dan ini juga aku rindukan sayang. Kemarahan istri cantikku" Aliya menyelesaikan pengobatannya dan mengusap wajah Jimin.

"Kau janji untuk mendiskusikan apapun padaku. Kenapa kau gegabah?" Jimin mengusap jari Aliya depan lembut.

"Aku tidak mau kau terluka, sekalipun itu seujung kuku. Ingat itu" bibir Aliya sampai pada bibir Jimin. Hanya 1 detik. "Ini yang terakhir Ji" Jimin mengangguk pelan.

"Aku janji dan ya mau ikut aku tidak kesuatu tempat?"

"Kemana?"

"Makam Stela"

"Ayo"

*

Berdiri diantara pusara Stella dengan sebuah bunga krisan. Aliya hanya diam sambil membaca baik-baik tulisan di nisan Stella. Mereka hanya diam kurang lebih 10 menit setelah tiba. Aliya tidak berbicara apapun, jelas Aliya hanya ikut. Jimin yang punya kepentingan.

Aliya melirik Jimin, sepertinya berat untuk memutuskan datang kesini. " Ji?" Jimin tersenyum tipis dan menarik nafas dalam-dalam.

"Lama sekali Noona, waktu berlalu dengan cepat rupanya. Kau tau aku tidak tau akan berujung sangat panjang seperti ini. Sungguh. Aku fikir hanya akan ada hubungan biasa dengan akhir baik. Tapi..."

Jimin kembali menarik nafas dalam-dalam. "Maafkan aku. Sungguh bukan maksudku untuk menolak mu. Aku punya kehidupan dan aku ingin hidup bahagia dengan wanita impianku. Aku menggap Noona sebagai Kakak. Murni Kakak, tapi aku tidak tau jika Noona setertarik itu padaku bahkan sampai terobsesi. Butuh waktu lama untuk aku memberanikan diri. Dan tentunya setelah berbicara dengan Steven juga. Aku memberanikan diri untuk minta maaf baik-baik dengan dirimu dan ya aku akan menunjukkan wanita yang aku cintai"

Jimin melirik Aliya dengan senyum manisnya. " Dia istriku Noona. Wanita yang aku cintai dari remaja. Dia jadi pendamping hidupku sekarang dan akan jadi selamanya. Noona terlepas dari semua ini aku hanya ingin minta maaf untukmu dan calon anakmu. Kuharap kau bahagia disana tentu saja dengan Brian. Kalian harus bahagia hem"

Aliya menepuk pundak Jimin pelan. Ini menyakitkan!

"Aku baik-baik saja" cetus Jimin pelan.

Aliya mengangguk dan tersenyum. Mengusap pusara Stella dengan lembut. "Bibi, begitukan seharusnya aku memanggilmu. Kau adik paman kan?" Jimin menggenggam tangan Aliya. Mendengarkan dengan baik Aliya yang berbicara dengan Stella. Keduanya sibuk berbicara dengan Stella.

"Dasar Bodoh"

TBC

Olvasás folytatása

You'll Also Like

712K 16.6K 18
❝Ini hati bukan remote tv yang ketika ada, lo bodo amat-in dan ketika hilang, lo cariin sampe mampus.❞ -Alesha. [ENDINGNYA DI PRIVATE JADI KALO MAU B...
785K 80K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
75.9K 11.2K 59
Kim Seok Jin mendapat kiriman hadiah dari rekan bisnisnya di Macau, Seraphina, seorang Pelacur paling cantik seantero negeri Tiongkok. Seokjin sudah...
71.8K 5.2K 20
COMPLETED ✅ 18+ "Kau adalah alasanku menanti malam..."