BAB 61

87.6K 8.6K 6.5K
                                    

Huaaaa!! Ada yang nungguin, gak nih?

Apa harapan kalian untuk cerita Utara & Selatan kedepannya?

Kita kasih ritual bentar yaa... Pake emot 😎 biar kece

H A P P Y
~R E A D I N G~

.

.

.

Lo liat, kan? Nggak perlu bukti lagi tentang hubungan gue." Alana melipat kedua tangannya di depan dada. "Pesta ulang tahun gue semalam udah buktiin

semuanya."

"Terus apa hubungannya sama gue?" tanya Utara tidak kalah sengit. Koridor di jam pulang sudah sepi. Utara sudah bilang kepada Selatan kalau ia mau kerja kelompok dan pulang bersama Erina. Meski sebenarnya, Erina sudah pulang bersama Zidan tadi.

"Ya, lo harus tau batasan dong. Apalagi lo numpang di rumah dia," ujar Alana sinis.

"Gue udah kenal dia lebih lama dari lo. Gue udah tujuh belas tahun sama dia, batasan apa yang lo maksud? Helo?"

Alana berdecak. "Miris amat, sih, hidup lo. Jauh-jauh dari Selatan! Jangan jadi parasit di hubungan orang!"

Tangan Utara mengepal geram, sudah gatal ingin menonjok lawannya. Ia memejamkan mata untuk menahan diri.

"Dan sekarang, gue mau pulang bareng dia. Lo kalau mau, pesen ojek, bisa gue pesenin, kok," sahut Alana sinis, lalu pergi begitu saja meninggalkan Utara.

"Bangke, tuh, cewek! Untung gue sabar, nggak nonjok." Utara memukul dinding beton kelas 11 Bahasa 3 dengan kuat sampai tangannya memerah. "Sial! Sial! Sial!" Ia pun menendang dinding dengan kesal.

***

Akhir-akhir ini, cuaca sering berubah dan tidak bisa prediksi oleh telepon canggih sekalipun. Seperti hari ini, prediksinya akan terang, tapi nyatanya gumpalan seperti cotton candy berwarna kelabu menghiasi langit. Angin mulai bergemuruh, membuat beberapa debu dan pasir ikut terbang. Rambut Utara yang terkuncir juga ikut menari beberapa helainya.

Kalimat Alana di sekolah tadi masih terngiang di kepalanya. Ditambah lagi, Zidan ternyata hanya menjadikannya sebagai bahan pamer ke mantan pacarnya. Ia ingin membuktikan kalau bisa mendapatkan yang lebih cantik dari mantannya. Tidak sampai di situ, Zidan juga menurunkan Utara di pinggir jalan tanpa mengantarnya sampai rumah.

"Nasib gue gini amat." Utara berjalan lesu di trotoar. Angin membawa roknya berkibar-kibar. "Semuanya mempermainkan gue, kayaknya takdir gue cuma buat jadi mainan orang, ya?"

"Gue emang bodoh, bodoh banget malah. Nggak salah Ata selalu ngejek gue mudah dibodohin." Utara menghela napas. "Gue cuma mau minta ketulusan."

Satu titik air hujan turun di tangannya. Utara mendongak, bulir air hujan yang awalnya gerimis pun menderas. Ia berdiri diam dengan kepala yang menengadah ke langit, membiarkan bulir hujan membasahi wajahnya.

"Kenapa?" Utara kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang dengan hujan yang mengguyur tubuhnya.

Utara merasa dia benar-benar bodoh. Utara merasa ... sakit hati. Utara merasa Ata-nya diambil oleh cewek lain. Utara sukanya sama Selatan. Ia telah melanggar peraturan yang dia buat. Namun, Selatan sukanya sama Alana. Selatan akan membatasi tingkah mereka demi menjaga perasaan ceweknya. Iya, begitu, bukan kalau orang pacaran?

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang