BAB 15 DELAPAN PERATURAN!

74.8K 10.7K 1.6K
                                    

^Happy Reading^

.

.

Utara sudah membulatkan tekat, niat, hati, pikiran, semuanya. Dia sudah memutuskan apa satu perminatan sebagai syarat dirinya mau tinggal di rumah Bunda Maudy. Utara menutup pintu kamarnya dengan sikut karena dua tangannya penuh membawa benda, karton, spidol, lakban, gunting, cat air warna merah.

Utara akan membuat sesuatu yang baru dan perubahan yang baru untuk mensejahterakan bumi Utara.
Karton putih itu Utara buka lebar-lebar, senada dengan cat dinding sepanjangan tangga. Utara membuka lakban, tangannya bergerak ingin menggunting, tapi terhenti karena satu suara.

"Woi! Ngapain lo?" Selatan yang baru keluar kamar langsung bergegas menghampiri Utara. "Mau buat kerusuhan apa lagi lo?" Selatan merebut kertas karton di tangan Utara, dan membaca delapan baris kalimat.

"Apaan nih?" tanya Selatan.

Delapan Peraturan untuk Mensejahterakan bumi Utara!

1. Dilarang berisik putar musik kenceng-kenceng
2. Remote tv harus gantian
3. Dilarang pelit sama makanan
4. Utara memasak dan cuci piring
5. Selatan nyapu ngepel lantai
6. Hari minggu bersihin rumah sama-sama
7. Dilarang jatuh cinta!
8. Dilarang baper!

"Apaan, nggak setuju gue, nggak," Selatan menolak keras samabil menggeleng. Hellow? Ini rumahnya, tidak ada peraturan khusus selama 17 tahun Selatan tinggal di rumah ini.

"Ini rumah, rumah gue, anak keluarga ini tuh gue, lo cuman numpang, kenapa jadi lo yang seweot buat beginian?" Selatan memukul gulungan karton itu ke dinding.

Utara memutar kedua bola mata malas, "Daripada lo malas-malasan, cuman glingasaran di sofa, rebahan, mageran, mending lo bantuin Bunda juga buat bersihin rumah."

"Nggak ada istilahnya. Bunda gue aja gak perah nyuruh, kenapa lo-nya yang sibuk?"

"Itu namanya hati seorang Ibu! Dia nggak mau nyusahin anaknya, nggak enakan, padahal Bunda butuh bantuan. Pulang kerja langsung nyapu, beres-beres, masak, capek tau!"

Maudy juga tidak mau menyewa asisten rumah tangga. Menurutnya selagi dia bisa melakukannya sendiri, kenapa tidak?

"Hallo? Nyonya Utara yang terhormat, apa lo nggak bisa melihat rumah gue ini? Dua lantai, ada ruang keluarga, tamu, dapur, ruang baca Ayah, ruang kerja, kamar, dan lo nyuruh gue nyapu ngepel sendirian?"

Utara bertepuk tangan, "Wow! Ternyata lo cerewet juga, ya? Gimana Bunda lo yang bersihin sendirian?"

"Gimana gue gak cerewet, peraturan lo semuanya GILA, kecuali nomor tujuh sama delapan."

"Gila apanya? Ini tuh namanya berbakti lewat peraturan."

"Nggak ada istilah! Gue tetap nggak mau. Lagian lo kan nupmang di sini, lo aja lah yang beres-beres, hitung-hitung bayar jasa penitipan anak." Selatan membaca kembali peraturan yang Utara buat sampai matanya melotot seperti penampakan dedemit yang pernah Ken foto. "Ini apa lagi, ya Allah," Selatan ngurut-ngurut dada.

"Siapa yang melanggar peraturan harus mengungkapkan sebuah kejujuran yang nggak pernah diungkapkan kepada siapapun," Selatan membaca note di bagian bawah.

"Uta, ini namanya mempersulit hidup."

"Nggak ada! Justru ini mempermudah bumi Utara. Dan lo nggak bisa semena-mena lagi sama remote, putar musik kenceng-kenceng kalau ada peraturan ini."

"Bodo amat gue gak mau," Selatan menggeletakan karton itu di lantai.

"Eitsss, tunggu Tuan Selatan Kafin Prasetya yang sangat tidak terhormat."

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang