BAB 26

65.5K 9.1K 432
                                    

^Happy Reading^

.

.

"Ata sama Uta besok mau berangkat kejuaraan?" tanya Ayah yang Selatan balas dengan anggukan.

"Di mana?"

"SMA National Nusantara, Yah."

Bunda menyembul dari dapur dengan membawa satu piring ayam goreng.

"Wahhh, Uta bawa apaan tuh?" tanya Ayah tidak sabar memperhatikan mangkuk kaca yang Utara bawa dari belakang Bunda. Seperti kesepakatan peraturan nomor 5, yaitu Utara memasak dan cuci piring.

"Uta buatin capcai udang sama brokoli," sahut Utara meletakan mangkuk itu di atas meja.

"Bisa masak lo?" tanya Selatan dengan nada meremehkan. Kan kemarin-kemarin Bunda yang masak, dan Utara bantu-bantu gitu aja. Tapi kali ini jangan salah, ini perdana Utara yang membuat.

"Jangan remehin seorang Utara," sahut Utara tersenyum penuh percaya diri.

Selatan manggut-manggut kurang yakin, dirinya lebih dulu membuat masakan Utara ke dalam piringnya.

Baru selesai berdoa bersama, ponsel milik Selatan yang ada di atas meja tiba-tiba berdering.

Mama.

Selatan membaca nama kontak itu, dan mengangkatnya dalam gerakan cepat.

"Hallo! Mama!" sapa Selatan girang membuat Utara yang duduk di hadapannya langsung berpindah posisi berdiri di samping Selatan dalam gerakan kilat.

"Mama!!!" pekik Utara girang membuat Selatan menutup telinga karena suara cemprengnya yang rempong.

Mama terlihat terkekeh di layar ponsel.

"Mama telepon Uta tapi nggak diangkat," kata Mama.

"Hp Uta ada di kamar. Mama Uta bisa masak loh, " Utara bergerak gesit mengambil lalu menunjukkan masakan capcainya pada Mama.

Di seberang sana Mama tertawa jenaka.

"Mama kok nangis?" tanya Utara melihat Mama mengusap pipinya.

Mama membuang muka, terlihat menarik pasokan udara panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Utara memperhatikan lamat-lamat garis wajah Mama, mengambil ponsel itu dari tangan Selatan. "Nggak kok, Uta jangan cemas, Mama bahagia liat Uta."

"Mama kok makin kurus? Mama pucat, Mama baik-baik aja, kan?" tanya Utara cemas. Maudy dan Hasan saling pandang.

Ayah memegang punggung tangan Bunda sambil memejamkan mata sejenak untuk menenangkan, mengisyaratkan kalau semuanya akan baik-baik saja. Bunda mengangguk. Sedangkan Selatan yang melihat gelagat kedua orangtuanya tampak dibuat bingung.

Selatan merasa ada yang disembunyikan.

"Mama juga tumbenan pakai tudung kepala, biasanya Mama kalau telepon video nggak pakai begituan."

"Mama baik kok, Alhamdulillah, mungkin karena efek pencahayaan. Oh ini," Mama memegang kepalanya yang ditutupi handuk putih. "Habis keramas."

Utara mengangguk-angguk mengiyakan. "Nenek mana? Udah sehat, Ma? Ma, kapan pulang?" tanya Utara beruntun dan di pertanyaan terakhirnya dia harap Mama memberi kepastian.

"Nenek membaik, Alhamdulillah." Tapi diluar ekspetasi Utara, Mama hanya merespon pertanyaan terakhirnya dengan tersenyum. Utara merasa kecewa, memberikan alih ponsel itu pada Selatan dan duduk malas di kursinya.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang