BAB 9

85.6K 11.7K 446
                                    

^Happy Reading^

.

.

.

Selatan duduk di kursi, menyantap makanannya tanpa banyak bicara seperti biasanya. Ini semua gara-gara Utara yang sudah membuat moodnya hancur. Oke, lah Selatan menerima Utara tinggal di rumahnya, dan juga berjanji pada Mama Lora untuk menjaga Utara. Tapi Selatan tidak bisa jika harus berbagi apa yang sudah menjadi miliknya. Apalagi ini sebuah kamar, kamar Selatan sejak kecil, ponster spiderman, lemari kaca yang berisikan lego dan hot wheels, kasur empuk, meja belajar, permadani motif papan catur yang selalu menjadi sarang teman-temannya saat main ke rumah.

Kalaupun Selatan pindah ke kamar atas pun pasti akan susah mengangut barang-barangnya, dan mendekor ulang kamarnya. Selatan bersikukuh tidak mau pindah kamar.

"Ata d—" 

"Nggak, Bunda," potong Selatan cepat.

"Dengerin Bunda dulu," kata Maudy menatapnya.

Selatan beralih menatap pada Utara yang duduk tepat di hadapannya, bahkan itu adalah kursinya Selatan, tapi malah Utara yang duduk lebih dulu. Benar-benar kehadiran yang sangat menyebalkan.

"Wahh apose nih udah pada makan duluan, nggak nunguin Ayahnya?" Hasan yang baru keluar dari ruang kerja itu langsung menimbrung ke meja makan, memperhatikan hidangan yang sungguh menggugah, rendang favorit Selatan, acar kuning favorit Utara, dan sayur tumis.
"Eh, ada Uta?" Wajah Hasan terkejut, namun kemudian tersenyum jenaka. 

Selatan mendengus malas. Hey ayolah, anak kalian di sini. Kedua orangtuanya sangat menyayangi Utara, bahkan menganggapnya sudah seperti putri sendiri, terkadang Selatan merasa seperti Tapasya dalam serial Uttaran, dan Utara adalah Icha. Selalu saja Utara yang diemaskan. Kalau Ayah, mungkin karena Utara tidak punya Papa jadi Ayah memberikan perhatian lebih untuk Utara. Bahkan suka ke rumah Utara cuman buat ngasih permen lolipop.

"Ayah!" seru Utara girang. 

Laki-laki yang dipanggil Ayah itu mengambil kursi di sebelah Utara. Selatan benar-benar kehilangan nafsu makannya.

"Yah, Ata nggak mau pindah kamar," kata Maudy membuat Selatan ingin teleportasi sekarang juga ke dimensi yang berbeda. "Kasian Uta kalau di kamar atas sendirian."

"Bunda nggak kasian sama Ata?" tanya Selatan. Senyum licik di wajah Utara membuat Selatan ingin menyuapkannya sambal terasi khas Bunda.

Bunda menggeleng, "Nggak gitu, sayang. Kamu kan cowok."

Oke, kali ini gender berperan. 

Gue cowok, tapi kamar atas ada setannya, sahut Selatan dalam hati.

"Ata," panggil Ayah, kemudian mengedip jahil sebagai bentuk sebuah kode.

Argh! Selatan mengsuap wajahnya frustasi, masakan rendang favoritnya sudah tidak berasa. Kalau Ayah sudah turun tangan sambil mengedip sebelah mata, itu tandanya dunia Selatan sedang berada dalam ancaman bahaya. Karena Ayah adalah kunci Selatan untuk bisa keluar rumah diam-diam saat ingin balapan.

"Ata," panggil Ayah lagi.

"Hmm," balas Selatan bergumam sambil menggerakan sendok makannya malas.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang