BAB 40

56.7K 8.6K 606
                                    

^Selamat membaca, Tanta Readers!^

.

.

...

Nah, gini kan cantik banget anak mama," puji mama sambil mengelus rambut bergelombang cokelat gelapmilik Utara yang tergerai indah.

Utara tersenyum kikuk. Jujur saja ia merasa aneh sendiri dengan penampilannya yang Mama bilang cantik. Dengan rambut yang dibuat tergerai dengan jepit kecil di kedua sisi kepalanya membuat ia tidak nyaman karena terbiasa dikuncir. Apalagi dengan baju modelan A line dress putih yang ia kenakan saat ini, Utara semakin merasa kaku karena terbiasa yang modelan kemeja, sweater, t-shirt, dan hoodie.

"Jangan lupa pake sendal yang mama kasih, ya. Itu sandal kesukaan Mama, loh, tapi akan lebih bagus kalau Uta yang pakai."

Peep toe heels punya mama yang lima centi itu? Yang ada pita kecilnya?

Utara memijat keningnya yang terasa berdenyut. "Ma, Uta nggak bisa pakai sandal kayak gitu. Apalagi yang bersenti-senti," ujar Utara jengah. Sudah rambut, pakaian, kini sandal pun harus sesuai perkataan mama. Kalau bukan resepsi pernikahan Mbak Vira, mana mau Utara datang. Ia lebih memilih maraton drama ketimbang ikut kondangan.

Mama menggeleng. "Terus kamu mau pake apa, Sayang? Sepatu kamu? Atau sandal kamu yang modelan cowok pakai tali-talian itu?"

Utara kali ini merutuki diri karena tidak memiliki sandal yang terlihat feminin. Semua dress Utara bahkan sudah kekecilan dan sudah lama semua. Mama sampai berinisiatif membelikannya di butik temannya untuk menghadiri pesta resepsi pernikahan Vira.

"Mama yakin mau ikut ke acara resepsi? Mama kan lagi nggak enak badan." Tatapan Utara melunak.

Mama mengukir senyum sambil mengusap puncak kepala Utara. "Nggak usah cemas, mama baik-baik aja, kok."

"Tapi janji, ya? Mama nggak boleh capek-capek. Nggak boleh kelelahan. Uta khawatir sama Mama," ujar Utara sembari cemberut kecil.

"Iya, sayangnya mama. Sandalnya udah mama taruh di bawah. Mama berangkat sama Bunda, kamu berangkat barengan Ata, ya. Hati-hati di jalan." Mama mengecup singkat kening Utara sebelum pergi.

"Sama Ata?" Utara melongo di tempat. Hingga satu pesan masuk ke ponselnya membuat lamunan Utara buyar.

Selatan Jelek: Gue di depan. Cepetan keluar.

Utara menelan saliva bulat-bulat. Tiba-tiba rasa gugup menyerangnya. Ia kembali mengecek penampilannya di cermin. Perutnya terasa mulas, padahal hanya berangkat ke pesta bersama Selatan. "Gilaaa. Kenapa gue deg-degan?"

Utara menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Ia menenangkan diri di tengah degup jantung yang terdengar makin cepat. Utara memutar gagang pintu. Ia akan berusaha bersikap seperti biasanya. Namun, semuanya pudar saat melihat tampilan Selatan yang sangat elegan berbalut tuxedo hitam dengan dasi kupu-kupu di kerah bajunya.

Utara menelan ludah bulat-bulat. Masa bodo jika Utara termakan omongan sendiri. Ia tidak munafik untuk mengakui kalau Selatan sangat tampan sekarang.

MasyaAllah, cantiknya anak orang! Selatan berseru dalam hati melihat penampilan Utara yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Selatan pernah bilang, kan, kalau Utara akan lebih cantik dengan rambut yang tergerai? Buktinya sekarang Selatan sampai tidak berkedip sekalipun.

Utara berdeham kecil yang membuat Selatan mengusap tengkuknya ketika salah tingkah.

"Lama amat. Karatan gue nunggu," ujar Selatan berusaha terlihat biasa saja padahal jantungnya berdetak sangat cepat.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang