BAB 38

57.2K 8.2K 470
                                    

^Selamat membaca, Tanta Readers!^

.

.


"

Udah siap." Utara menepuk tangannya. Senyumnya mengembang saat mengamati sebuah lilin yang menyala di atas kue bolu pandan dengan baluran

cokelat hasil kerja tangan mama dan dirinya.

Utara terus mengukir senyumnya memandangi foto papa saat ulang tahun keenam dirinya dan Selatan itu. Perlahan pelupuk matanya terasa panas. Untaian momen dirinya bersama papa membuat pertahanan Utara runtuh. Satu bulir air matanya meluruh, ia menggigit bibir bawahnya.

"Cieee ... yang besok ulang tahun." Utara membuang muka dari figura sambil mengusap air matanya yang kembali turun. "Happy Birthday, Pa."

Utara menarik napasnya berat. "Nggak kerasa. Dari kelas tiga SD sampai sekarang. Udah delapan tahun nggak ada papa." Ia menunduk, tak kuasa menatap foto papa. "Sekarang Uta cuma punya mama. Mama yang hebat, yang bisa jadi papa buat Uta."

"Pa, Uta kangen..." Utara kembali mengangkat wajahnya. "Kangen papa. Kangen dongeng papa, kangen waktu papa gendong Uta kayak naik pesawat, kangen ke Dufan lagi waktu libur, kangen main ke taman Safari pas mau ujian."

"Uta kangen semuanya."

Mama yang duduk di samping Utara lantas pergi karena tidak sanggup. Ia memilih ke dapur. Tangannya menumpu pada pilar. Mama mendongak menahan genangan air mata yang berontak untuk turun. "Maafin mama ... Uta." Ia menutup mulutnya. Tangisnya meluruh dengan dada yang terasa sesak.

"Maafin Mama." Lora menggeleng lirih sambil menahan isaknya. "Mama minta maaf. "

Utara menyusul ke dapur. Ia melihat sang mama yang menahan isakannya. Ia mendekat dan menepuk pelan punggung mama. "Ma ...."

Dengan cepat Lora mengusap air matanya. Tak menyadari putrinya itu menyusulinya. Ia menampilkan seulas senyum untuk Utara.

"Mama kenapa di sini?"

Mama menggeleng. "Nggak, kok, Sayang." Ia mengusap kedua pipi Utara.

"Ayo, Ma. Kita tiup lilin sama-sama." Utara menarik tangan mama untuk kembali ke sofa keluarga.

"Happy birthday, Papa." Utara dan mama meniup lilin itu bersamaan. Keduanya saling melempar senyum begitu kepulan asap lilin itu mulai mengudara.

Utara mengambil piasu kue, lalu memotong bolu itu. "Suapan pertama untuk istrinya Papa," ucap Utara dengan tawa kecilnya.

Mama ikut terkekeh, lalu menerima suapan pertama dari Utara. Selanjutnya Mama yang memberikan suapan untuk Utara. Keduanya saling pandang kemudian tertawa bersama walaupun tidak ada lelucon yang dilemparkan satu sama lain. Tawa itu perlahan berubah sumbang saat air mata Mama turun.

Lora sudah menahan air matanya dengan gelak tawa, tapi nyatanya itu tidak mudah. Ia membiarkan satu air mata itu turun. "Maafin mama."

"Mama kenapa minta maaf? Mama nggak ada salah, kok." Utara mendekatkan duduknya.

"Maafin mama, Uta. "

Utara menggeleng. "Ma ...."

"Mama belum bisa kasih yang terbaik buat Uta. Mama minta maaf."

"Mama nggak boleh ngomong gitu. Selagi ada mama di dunia ini, itu aja udah cukup buat Uta, karena cuma mama satu-satunya orangtua yang Uta punya di dunia ini."

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang