BAB 46

57.8K 8.4K 1.3K
                                    

^Selamat Membaca, Tanta Readers!!^

.

.

...

Utara meminta diberikan yang terbaik pada Tuhan dan mungkin ini adalah jawaban untuknya.

~~~

Janji, janji, dan ingkar.


"

Papa!"

Hamparan rumput luas, bunga-bunga bermekaran, dan kupu-kupu cantik yang mengepakkan sayapnya. Di bawah pohon rindang yang teduh dan dedaunan bergoyang di bawah alunan angin, Utara kembali melihat sosok pahlawannya.

Senyum yang Utara rindukan itu kembali hadir. Wajah berseri dengan baju berwarna putih, Papa kembali untuk Utara. Belaian lembut penuh kasih sayang yang sangat Utara rindukan, pelukan hangat, suara papa, dua iris indahnya yang selalu menatap teduh. Utara memeluk papa dan menyuarakan rindunya melalui tangis tak bersuara.

"Papa ke mana aja? Uta kangen papa."

Papa tidak menjawab. Senyumnya masih tetap sama dan terlihat tulus setelah delapan tahun lamanya menghilang. Papa memeluk dan mengusap puncak kepala

Utara lembut.

"Papa jangan pergi lagi, temenin Uta sama mama."

"Anak Papa sudah besar, ya? Papa juga kangen."

"Kenapa Papa pergi? Kenapa Papa jahat tinggalin Uta? Waktu semua anak ngerayain hari ayah di sekolah, Uta cuma duduk dipojokan liat mereka." Wajah Utara ia benamkan pada dada sang papa. "Uta sendirian. Ata juga datang sama ayah, tapi Uta nggak datang sama papa."

Papa menangkup wajah Utara. Ia mengusap air mata yang mengalir di pipi putrinya. "Uta anak yang kuat, anak yang berani, anak kebanggan papa sama mama. Uta hebat. papa sayang sama Uta."

"Tapi, kenapa papa pergi? Kalau papa sayang, kenapa papa tinggalin Uta sama mama?"

"Udah waktunya, Sayang. Cepat atau lambat, semuanya bakal pergi, Uta."

Utara menggeleng, lalu kembali memeluk papa. "Uta sayang papa, jangan pergi lagi."

Perlahan papa melepas pelukan Utara. Ia menatap putrinya dengan seulas senyum yang berseri di wajahnya yang bersinar. "Papa sama mama harus pergi. Uta baik-baik, ya." Air mata Papa menitik jatuh di punggung tangan Utara.

"Mama?"

Papa mengangguk.

"Papa mau bawa mama pergi? Papa mau bawa mama dari Uta?" Papa kembali mengangguk.

"Nggak boleh!" Utara menggeleng keras.

"Papa minta maaf, Uta."

"Nggak boleh!!!" Larangan suara Utara semakin lantang.

"Maafin Papa, Nak. Uta jaga diri baik-baik, ya. Jadi anak yang tangguh, anak yang berani, anak yang kuat. Papa sama Mama akan jadi bintang yang selalu melihat Uta."

"Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh!"

Tangan terulur yang disambut oleh tangan mama. Utara terperangah dan menggeleng keras tidak membolehkan. Utara melihat wajah mama yang tidak lagi pucat. Bibirnya tersenyum dengan warna merah merekah, wajahnya berseri, pakaiannya pun putih bersih seperti papa.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang