BAB 7

94.8K 15.2K 1.2K
                                    

Note: Aku tau kalian pembaca yang baik, maka dari itu jangan sungkan untuk meninggalkan jejak vote dan komentar kalian. Jika menemukan typo mari bantu aku membetulkannya ^ ^

Ceritanya langsung aku pindah dai laptop ke wattpad, komentar cantik kalian di tiap paragraf hilang 😭 ayo dong kasih komen sampai bab seterusnya

^Happy Reading^

.

.


Ramai orang hilir mudik sambil menggaet kopernya. Bahkan ada yang sampai berlari tergesa-gesa untuk mengejar jadwal keberangkatan. Suara dari penjuru tentang jadwal penerbangan pun samar-samar terdengar di tengah kerumunan orang yang misuh-misuh. Dari kaca transparan di hadapannya terlihat pesawat berjenis Air Bus baru saja melakukan take off.

"Mama." Utara memeluk tubuh Mama untuk yang kesekian kalinya dan menangis untuk yang kesekian kalinya. Di dunia ini, hanya sisa Mama seorang orangtuanya. Papa sudah pergi sejak dirinya duduk di bangku kelas 3 SD.

Mama adalah sosok Papa juga untuk Utara. Mama selalu menjaganya, berusaha membuatnya tersenyum, dan menghibur Utara saat sedih. Tidak apa, kan kalau Utara merasa sedih? Menangis? Karena Mama akan pergi. Dan ini tidak dekat, bukan berbeda pulau lagi, tapi berbeda benua.

Lora yang tadinya menahan air mata agar tidak jatuh, kini tidak bisa dibendung dan ikut meluruh sambil mengusap puncak kepala Utara. Saat berpamitan bersama Maudy tadi Lora juga menangis, dan kini juga.

"Uta baik-baik, ya. Jangan nakal, dengerin kata Bunda Maudy," pesan Mama seolah Utara adalah bocah kemarin sore yang masih pakai popok.

"Ata, Mama titip Uta, ya," kata Mama bergantian pada Selatan.

"Tenang Ma, semuanya Ata jamin. Uta yang ceroboh, payah, mudah dibodohi akan aman kalau sama Ata," kata Selatan penuh yakin, membuat Utara menginjak kaki Selatan sampai cowok itu mengaduh kesakitan.

"Uta..." kata Mama lembut mengingatkan. "Jangan gitu sama Ata."

Selatan mengaduh, "Tau tuh Ma, mana tenaganya gak main-main." Selatan terpingkal-pingkal merasakan ibu jarinya yang berdenyut-denyut.

Utara berdecak, menatap Selatan dengan mata yang berapi-api. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu di depan Mama. Hellow? Utara sudah besar, dan perkataan Selatan tadi seolah-olah dirinya adalah bocah kecil yang masih pakai popok.

Tak lama dari itu terdengar suara dari pengeras suara tentang pesawat Air Bus yang akan Mama tumpangi untuk pergi ke Leiden, Amsterdam, Belanda. Lagi-lagi Utara mengepalkan tangannya untuk menahan air mata yang kembali mengantri turun di pelupuk mata. 

"Mama berangkat, ya?" Mama mengecup singkat kening Utara. Tapi Utara menahan Mama dan memeluknya kembali. 

"Mama kapan pulang?" Utara kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Utara harap jawaban Mama adalah sebuah kepastian, bukan jawaban yang semu tidak tau kapan pulang. Utara hanya ingin tau Mama kapan pulang.

Hanya itu.

Mama mengusap air mata di pipi Utara. "Nanti Mama pulang, Uta jaga diri, ya... Mama berangkat." Tak ingin terlalu lama berlarut dalam momen perpisahan dengan Utara, Lora langsung pergi begitu saja, menyeka air matanya yang turun saat meninggalkan Utara.

"Mama!" teriak Utara ingin menyusul Mama, tapi Selatan menahan lengannya.

"Sssttt, bayi gede gak boleh nangis, malu diliat orang," kata Selatan berniat menenangkan.

"Bodo amat!" sahut Utara ketus sambil mengusap kasar air matanya yang kembali turun di pipi

"Lo gak ngerti!"

"Gue ngerti."

"Gak!" sahut Utara.

"Mau lolipop?" tanya Selatan membuat Utara mengangguk cepat.

"Mau!"

"Berhenti jadi cengeng."

_____

Yuhuuu Utara & Selatan up lagi nihh

Thanks buat yang udah membaca hehehe

1 < 3u 3000Sampai bertemu di bab berikutnya^^

Jangan lupa untuk follow instagram @im.phinku dan @dolphinpin_ untuk info cerita yang bakal aku kabarin di sana hehe

Sweet regards

Phinku

"Jangan lupa bersyukur hari ini"

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang