BAB 22

67K 9.5K 907
                                    

^Happy Reading^

.

.

Jarum jam menunjuk tepat pukul 9 pagi. Selatan kembali mendengkus dan mulai jengah. Padahal janjinya jam 8, tapi Utara belum juga keluar dari kamarnya. Ini adalah hari Minggu. Ia yang membuat peraturan, ia juga yang ngaret.

Selatan rela tidak ikut teman-temannya untuk lari pagi di komplek Bisma sambil menggoda anak pak RT yang wajahnya ... masyaallah. Itu semua karena ia harus menjadi laki-laki yang baik dan bertanggung jawab dengan janji. Semuanya hanya karena peraturan itu, bukan karena Utara.

Bosan, Selatan meletakan ponselnya di atas meja dengan malas. Sudah satu jam, atau jangan-jangan Utara malah enak-enakkan tidur? Selatan menggeleng, ini tidak bisa dibiarkan.
Selatan bangkit dari duduknya dan menuju kamar Utara.

"Woi!! Kebo, keluar, nggak, lo?!"

"Uta kebo, bangun, woi! Lo udah telat satu jam!"

"Belajar disiplin waktu!"
Sambil menggerutu, Selatan terus menggedor pintu di hadapannya. Hingga ia merasa kewalahan dan memilih untuk berhenti sendiri.

Selatan menatap datar pintu kamar Utara. Ketika terdengar suara dari dalam sana, Selatan mengurungkan niat untuk kembali menggedor.

Mempertajam pendengarannya, Selatan menempelkan tubuh dan telinganya di pintu, berusaha menguping suara di dalam sana lebih jelas.

Tunggu, tunggu, ia mendengar namanya disebutkan. Selatan semakin penasaran dengan apa yang terjadi dalam kamar Utara, lantas semakin menempelkan tubuhnya.

Bruk!

Tanpa ancang-ancang, pintu itu dibuka sepihak dari dalam. Dengan tragisnya, tubuh Selatan ambruk ke depan, membuat Utara yang tidak memiliki persiapan menghindar jadi ikut terjatuh, tertimpa tubuh Selatan.

Selatan menahan tubuhnya dengan kedua tangan di lantai. Di sela kedua tangannya, tubuh Utara berada. Tanpa diperhitungkan, dua iris mereka saling beradu sesaat, membuat Selatan terhanyut dari segala dunianya.

Detik itu juga, Selatan merasakan sesuatu yang aneh terjadi dalam dirinya.

Utara menelan salivanya bulat-bulat, berusaha menahan napas. Wajah cowok itu begitu dekat, hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Bahkan deru napasnya bisa ia rasakan menerpa wajahnya.

"Lo udah telat satu jam." Suara berat Selatan dan sorot cokelat gelap kedua manik matanya membawa diri Utara kembali ke dunia nyata.

"Lo ngapain!" Seketika itu juga Utara langsung mendorong dada bidang cowok itu dari hadapannya.

Selatan lantas berdiri, bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa dengan kedua tangan yang bersedekap.

Selatan menatapa Utara datar. "Lo telat satu jam. Nggak disiplin banget," cibirnya dengan nada ketus.

"Lo ngapain tiba-tiba ke kamar gue?" Alih-alih menyangkal omongan Selatan, Utara balas bertanya dengan raut penuh selidik. "Mau ngintip gue, ya, lo?"

"Apa juga yang mau diintip dari cewek jelek kayak lo?"

"Sadar diri! Lo lebih jelek!"

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang