BAB 41

58.6K 8.8K 1K
                                    

^Tanta Readers, Selamat Membaca!^

.

.

...


"

Terus gimana ceritanya bisa make flat shoes?" Mama bertanya sambil melihat

Utara yang mencampurkan beberapa adonan kue muffin yang akan Utara jadikan sebagai bayaran flas shoes.

"Ata yang beliin, dong, Ma," sahut Selatan yang tiba-tiba menyembul di pintu dapur.

Sejak kapan dia ada di sini? Utara tidak tahu. Bahkan cowok itu tidak mengucap salam seperti biasanya. Seperti jelangkung.

"Loh, ada Ata?" tanya mama.

"Mau mantau si ceroboh masak," ujar Selatan sambil bersandar di dinding dapur.

"Udah kayak jelangkung aja itu orang," sahut Utara sambil mengaduk adonannya.

"Uta, adonannya keenceran." Mama ingin bergerak menambahkan sedikit tepung, tapi Selatan menahan mama.

"Nggak boleh bantu. Ini rules-nya, Ma." Selatan bergerak maju. Ia yang mengambil alih menuntun Utara untuk memasak. Meski cowok begini, Selatan diam-diam jago masak. "Tepungnya tuh tambahin. Gitu aja nggak bisa."

"Berisik."

"Gulanya berapa? Entar diabetes lagi orang makannya."

"Nggak perlu makan kue ini, liat muka gue aja orang langsung diabetes."

Selatan memasang wajah jijiknya. "Iyuuuhh, nggak ada yang mau sama lo."

"Awas aja kalau lo suka sama gue."

"Lo berharap gue sukai? Atau jangan-jangan lo suka sama gue? Ngaku lo! Gue, kan, ganteng."

"Bekantan macam lo? Preeettt!" Utara beralih memasukan susu kental, kemudian choco chips. "Muffin gue paling enak sedunia kali ini."

"Gini Uta ngaduknya." Selatan berdiri di belakang Utara sambil memegang tangan cewek itu untuk menuntunnya, membuat posisi Utara menjadi seperti dipeluk Selatan dari belakang. "Gini," kata Selatan lagi.

Utara mendongak memperhatikan rahang tegas Selatan, sedangkan yang diperhatikan terus mengoceh cara mengaduk adonan yang benar.

"Kok lo malah lihatin gue?" Selatan memergokinya. "Baper ya, lo? Hayooo ngaku."

Utara langsung menyikutnya sampai Selatan meringis kecil. "Modus, ya, lo? Pake pegang-pegang tangan gue? Ngaku lo, hayoooo."

Utara dan Selatan tidak sadar sedari tadi mama menahan untuk tidak merintih kesakitan sambil memegang pelipisnya. Mama menumpu badan di dinding, hingga saat tidak mampu lagi, tubuhnya ambruk menghantam keramik. Perdebatan Utara dan Selatan padam seketika.

"Mama!" seru Utara yang langsung menghampiri mama. "Ma, mama kenapa, Ma?"

"Ata, mama kenapa?" Utara terus menggerak-gerakan tubuh mama yang masih tidak sadarkan diri.

"Ma." Selatan ikut menggerakan tubuh mama. Tidak ada tanda-tanda kalau mama akan sadarkan diri. "Ambil kunci mobil." Selatan langsung mengangkat tubuh mama untuk digendongnya. Utara berlarian menuju meja depan untuk mengambil kunci mobil mama.

***

"Mama kenapa?" Utara menggigit kukunya cemas. Langkah kakinya membawa Utara berjalan bolak-balik di garis yang sama. "Mama ...." Ia menutup wajahnya. Rasa takut yang sama seperti delapan tahun silam itu membuat Utara takut kejadian itu kembali terulang. Hawa yang sama, rumah sakit yang sama, Utara tidak bisa bernapas dengan tenang kalau mama belum juga dipastikan baik-baik saja.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang