BAB 37

59K 8.4K 432
                                    

^Selamat membaca, Tanta Readers!^

.

.

___


"

Bahagia banget muka lo, gue lihat-lihat," celetuk Selatan saat Utara duduk di hadapannya. Selatan kembali melanjutkan makan malamnya yang telat karena sejak sore ia sibuk mengurus proposal acara akhir tahun dan belajar untuk olimpiade.

"Cepetan, Ata. Gue udah gak sabar," desak Utara mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja.

Mama bilang pesawatnya akan landing pukul dua puluh dua malam. Sejak sore Utara sudah tidak sabar untuk menjemput mama. Rumahnya pun sudah Utara tata rapi dan bersihkan yang dibantu oleh Mang Dede dan Selatan tentunya.

"Sabar." Selatan menandas minumnya kemudian menyodorkan gelas kosongnya pada Utara. "Ambilin minum lagi dong."

"Dih, lo ada kaki lengkap. Ambil sendirilah," tolak Utara.

"Gitu ya lo sama gue. Gue udah angkatin barang-barang lo dan gue cuma minta diambilin air aja lo nggak mau," cibir Selatan.

"Nggak ikhlas lo?"

"Ikhlas atau nggak, itu urusan gue sama Tuhan." Kemudian Selatan berdecak. "Cepet ambilin Uta, gue haus banget ini."

Utara memutar mata malas seraya berdecak. Ia mengambil kasar gelas itu dan mengisinya dengan air dari kulkas lalu kembali ke meja makan.

"Nggak ada jampi-jampinya, kan?" tanya Selatan saat Utara meletakkan gelas itu di samping piringnya.

"Kalau gue mau, udah dari kemarin-kemarin waktu gue buatin lo susu, gue campurin sianida. Biar mampus sekalian."

"Dih, nggak ikhlas lo?" ujar Selatan setelahnya ia meminum air itu.

Utara tersenyum sinis. "Ikhlas atau nggak, itu urusan gue sama tuhan," sahut Utara mengikuti kalimat Selatan tadi. "Ayo, ah, cepetan!"

"Iya! Iya!"

***

"Mama!" Dua iris cokelat terang milik Utara berbinar. Ia melambai ke arah mama di antara kerumunan orang-orang yang hilir mudik. Rindu Utara untuk mama sudah membuncah. Sudah mau tiga bulan lamanya mama pergi dan Utara tidak tahu mendeskripsikan sebesar apa rasa rindu itu. Apalagi mengingat ini adalah kali pertama mama pergi lama, bahkan berbeda benua.

"Ceroboh." Selatan langsung menarik ujung kaus belakang Utara yang membuat cewek mundur beberapa langkah. "Mau nabrak om-om, lo?"

Tepat saat Selatan menarik Utara, seorang pria berbadan kekar berjalan dari arah kanan sambil teleponan. Untung saja Selatan menariknya, kalau tidak, mungkin Utara akan benar-benar menabrak pria berjas itu. Utara hanya mendongak menatap Selatan sambil nyengir-nyengir cantik.

"Uta," panggil mama yang kini hanya berjarak beberapa meter dari Utara. Baik mama dan Utara, keduanya berjalan mendekat.

"Mamaaa! Yeay!!!" Utara langsung menghambur ke dalam pelukan mama. "Uta kangen Mama."

"Mama juga!" Mama mengecup kening Utara. Ia menangkup pipi Utara, lalu memeluknya kembali.

Suara mama dan hangatnya pelukannya. Utara menitikkan air mata haru bercampur bahagia. Rasa rindunya untuk mama belum bisa terbayarkan dengan pelukan ini.

Selatan berdeham yang membuat mama melepas pelukannya pada Utara. "Uta aja, nih?"

Mama terkekeh, lalu ia berpindah pada Selatan untuk memeluknya. Utara yang belum puas berpelukan dengan mama jadi mencak-mencak di tempat karena Selatan yang menginterupsi pelukannya dengan mama.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang