BAB 34

60.4K 8.7K 419
                                    

Tanta Readers sudah siap untuk bab ini? Oke langsung cusss aja hehe. 

Jangan lupa vote!

___________

^Happy Reading^

.

.

"Aduh tumpah," Selatan niatnya meletakan gelas air es itu di atas meja, tapi malah oleng hampir jatuh untungnya tidak pecah. Bukannya mengambil kain pel untuk membersihkan bekas airnya yang tumpah, Selatan malah selonjoran di sofa sambil main Get Rich.

Belum keliatan Bunda, berarti masih aman. Kalau Bunda keluar kamar, baru ambil pel buat bersihin bekas tumpahan airnya.

"Susu coklat hangatnya jangan lupa." Selatan yang rebahan di sofa langsung buka suara saat mendengar pintu kamar Utara dibuka. Ia tau pasti cewek itu yang keluar, karena jam delapan malam ini janjinya Utara akan belajar Matematika.

Utara dengan wajah malasnya langsung berjalan ke dapur merebus air. Dan kembali membawakan susu coklat hangat untuk Pak Tutor Matematikanya yang pewe rebahan sambil main hp.

"Udah, ayo belajar." Utara meletakan nampan berisikan gelas motif spiderman itu di atas meja.

"Hmmm."

"Ayo."

"Ck, nanggung game gue."

Utara mendengus sambil memutar bola mata malas. "Remote mana?"

"Cari aja."

Utara kembali mendengus, mencari benda berwarna hitam itu. Di bawah bantal, di bawah majalah ayah, dekat meja tv, di bawah sofa, tidak ada.

"Gak ada, Ata. Di mana?"

"Eh, nih nih, " Selatan menggerkan ketek kanannya, benda yang Utara cari itu terapit di antara dirinya dan sandaran sofa.

"Minjem," Utara berdiri di sisi meja.

"Ambil sendiri." Oh, tentu Selatan tidak ingin melewatkan game Get Rich-nya.

Memutar mata malas, Utara maju mengambilnya. "Dasar magera—"

Bhuk!

Tergelincir.

Entah siapa yang menumpahkan air di situ, Utara tidak tahu. Yang ia rasakan sekarang adalah ada sesuatu yang lembut menerpa keningnya.

Utara jatuh tepat di atas tubuh Selatan.

Selatan melupakan Get Rich-nya, ponselnya jatuh. Dia merasakan ada sesuatu yang menempel di bibirnya. Terkejut? Bahkan detak jantungnya bekerja dua kali lebih dari ritme normal saat Utara mendongakan kepalanya hingga dua iris mereka bertemu.

Napasnya beradu. Dan entah hal gila dari mana yang muncul, Selatan dengan tatapannya yang berubah intens menyisihkan beberapa helaian rambut di wajah Utara dengan lembut. Tanpa sadar, seulas senyum terpatri di bibirnya. Terlena seperti orang yang terhipnotis, tanganya beralih berada pada belakang kepala Utara, perlahan mendekatkan wajah cewek itu dengannya.

Selatan tidak munafik kalau Utara itu manis, bahkan jika dengan jarak dekat seperti ini. Tapi selalu satu, gengsi lebih utama untuk mengakui.

Otak Utara mengirimkan sinyal agar menarik tubuhnya untuk menjauh, tapi entah kenapa gravitasi Selatan melebihin 9,8 m/s. Wajah Utara terasa panas, dia mati gaya kehilangan daya angkat.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang