BAB 54

63.8K 8.7K 1K
                                    

^Selamat Membaca, Tanta Readers!^

.

.

...

Utara sudah berdecak berkali-kali. Tangannya bersedekap dan punggungnya bersandar pada tiang gazebo. Masa ia berdiri ngenes sendirian, sedangkan Selatan dan Alana duduk di dalam gazebo sambil belajar. Belajar apa dari tadi ketawa ketiwi?!

Kalau ada borgol, sepertinya Utara akan diborgol Selatan. Masa ia tidak boleh menunggu di halted an harus nunggu di dekat Selatan? Mana bisa Utara betah, baru saja dua menit, tapi rasanya badannya terbakar seolah sudah seabad ia menunggu. Alasannya tidak jelas, masih abu-abu kenapa Selatan tidak memperbolehkannya menunggu di halte, tapi malah menyuruhnya berdiri di depan gazebo seperti pasukan paspampres.

"Lama lagi nggak, nih, woi?!" Utara berdecak. Ia memutar mata malas, lalu melihat jam di pergelangan tangannya.

"Baru juga lima menit, Uta," sahut Selatan mendongak dari bukunya.

"Lo pulang duluan aja nggak apa-apa," sahut Alana pada Utara.

Benar-benar mau gue gibeng ini cewek! Kesal Utara dalam hati. Cewek itu pikir Utara menunggu di situ karena keinginan sendiri, apa?!

"Noh, Bekantan yang nyuruh gue nunggu di sini. kalau nggak disogok lollipop, ya, mana gue mau liat lo berduaan di sini. Mending ngasih makan kambing," sahut Utara kesal.

Kan, mudah banget, disogok lollipop, Utara akan tunduk. Tapi, harus tiga plastik.

"Udah. Diem lo. Ganggu aja berisik. Ayo, Na, lanjut lagi, abaikan aja dia, anggap nyamuk."

Utara menganga dengan tangan yang mengepal. "Ata! Lo nyebelin!" Utara menghentakkan kakinya kesal, lalu meninggalkan Selatan dan Alana. Melihat mereka berduaan akan membuat hatinya terbakar.

"Ke mana lo?!" teriak Selatan nyaring.

Utara mengacungkan jari manisnya. Ia pergi ke lapangan, lalu bermain bola basket sendirian.

Diam-diam, Selatan mengamatinya, lalu mengulum senyumn. Entah kenapa reaksi Utara sangat menggemaskan. Mungkin saja, kan, dia cemburu? Tanpa sadar Selatan cekikikan sendiri.

"Gue mulai suka?" gumam Selatan pada dirinya sendiri tanpa sadar.

"Suka sama siapa?" tanya Alana.

Selatan gelagapan sambil mengusap tengkuknya. "Nggak apa-apa."

Di lapangan, Utara melempar bola basket bukan untuk masuk ke dalam ring, melainkan ke papan ring. Ia membayangkan ada wajah Selatan di situ dan akan ia terus lempari bola sampai mampus. Utara kembali melirik gazebo, terlihat keduanya semakin menjadi-jadi. Lihatlah Selatan, baru saja meliriknya, tapi kembali acuh bersama Alana. Apa dia sengaja?

"Bangke!" Utara melempar keras bola itu ke papan ring. Sampai ia mendengar suara orang mengaduh, Utara menoleh dan mendapati Keenan sambil memegang kepalanya. "Kena lo, ya? Sakit nggak?" "Sakitlah!" sahut Keenan kesal.

"Aduh, maaf Keen, gue nggak sengaja," ujar Utara tidak enak. Tadi pagi Alana, sore ini Keenan.

"Nggak apa-apa."

"Yang mana, yang sakit?" Utara meraba pelipis Keenan. Dan, adegan itu tertangkap langsung oleh Selatan yang tengah mengamatinya.

"Nggak apa-apa, Ra. Serius." Keenan yang melirik ke arah Selatan dan mendapati cowok itu berlagak seperti ingin menelannya membuat Keenan mati kutu dan mau cari aman.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang