"Iya tapikan, tetep aja Raffa."

Raffa lagi-lagi terkekeh, "Udah ah nanti juga hasilnya keluar. Yuk ke kantin, kamu belum sarapankan?" tanyanya dan Khanza mengangguk.

Langsung saja Khanza melepas pelukannya itu, lalu berjalan dalam rangkulan Raffa. Ia terus menundukan kepalanya karena merasa malu saat diperhatikan oleh teman-temannya yang lain, sedangkan Raffa tampak santai menatap datar ke arah depan.

Sesampainya di kantin, mata Khanza langsung mencari keberadaan Adiba. Ternyata gadis itu sudah duduk manis sambil berselfi ria di samping Alvan—di tempat paling pojok sana. Di hadapannya sudah terdapat Edo dan Evan yang sedang memakan makanannya.

"Itu," tunjuknya lalu menarik tangan Raffa agar mengikutinya, sedangkan Raffa hanya pasrah mengikuti gadisnya.

Brak.

"Uhuk!"

"Sialan Khanza bocah!" seru Edo kesal karena Khanza menggebrak mejanya membuatnya terkejut dan tersedak kuah bakso.

"Panas tenggorokan gue bangsat!" serunya lagi dengan kesal lalu meminum minumnya.

"Raffa liat tuh Edo, masa aku tadi dikatain bocah terus sekarang bangsat!" adu Khanza pada Raffa, membuat Raffa langsung menatap Edo dingin.

"Ebuset! Lo harusnya omelin Khanza bukan malah pelototin gue! Gimana coba kalo tad--IYA RAF IYA ANJING NGALAH GUE NGALAH!" seru Edo saat melihat tatapan super dingin Raffa.

Khanza, Evan dan Adiba terbahak-bahak melihatnya. Sedangkan Alvan hanya menggeleng kecil melihat penderitaan Edo yang selalu saja ada karena ulah Khanza.

"Puas lo Za puas hah?!"

"Puas banget!" balas Khanza langsung.

"Edo lebay banget dih, masa takut cuma karna diliatin sama Raffa? Kalo gue mah baper kali," celetuk Adiba membuat semua mata menatapnya.

Alvan yang ada di sampingnya juga menatap Adiba tidak suka dengan perkataan gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya dengan polos.

"Lo mau bikin persahabatan gue rusak apa gimana sih anjing?!" seru Evan saat melihat Alvan yang sudah menatap tajam Raffa, sedangkan yang ditatap malah acuh dengan tangan memainkan rambut Khanza.

Seketika tersadar, Adiba lantas menepuk keningnya.

"Bego jangan dipelihara Dib makanya," ledek Khanza.

Adiba tidak mendengar ucapan Khanza, ia kini fokus pada Alvan yang mulai sibuk dengan handphone.

"Yang, aku bercanda tadi. Maaf ya baby," bujuk Adiba membuat Edo dan Evan bergidik ngeri.

"Pergi gue, pergilah! Daripada punya temen bucin semua!"

🌱

Pukul 10.20 sekolah sudah dibubarkan, karena memang hari ini hanya ada 2 mata ujian saja dan sudah tidak akan ada lagi ujian.

"Mau kemana dulu?" tanya Raffa pada Khanza yang sudah duduk di atas motornya.

"Raffa maunya kemana?" tanya balik Khanza dengan tubuh yang dicondongkan ke depan.

"Ngikut aja," balas Raffa dengan senyum kecil.

"Pengen ke kedai es krim yang biasa, tapi ke sananya pengen pake vespa," sahut Khanza membuat Raffa tertawa pelan.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Raffa geli sendiri.

"Gapapa pengen aja udah lamakan kita gak naik vespa? Ayo pulang ganti motor dulu," ajak Khanza.

Raffa hanya mengangguk lalu mulai menyalakan motornya dan melaju meninggalkan parkiran sekolah.

Tak perlu waktu lama, akhirnya motor besar Raffa berhenti di depan rumah besar milik almarhum Mia yang kini ditempati oleh Sarah. Gerbang besar itu pun dibuka oleh satpam saat tahu bahwa tuan mudanya yang datang.

"Emang vespanya Raffa taro di sini?" tanya Khanza saat ia sudah turun dari motor besar Raffa.

Raffa mengangguk lalu membuka helmnya.

"Masuk dulu ya?" ajak Raffa kini Khanza yang mengangguk.

Keduanya berjalan memasuki rumah besar yang tampak sepi itu.

"Den?" panggil seorang wanita tua yang kini mengenakan daster batik.

"Mbok Sami!" seru Khanza lalu memeluk Mbok Sami ART rumah besar ini.

"Ya ampun non Khanza," balas Mbok Sami seraya membalas pelukan Khanza.

Mengingat Khanza yang saat kecil sangat sering ke rumah ini membuat ia juga mengenal semua orang yang ada di rumah ini. Bukan hanya kenal, tapi Khanza dekat dengan semuanya.

"Ca?" panggil Sarah seraya menuruni tangga.

"Kak Sarah!" pekik Khanza lalu berlari ke arah Sarah.

Khanza langsung menghambur memeluk Sarah dan Sarah hanya tersenyum kecil.

"Aku kangen sama kakak tau! Kenapa gak pernah main ke sana sih kak? Aku nungguin kakak," ucap Khanza sambil mengecurutkan bibirnya sebal.

"Kan sekarang udah ketemu," ucap Sarah.

"Iya tapikan pengen sama kakak terus," sahut Khanza masih belum melepas pelukannya pada Sarah.

"Jadi apa ngga Ca? Udah aku panasin tuh vespanya," ucap Raffa dari belakangnya.

Sarah menatap Raffa bingung, karena ia tahu tidak biasanya Raffa menggunakan motor vespa yang sudah bertahun-tahun dianggurkan itu, walau masih sering dibawa ke bengkel oleh pak Suri salah satu penjaga kebun rumah ini.

Mengerti tatapan Sarah, Raffa pun menjawab, "Ngajak ke kedai tapi pengen pake vespa, udah lama katanya," ucap Raffa dan Sarah hanya mengangguk.

"Yaudah sana."

Khanza masih memeluk Sarah, "Ngga, aku mau sama kakak aja. Ayo kak!" ajak Khanza, Sarah hanya tersenyum lalu membawa Khanza ke dalam kamarnya.

🌱

Gimana ini? Pengen punya sahabat cowo ga sih woi?!

Jangan lupa vote dan comen.

12jan21

Publish ulang, 9 mei 2022

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang