Ke - 10

69.9K 5.8K 118
                                    

Semoga suka:)

🌱

- PDKT -

Hari Minggu Khanza enggan melakukan apapun. Ia hanya ingin berdiam diri di dalam kamar ditemani dengan banyak makanan ringan juga laptop yang menyala.

Tidak mempunyai kekasih tidak membuat Khanza tampak menyedihkan. Bahkan diumurnya yang baru menginjak 16 tahun ini, ia baru merasakan pacaran sekali seumur hidupnya. Itupun hanya berlangsung 3 hari karena kekasihnya saat itu tak suka melihat kedekatan Khanza dengan Raffa. Saat itu juga Raffa menyuruh Khanza untuk memutuskannya. Hingga saat ini, walau banyak yang mendekati Khanza tetapi mereka berpikir lebih jauh akan hubungannya kedepan jika Khanza masih terus tergantung pada Raffa. Dan satu-satunya lelaki yang tidak masalah dengan hal itu hanya Devan.

Iya, Devan masih gencar mendekati Khanza. Begitupun dengan Khanza yang tidak masalah Devan mendekatinya. Sama halnya dengan Raffa yang masih tetap santai saat Devan mendekati Khanza dan itu sudah tersebar ke penjuru sekolah. Selagi Devan tidak mengambil waktu Khanza untuk tetap bersamanya, Raffa tidak masalah karena hingga saat inipun Raffa masih satu-satunya lelaki yang selalu Khanza butuhkan.

Brak. Brak. Brak.

"Dek bangun! Ada temen kamu tuh!" seru seorang lelaki dari luar kamar Khanza membuat sang pemilik kamar menghembuskan nafasnya pelan.

"Untung kakak," batin Khanza.

Dengan perasaan kesal Khanza membuka pintu kamarnya.

"Siapa sih kak pagi-pagi?" tanya Khanza malas.

"Gak tau, liat aja sana ah. Kakak mau lanjut tidur," ucap Reygan, kakak Khanza.

Sebelum Rey memasuki kamarnya yang tepat berada di samping kamar Khanza.

Lebih dulu Khanza menahannya, "Bunda kemana?" tanyanya.

"Pasar," Khanza pun mengangguk lalu berjalan menuruni tangga untuk melihat siapa teman yang Rey maksud.

Jujur ia bertanya-tanya siapa yang mendatanginya pagi-pagi buta seperti ini? Tidak mungkin Raffa, karena jika lelaki itu mendatangi rumahnya, Raffa akan langsung memasuki kamar Khanza. Tentu saja Raffa mendapat izin dari kakak laki-laki Khanza itu. Jika Adiba, rasanya tidak mungkin gadis itu sudah bangun pagi-pagi.

Jadi siapa?

Khanza berjalan keluar rumah, barulah ia melihat siapa yang datang.

"Kak Devan?" ucap Khanza, Devan menoleh lalu tersenyum.

"Pagi," sapanya dengan ramah.

"Pagi juga kak," balas Khanza.

"Tumben kak, ada apa ya pagi-pagi gini?" tanya Khanza, Devan tampak menggaruk tekuk lehernya.

"Ngh, itu, gue mau ngajak lo jogging," ajaknya dengan gugup.

Khanza mengerjapkan matanya pelan. Jika dilihat dari penampilannya Devan memang berniat mengajak Khanza berolahraga. Karena Devan sudah menggunakan celana trening abu dengan kaos polos berwarna putih, sepatu olahraga berwarna putih dan handuk kecil yang ia sampaikan di bahu kanannya.

"Gimana? Mau?" ajaknya lagi.

Khanza mengangguk kecil, tidak enak jika ia menolak. Jarak rumah Devan ke rumahnya itu lumayan jauh, makanya tidak mungkin ia menolak Devan yang mempunyai niat baik.

"Yaudah aku ganti baju dulu ya kak?" ucap Khanza membuat Devan tersenyum lebar.

"Iya. Eh orangtua lo ada? Gue mau izin," ucap Devan.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang