Ke - 5

90.9K 7.1K 176
                                    

Semoga sukaa:)

🌱

- Devanno Alfatih -

K

hanza mendelik kesal ke arah Raffa yang sedang menampilkan wajah tanpa dosanya. Lelaki itu tersenyum lebar membuat Khanza semakin kesal dan gemas dibuatnya.

"Gak usah senyum-senyum! Sekarang pikirin cara buat kita masuk ke dalem!" omel Khanza, Raffa manggut-manggut lalu mengusap dagunya seolah berpikir.

"Kenapa kita gak bolos aja Ca? Kapan lagi coba kamu bolos?" usul Raffa membuat Khanza melebarkan matanya.

"Raffa! Gak ada bolos-bolos! Cepet pikirin gimana caranya kita masuk!"

"Ya gimana? Lagian mereka masih upacara Ca, emang kamu mau ketauan telat terus nanti di jemur di tengah lapangan? Belum lagi nanti diliatin sama satu sekolah? Mau?"

Khanza memutar mata malas, "Itu udah jadi resiko Raffa! Udah deh gak usah ngomong lagi!" balas Khanza kesal, Raffa tertawa lalu merangkul bahu Khanza.

"Gemes banget sih," ucap Raffa.

Alhasil Khanza harus pasrah berdiri di depan gerbang bersama dengan Raffa. Menunggu guru piket membukakan gerbang, untung saja yang telat tidak hanya mereka masih ada beberapa siswa-siswi yang juga telat. Dan mereka menyesal harusnya mereka berangkat lebih awal tadi, karena jika mereka tidak telat mereka tidak akan melihat keuwuan Raffa dan Khanza.

"HEH! INI SEKOLAH! TURUNKAN TANGAN KAMU DARI PUNDAK KHANZA!" seru bu Imel membuat Raffa mendengus lalu menurunkan tangannya, Khanza cekikikan di samping Raffa.

"Buka gerbangnya pak!" suruh bu Imel pada satpam yang langsung mengangguk patuh.

"Masuk semuanya dan ikut ibu ke lapangan!" serunya dengan tegas.

Mau tak mau semua yang telat mengangguk pasrah dengan perasaan takut, sama seperti Khanza. Dan sepertinya hanya Raffa yang tidak merasakan itu. Wajahnya tampak datar dan santai, tatapan tajam juga dingin itu fokus ke depan dengan sebelah tangan dimasukan ke saku celana putihnya lalu sebelahnya lagi mengenggam tangan Khanza yang sudah berkeringat.

"Aku deg-degan Raffa," bisik Khanza membuat Raffa tertawa pelan lalu menunduk melihat Khanza.

"Santai aja, ada aku. Guru itu atau semua guru di sekolah ini gak bakal bisa hukum kamu yang berat-berat," balas Raffa.

"Raffa gak usah aneh-aneh, gak enak sama yang lain. Udah biarin aja bu Imel mau hukum kaya gimana juga, inikan emang seharusnya," sahut Khanza, Raffa hanya mengangkat bahunya.

"Lagian kamu kok bisa susah bangun gitu?! Aku udah bil--."

"Masih mau ngobrol? Silahkan ganti kepala sekolah memberi amanat!" tegur bu Imel membuat Khanza menunduk seraya meminta maaf.

Melihat Khanza ketakutan seperti itu jelas saja Raffa tidak tinggal diam. Raffa menatap bu Imel seolah bu Imel itu seumuran dengannya. Tidak ada sopan-sopannya, karena Raffa menatapnya dengan tajam.

"Apa kamu liat-liat?! Mau ibu tusuk matanya hah?!" sahut bu Imel dengan berani.

Raffa hanya menghembuskan nafas kasar saat Khanza mengusap tangannya, "Udah ih," bisik Khanza.

🌱

Khanza hanya pasrah saja saat Raffa mengajaknya ke UKS. Setelah dihukum lari keliling lapangan sebanyak 15 kali, Raffa langsung melarang Khanza untuk masuk kelas. Alasannya karena Khanza pasti kecapean dan Raffa tidak mau Khanza tambah cape dengan pelajaran yang berlangsung.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang