Ke - 8

68.9K 5.8K 95
                                    

Semoga suka yaa:))

🌱

- Kak Sarah -

Khanza berjalan menuju perpustakaan seorang diri. Tangannya memegang permen batang yang sesekali ia masukan ke dalam mulut mungilnya. Ia menyapa semua yang menyapanya dengan ramah.

Berita guru rapat siang ini adalah berita yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua. Karena mereka dapat melakukan apapun sesukanya, tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Sebagian siswa memilih untuk main basket dan futsal di lapangan. Para siswi senantiasa duduk di tribun untuk menonton, seperti Adiba contohnya. Gadis itu sedang duduk di tribun dengan tangan memegang sebotol minuman untuk sang kekasih.

Iya Alvan, Raffa, Edo, Evan dan masih banyak lagi. Mereka semua sedang bertanding basket. Pesonanya akan bertambah saat para idola mereka saling lempar dan merebut bola orange itu. Keringat di pelipis hingga leher membuat semua siswi yang menonton itu menjerit. Belum lagi dada bidang yang naik-turun dan rambut yang acak-acakan. Sampai-sampai Adiba sedari tadi mencak-mencak sebal, ia tak terima Alvan ditatap lapar oleh para betina itu.

Tadi Khanza juga menonton, ia duduk di samping Adiba. Namun, lama kelamaan ia bosan. Akhirnya ia memilih untuk pergi ke perpustakaan. Biarlah Raffa yang menyusulnya ke sini nanti.

Kini Khanza sedang berada di deretan buku fiksi. Ia berjalan menelusuri buku-buku itu mencari satu dari puluhan buku yang ia lihat. Tak perlu waktu lama, ia menemukan sebuah novel dengan cover berwarna merah muda. Ia membaca sinopsisnya yang berada di belakang novel tersebut.

Khanza pun memilih untuk duduk di samping gadis berambut kecoklatan yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas lengan. Khanza tampak familiar dengan gadis itu. Khanza mengenali postur tubuhnya terlebih warna rambutnya. Tapi Khanza tidak mengubrisnya, biarlah gadis itu terlelap toh jika bangun nanti ia juga akan melihatnya.

20 menit berlalu. Khanza sudah membaca lebih dari 4 bagian novel itu. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, ia pun mengerjapkan matanya berkali-kali karena sudah merasa pening. Tidak mau membuat matanya minus, Khanza memilih untuk mengakhiri kegiatan membacanya.

Keningnya mengerut saat ia menyadari bahwa sudah 20 menit pula gadis di sampingnya ini tertidur, bahkan tidak merubah posisinya. Dengan sedikit khawatir, Khanza mulai menyentuh bahu itu dan terasa hangat di tangannya.

"Hei?" ucap Khanza.

Khanza menepuk bahunya pelan, "Hei? Kamu tidur?" tanyanya.

Masih tidak ada jawaban, kekhawatiran Khanza kian menjadi. Ia merasa suhu tubuh gadis ini sangat tinggi, belum lagi sudah ditepuk-tepuk dan diguncangkan bahunya gadis ini tak merespon.

Akhirnya Khanza menarik tubuh gadis ini dan langsung terjatuh ke pangkuannya.

"KAK SARAH?!" pekik Khanza.

🌱

Cuaca siang ini memang cukup panas. Tapi itu tak membuat Raffa, Alvan, Edo, Evan dan teman-temannya menghentikan permainan basketnya ini.

Hampir semua gadis yang duduk di tribun itu memekik kagum saat seragam sang idola sekolah basah oleh keringat. Karenanya tubuh atletis mereka dipertontonkan banyak orang. Mungkin hanya Adiba yang sedari tadi mendengus kesal, tidak sedikit gadis yang mengagumi tubuh Alvan.

"Huaa Raffa tolong itu badannya jangan kaya Oppa-oppa yang gue tonton dong!"

"Anjir gak kuat gue liatnya ya ampun!"

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang