Ke - 37

47.5K 4.3K 356
                                    

Ngabuburit yakann

Semoga suka ya:)

🌱

- Kabar duka -

Raffa mengendarai motornya dengan sangat kencang, tujuannya tentu saja rumah sang nenek dan berharap bahwa apa yang diucapkan Sarah tadi hanya lelucon biasa.

Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Masalahnya dengan Khanza saja belum selesai. Sesak di dadanya karena pernyataan dari Khanza saja masih terasa sakit, kini ditambah dengan kenyataan pahit yang Sarah beritahu padanya.

Entah kenapa Raffa merasa semua orang yang ia sayang pergi darinya. Mulai dari sang papa yang ia tunggu kehadirannya namun tidak membuahkan hasil apapun, hanya kembali menambah luka lama yang belum bisa ia lupakan. Lalu Khanza satu-satunya orang yang selalu ada untuknya, menemaninya dan Raffa sudah menganggap bahwa Khanza adalah dunianya. Jadi, bagaimana cara Raffa melanjutkan hidupnya jika Khanza pergi darinya?

Semua rasa sakit, sesak dan kecewa itu masih ada. Kini ditambah dengan Mia—neneknya yang memilih untuk menyusul sang kakek. Jika Khanza saja sudah tidak mau bersama dan neneknya sudah tiada, pada siapa ia akan mencurahkan keluh kesahnya? Pada siapa ia akan mengadu? Dan pada siapa ia akan berpulang?

Mia, orang yang selama ini Raffa datangi saat ia merindukan kasih sayang orangtua. Saat ia merindukan omelan sang mama juga pelukan hangat sang mama. Mamanya yang selalu mengurung diri di kamar membuat Raffa selalu berpulang pada Mia—neneknya. Walau kini Nia sudah tidak terlalu sering merenung di dalam kamar, tetap saja Raffa merasa sangat terpukul mendengar kabar ini.

Motornya sampai di depan rumah besar itu, gerbang terbuka lebar membuat Raffa langsung memasukan motornya.

Lantunan ayat suci yang terdengar di telinganya membuat air mata Raffa mengalir seketika. Ini nyata, apa yang diucapkan Sarah tadi adalah kenyataan. Kenyataan yang membuatnya tidak tahu harus apa.

Suara tangisan sedih mama dan kakaknya membuat Raffa terdiam. Ia melihat Sarah yang jauh lebih histeris daripada mamanya. Ia mengerti kenapa Sarah sehisteris itu karena memang sedari kecil ia tinggal bersama sang nenek.

"NENEK BANGUN NEK! BILANG SAMA SARAH KALO INI CUMA MIMPI NEK!" teriak Sarah membuat Raffa langsung mendekat dan memeluk Sarah.

"Bilang sama gue kalo ini mimpi Raf, bilang!" seru Sarah, Raffa hanya diam menahan semuanya.

Ia ingin menangis seperti Sarah, ia ingin menumpahkan semuanya seperti Sarah. Ia juga ingin menganggap bahwa ini semua hanya mimpi, tapi ia tidak bisa. Ini kenyataan dan ia harus bisa menerimanya.

"Kak," bisik Raffa.

"Raffa! Bilang sama gue kalo ini semua mimpi Raffa! Nenek gak mungkin ninggalin gue gak mungkin!" seru Sarah lagi dengan tubuh yang meronta.

"Sarah sayang, udah. Nenek udah tenang di sana," ucap Nia menenangkan anak perempuannya itu.

Nia juga merasa sedih, ia merasa gagal menjadi seorang anak dan seorang ibu.

"Say--."

Bruk.

Nia kehilangan kesadarannya, hal itu membuat Raffa mengkhawatirkan. Tapi ia juga tidak bisa melepas Sarah yang masih histeris.

"Tolong bawa mama ke kamar nenek," pinta Raffa pada beberapa wanita yang ia yakini adalah teman Nia.

Nia langsung dibopong dan dibawa ke lantai atas. Kini tugas Raffa adalah menenangkan Sarah.

"Raf--fa bilang sam--ma gue kalo ini mim--mimpi," ucap Sarah dengan lemah dan terbata-bata.

Perlahan Raffa melepas pelukannya, ia memegang kedua pundak Sarah.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang