Ke - 14

59.9K 5.6K 651
                                    

Semoga suka yaa:)

🌱

- Vio meledak -

Malam ini sekitar pukul 11 malam, semua sudah duduk melingkari api unggun. Api unggun membantu menghangatkan tubuh dari angin malam yang cukup menghembus kencang.

Tadi sudah beberapa siswa-siswi menampilkan bakatnya. Ada yang bernyanyi, memainkan gitar, menari, dance, bahkan ada yang menampilkan drama. Cukup, untuk hiburan sudah dianggap cukup. Kini waktunya menjalankan game uji nyali yang sudah disiapkan oleh beberapa guru dan anggota pengurus OSIS.

Khanza duduk di samping Raffa, tangannya memeluk erat lengan Raffa. Setidaknya dengan menempelkan tubuhnya pada Raffa udara dingin ini sedikit menghilang.

Sama halnya dengan Adiba, bahkan gadis itu dengan terang-terangan memeluk kekasihnya. Guru-guru yang melihat pun merasa tidak masalah, mereka juga pernah muda jadi memaklumi hal itu. Asal tidak melakukan apa yang melanggar norma dan aturan saja.

Devan berdiri di tengah-tengah, lebih tepatnya beberapa langkah dari api unggun. Tangannya memegang pengeras suara, sebelahnya lagi memegang selembar kertas.

"Uji nyali malam ini akan dikelompokan dan kelompoknya itu dibagi secara acak oleh dewan guru. Saya hanya akan membacakannya saja dan menjelaskan tentang uji nyali ini," ucapnya dengan bertegas.

"Uji nyali ini tidak terlalu rumit. Setiap regu hanya perlu berjalan mengikuti arah yang sudah kami siapkan. Dan siapa yang sampai lebih dulu itu yang menang. Bagi tiga regu yang menang akan mendapat special box yang sudah kami siapkan."

"Ketua regu wajib memperhatikan anggotanya, jangan sampai ada yang tertinggal atau berjalan sendirian. Harus selalu bersama dari awal hingga akhir. Dalam uji nyali ini semua di uji kekompakannya dan tanggung jawab bagi ketua regu karena setiap regu hanya memegang satu buah senter kecil."

"Saya gak mau banyak bicara, langsung saja saya bagi kelompoknya."

Devan mulai membacakan regu.

Khanza terus berdoa dalam hati agar dia bisa bersama dengan Raffa.

"Aris, Egam, Alvandra, Rival, Edo, Isabella, Ramanda, Dila, Gladis, Naya."

"Ish! Masa kamu seregu sama si Bella centil sih?!" gerutu Adiba dengan kesal, ia tambah kesal saat Bella sudah memekik kesenangan di sana.

Alvan tertawa pelan, lalu mengacak rambut Adiba gemas.

"Semoga aku sama Raffa," doa Khanza membuat Raffa tertawa pelan.

"Kamu pasti sama aku," sahut Raffa.

Sebelumnya Raffa sudah membicarakan ini pada guru-guru. Awalnya guru-guru menolak karena merasa tidak enak pada murid yang lain, tapi ini Raffa yang meminta membuat semua tidak bisa menolak apalagi tatapan dinginnya yang seakan siap membunuh itu.

"Ari, Geri, Rian, Raffa, Evan, Viony, Hana, Tiara, Amara, Sarah."

Khanza mengerjapkan matanya pelan, lalu ia mengangkat tangannya untuk bertanya pada Devan.

"Kenapa Khanza?" tanya Devan.

"Itu tadi Amara, Amara gue apa Amara Annisa?" tanya Khanza karena memang nama Amara itu ada 2.

Devan tertawa pelan, "Amara Abrianna Khanza," balasnya.

Lantas Khanza tersenyum lebar, "Yeay! Kita satu regu Raffa!" serunya senang.

Adiba semakin menampilkan wajah kesalnya, "Ish masa cuma gue yang gak seregu sama kalian! Mana Alvan sama si Bella lagi!" serunya sebal.

"Udahlah terimain Dib," sahut Evan.

RAFFA (END) Where stories live. Discover now