Ke - 4

94.4K 7.9K 580
                                    

Semoga suka yaa:)

🌱

- Malam minggu -

Edo dan Evan menatap seorang gadis yang duduk santai di atas kasur besar Raffa seorang diri. Di pangkuannya terdapat laptop milik Raffa yang menyala menampilkan drama Korea yang sedang ia tonton. Di sebelah tangannya pun terdapat makanan ringan yang sesekali ia makan.

Siapa lagi gadis yang berani memasuki kamar Raffa, duduk di kasurnya dan memakai laptop Raffa hanya untuk nonton drama Korea? Jelas saja hanya Khanza.

Dengan tidak tahu dirinya Khanza memasuki kamar Raffa yang diisi oleh Alvan, Edo dan Evan yang berniat untuk menghabiskan malam minggunya di rumah Raffa yang cukup sepi. Raffa tidak bisa melarang, bahkan saat Edo protes lalu menyuruh Khanza untuk pulang, Raffa malah menyuruh Edo yang pulang.

Alhasil, malam minggu ini terasa hampa karena semua lelaki yang ada di kamar tidak bisa bermain play statoin sambil menikmati benda bernikotin. Karena Raffa melarang keras teman-temannya untuk merokok di dekat Khanza. Bertahun-tahun Raffa menjaga Khanza agar tidak menghirup asap rokok, Raffa tidak rela jika Khanza menghirup asap rokok karena teman-temannya.

Awalnya Edo dan Evan memang sempat protes dan berkata bahwa Khanza bukan bayi lagi. Tetapi, lagi, keduanya dibuat terdiam dan hanya bisa menelan semua umpatannya. Alvan santai saja saat Raffa melarang, karena ia pun sama seperti Raffa tidak mengizinkan Edo dan Evan merokok di dekat Adiba.

"Heh Za! Volumenya gak usah kenceng-kenceng dong woi!" seru Edo yang sedang main play station dengan Alvan.

Fokusnya buyar saat mendengar percakapan drama yang Khanza tonton itu.

"Apaan sih lo ganggu amat eh!" sahut Khanza sebal.

"Lo yang ganggu, udah deh Za kecilin," suruh Edo lagi.

Khanza mendengus tapi tetap mengecilkan volumenya. Raffa yang melihat itu pun langsung tertawa pelan dan duduk di samping Khanza.

"Gak usah cemberut mukanya," ucap Raffa, membuat Khanza mendengus.

"Abisan si Edo ganggu aja ish!" adu Khanza pada Raffa.

"Idih cepu banget maennya ngadu-ngadu," cibir Edo membuat Khanza melotot menatapnya.

Evan tertawa melihat wajah Khanza. Ia yang tadi sibuk membalas pesan-pesan gebetannya, kini terfokus pada wajah Khanza yang menggemaskan.

"Za, lo bukannya serem melotot gitu, tapi malah gemesin," ucap Evan yang langsung membuat Raffa menatapnya tidak suka.

"Ya Allah, gue muji Raf woi muji doangan! Bukan nikung elah posesif amat!" seru Evan membuat Raffa mendengus.

"Lagian ya, Khanza itu cuma sahabat lo dih bukan pacar. Tapi keposesifan lo lebih tinggi ke Khanza daripada ke si Vio," ucap Evan panjang lebar, Raffa hanya mengangkat bahu acuh.

"Biarin aja, si Vio pindah haluan ke gue mampus lo!" sahut Edo membuat Alvan tertawa kecil.

"Apaan lo ketawa?!" tanya Edo pada Alvan langsung.

"Kaya Vionya mau aja," ledek Alvan, wajah datarnya membuat Alvan tampak semakin menyebalkan.

"Adiba yang pindah haluan ke gue, kicep lo!" balas Edo yang langsung membuat Alvan menajamkan tatapannya.

Tanpa pedulikan ucapan teman-temannya, Raffa malah fokus pada Khanza yang masih menonton.

Merasa diperhatikan, Khanza pun menoleh pada Raffa lalu tersenyum.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang