Ke - 19

58.1K 5.3K 242
                                    

Semoga suka yaa:)

🌱

- Sarah Alfian Aldelard -

Lelaki itu berjalan memasuki rumah keduanya untuk ia berpulang. Rumah yang selalu menjadi tempatnya berkunjung bersama papa, mama dan kakaknya. Namun kini, tidak lagi. Ia sudah menganggap rumah ini adalah rumah keduanya, karena tidak pernah ada lagi kunjungan. Entah itu hari raya atau tahun baru. Semuanya sudah berubah sejak 12 tahun yang lalu.

Hidupnya menjadi kacau setelah malam itu. Papanya yang tidak pernah pulang, mamanya yang selalu emosi juga kakaknya yang meninggalkannya. Ia kesepian, karena biasanya setiap hari minggu ia, papa, mama dan kakaknya pasti akan ke taman untuk sekedar piknik atau ke pasar malam untuk menaiki berbagai wahana. Namun, semuanya berubah. Rumah yang biasanya ramai, kini sepi dalam sekejap. Tidak ada teriakan kesal kakaknya karena ia mencoret-coret tugas sekolahnya, tidak ada gendongan papa saat ia sedang sedih, tidak ada juga tawa bahagia mama.

Rumah besar itu tampak sepi tak berpenghuni. Mamanya yang selalu merenung di dalam kamar, hanya sesekali saja keluar. Kakaknya yang tidak pernah mau diajak pulang dan papanya yang hingga kini belum memperlihatkan batang hidungnya sekalipun.

Hingga ia bertemu seorang gadis kecil yang selalu bersamanya, karena janji yang mereka buat sejak kecil. Hingga kini mereka masih bersama, tumbuh bersama dan melewati semuanya bersama.

"Raffa," panggil seorang wanita lanjut usia yang sudah duduk di kursi roda.

Iya, lelaki itu Raffa Afian Aldelard. Hidupnya sudah berantakan beberapa tahun yang lalu. Bahkan sudah hancur saat ia belum mengerti apa artinya kehidupan.

Dan wanita di kursi roda itu adalah neneknya, Mia. Wanita tua yang dengan senang hati mengurusi kakaknya. Wanita tua yang selalu menjadi tempat Raffa mencurahkan isi hatinya selain Khanza. Raffa lebih menghargai Mia dibandingkan Nia—mamanya sendiri.

Alasannya hanya satu, malam itu mamanya sangat egois. Mengusir sang papa yang membuatnya tidak pernah kembali hingga kini. Raffa tidak membenci Nia, ia sadar bagaimanapun juga Nia adalah wanita yang melahirkannya dan Raffa sangat amat menyayanginya.

Tuhan juga sudah menghukum Nia dengan cara kakaknya yang tidak pernah mau pulang. Harus sakit terlebih dulu baru kakaknya akan berkunjung ke rumah, itupun tidak lebih dari 2 hari 3 malam.

"Nek," sapa Raffa lalu menyalimi sang nenek.

"Ada apa ke sini? Mamamu baik-baik sajakan?" tanyanya langsung.

Raffa mengangguk dengan senyum kecil, "Mama baik. Raffa cuma kangen sama nenek dan--kakak," balas Raffa dengan bergumam diakhir.

Mia menghembuskan nafasnya, "Kenapa kamu dan mamamu tidak tinggal di sini saja?" tanyanya.

"Mama, masih mau nunggu papa pulang nek. Mama nyesel," jawab Raffa.

Selain pada Khanza, sikap dinginnya Raffa tidak pernah muncul saat sedang bersama Mia—neneknya. Bahkan bersama kakaknya pun ia kerap kali bersikap dingin dan tampak acuh tak acuh, walau jauh dilubuk hatinya ia sangat merindukan sang kakak. Ingin kembali didekap hangat olehnya.

"Yaudah sana kamu ke kamar saja. Sarah daritadi gak turun, padahal udah nenek panggil gak tau dia lagi ngapain di kamar," jelas Mia, Raffa mengangguk lalu berjalan ke lantai 2.

Sarah Alfian Aldelard, gadis yang dikenal Elsa oleh satu sekolah itu kakaknya. Kakak yang selalu Raffa rindukan.

Walau ia tidak tinggal bersama Sarah beberapa tahun ini. Ia dan Khanza selalu masuk sekolah yang sama dengan Sarah, karena Raffa selalu ingin melihatnya baik-baik saja. Kini ia sedikit takut, masa-masa Sarah di sekolah tinggal menghitung bulan saja. Dan ia juga tahu bahwa Sarah akan melanjutkan pendidikannya di negeri kincir angin.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang