Ke - 30

53.3K 4.7K 71
                                    

Saran aku, siapin perasaan kalian..

Semoga suka ya:)

🌱

- Kembalinya papa -

Walau masih dengan perasaan bingung menyelimuti Edo, Evan, Alvan dan Adiba. Mereka memutuskan untuk keluar dari ruangan Khanza dan menyusul Rey yang sedang di luar menunggu kedua orangtuanya datang.

"Ca," Raffa berjalan pelan mendekati Khanza.

Dadanya sakit seakan ada 2 batu yang menghampitnya. Pasokan udara juga seakan menipis di dalam ruangan ini. Raffa merasakan sesak dan nyeri bersamaan karena melihat Khanzanya tidak berdaya.

Tadi ia sempat mendengar dari Evan bahwa Khanza sudah melewati masa kritisnya. Namun hingga saat ini Khanza masih belum mau membuka matanya.

"Ca," panggil Raffa lagi, ia sudah duduk di bangku samping Khanza.

Kepalanya menunduk melihat jari-jari mungil yang selalu ia genggam itu memakai gips.

Rasanya pasti sangat sakit, Raffa tidak bisa membayangkan bagaimana Khanza bisa seperti ini. Selain itu, Raffa juga menyalahkan dirinya sendiri. Ia tidak ingat apapun selain kejadian semalam.

Raffa menemani Khanza di dalam kamar gadis itu. Rey masih belum pulang dan kedua orangtuanya masih ada di luar kota. Jadi, ia menemani Khanza hingga gadisnya itu terlelap.

Merasa bahwa Khanza sudah benar-benar tidur, ia bangkit lalu merapikan selimut yang dipakai Khanza. Ia menarik selimut itu hingga leher lalu ia mengusap kepala Khanza dengan penuh kasih sayang. Sebelum ia meninggalkan Khanza, ia menyempatkan diri untuk mengecup singkat kening Khanza.

"Selamat malam, Ca," bisiknya.

Raffa berjalan keluar kamar Khanza dengan perlahan. Ia berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara agar Khanza tidak kembali bangun.

Baru saja ia menutup kembali pintu utama rumah Khanza, ia mendengar suara mobil berhenti. Tidak, bukan mobilnya Rey ataupun ayah Khanza. Mobil yang berhenti tepat di samping rumah Khanza, yang tak lain dan tak bukan adalah rumahnya sendiri.

Ia mengerutkan keningnya, mobil siapa itu? Apakah Sarah? Pikirnya.

Raffa buru-buru berjalan keluar, jika memang Sarah ia pasti akan merasa sangat senang. Namun, keningnya mengerut saat melihat mobil hitam itu, karena seingatnya mobil Sarah berwarna putih.

Langsung saja ia berjalan cepat memasuki rumahnya.

Tepat di ruang tamu, tubuhnya langsung terkujur kaku saat ia melihat seseorang yang sebenarnya sangat ia rindukan. Seseorang yang selalu ia tunggu kehadirannya, seseorang yang ia anggap sebagai superheronya. Kini hancur semua harapan dan angan-angan Raffa akan datangnya orang itu.

Tangannya mengepal kuat, tatapan dinginnya menusuk 2 orang yang sedang bermesraan tanpa menyadari keberadaannya.

Brak.

Raffa langsung menendang pintu dengan sangat kencang, untungnya pintu itu baik-baik saja.

Lantas kedua orang yang tadi masih bercumbu itu langsung menoleh ke arah suara. Salah satunya menatap Raffa dengan senyum lebar.

"Halo sayang? Anak papa, bagaimana kabar kamu nak?" tanyanya seolah ia tak melakukan kesalahan apa-apa.

Rahang Raffa semakin mengeras, kepalan tangannya pun semakin kuat membuat kuku-kuku memutih. Urat-urat di leher itu juga semakin menonjol dengan tatapan tajam ke depan.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang