Ke - 31

52.4K 5K 507
                                    

Selamat hari senin!! Siap untuk baca raffa? Kalo siap, vote dulu dongg. Dan komen di setiap partt!!!

Semoga suka yaa:)

🌱

- Raffa tau -

Ini adalah hari kedua Raffa tidak masuk sekolah. Sudah 2 hari ia tidak mengisi perutnya, berkali-kali perutnya bersuara namun tetap ia acuhkan. Sudah 2 hari pula ia tidak mandi, kegiatannya selama 2 hari ini hanya duduk menunggu Khanza membuka matanya.

Pintu ruangan terbuka, terlihat Nisa dan Rey memasuki ruangan Khanza.

"Raffa, kamu gak mau makan sayang?" tanya Nisa sambil mengusap lembut bahu Raffa.

Raffa hanya menggeleng kecil dengan tatapan lurus ke Khanza.

Nisa dan Rey hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Raffa sangat keras kepala, pikir keduanya.

"Lo gak mau mandi gitu Raf?" tanya Rey, Raffa menoleh sekilas lalu mengangkat bahu acuh.

"Mending lo mandi biar segeran. Mana gak pernah makan, gak pernah mandi juga lo lesu banget jadinya," suruh Rey, Raffa hanya mendengar tanpa berniat menjawabnya.

"Iya bener kata Rey. Mending sekarang kamu mandi dulu, tadi bunda udah mampir ke rumah kamu buat ambilin kamu baju ganti. Mama kamu khawatir sayang, mama kamu juga nitipin bekal ke bunda," ucap Nisa dengan lembut.

"Kamu mandi ya? Abis itu makan. Khanza bakal ngambek kalo kamu kaya gini," lanjutnya memberi Raffa pengertian.

Bagaimanapun juga ia mengkhawatirkan Raffa yang dari 2 hari lalu hanya diam mematung.

Raffa menatap Khanza lama, lalu bangkit.

"Makasih bun," ucap Raffa dan langsung memasuki kamar mandi.

🌱

Pukul 3 sore, Rey dan Nisa sudah pulang ke rumahnya untuk membersihkan diri. Di ruangan ini hanya ada Raffa yang masih menunggu Khanzanya.

Brak.

Pintu terbuka dengan keras membuat Raffa menoleh tajam. Edo dan Evan yang menjadi pelaku itu hanya bisa tersenyum bodoh sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Si Evan dorong-dorong gue sih," ucap Edo pada Raffa.

Evan yang tidak terima pun langsung memukul kepala Edo kencang.

"Apaan sih anjing?! Sakit pala gue! Kalo geger otak gimana hah?!" serunya, Evan hanya melengos masuk dan duduk di sofa disusul oleh Alvan dan Adiba.

"Halo Za, gue kangen sama lo masa," ucap Adiba dengan sedih.

"Rasanya aneh lo tidur lama kaya gini, ya walaupun lo emang kebo sih," lanjutnya.

Ia mengenggam tangan Khanza yang tidak memakai gips. Detik berikutnya ia melebarkan matanya saat jari Khanza bergerak.

"PANGGIL DOKTER! JARI KHANZA GERAK!" teriak Adiba, Raffa langsung refleks menatap jari-jari Khanza.

Memang benar, jari Khanza bergerak. Perlahan tapi pasti, Khanza mulai membuka matanya.

"Egh," gumamnya.

"Ca?" panggil Raffa dengan senang.

"Raf--fa?" tanya Khanza lemah.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang