Ke - 13

61.3K 5.5K 639
                                    

Semoga suka ya:)

🌱

- Mimpi atau nyata? -

Khanza melihat sekeliling. Ia tak tahu ada di mana sekarang. Ia panik, ia terus memanggil-manggil ayah dan bundanya. Ia juga dengan kencang memanggil kakaknya, Raffa dan Adiba.

"AYAH! BUNDA!" jerit Khanza.

Ia benar-benar panik sekarang, namun tidak ada yang menyahut. Ia juga merasa hanya ada dirinya di taman ini. Kemana semua orang?

"KAK REY! RAFFA! ADIBA!" jeritnya lagi, sampai tenggorokannya sakit pun masih tidak ada yang menyahut.

Bagaimana bisa? Ini di mana?

Dengan air mata yang terus mengalir dengan deras, ia menatap sekitar. Taman ini tampak tidak asing, ia merasa pernah di ajak ke sini oleh Raffa.

Di sebelah kanan terdapat taman bunga. Di bagian lainnya ada danau, bangku-bangku taman, juga hamparan rumput yang biasa dipakai piknik. Tetapi kenapa hari ini sangat sepi?

"Hiks! Bunda di mana?" lirihnya.

Ia terus berjalan tanpa arah, ia memang pernah ke taman ini tapi ia juga tidak hapal jalan untuk keluar. Matanya masih terus mengeluarkan air, penampilannya pun sangat kacau.

"ARGH!" teriak seseorang membuat Khanza terkejut.

Ia semakin ketakutan, namun juga penasaran.

"ARGH!" teriaknya lagi.

Khanza melihat sekeliling, mencari darimana asal suara itu.

"ARGH SAKIT!"

Khanza berlari ke arah suara itu, lalu ia berdiri di balik pohon. Perlahan ia mengintip untuk melihat apa yang terjadi.

Matanya lantas melebar saat melihat Devan sedang duduk di bangku taman. Tubuhnya diikat, wajahnya sudah lebab-lebab, di tubuhnya juga sudah banyak luka. Darah merembes keluar dari kaos yang Devan kenakan.

"ARGH!" teriak Devan kala pisau kecil namun runcing itu lagi-lagi menancap di lengan kanannya.

Khanza menutup mulutnya, luka itu sudah membesar. Devan akan kehabisan darah jika terus diberi luka.

Ia semakin tidak percaya saat menyadari siapa yang sedang menyiksa Devan. Tanpa takut ia berlari mendekat, karena ia tahu dan ia sangat sadar bahwa hanya dialah yang bisa menghentikan kegilaan lelaki ini.

"Daffa udah!" pekik Khanza dengan air mata mengalir.

Lelaki itu lantas menoleh dengan seringai mengerikan di wajahnya.

🌱

Raffa menghalang Adiba yang tengah berjalan. Gadis itupun mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa?" tanya Adiba langsung.

"Khanza mana?" tanyanya dengan datar.

"Ck, bisa gak sih kalo ngomong sama gue gak datar-datar amat? Gue sahabatnya Khanza lho Raf," ucap Adiba malas.

"Khanza mana?"

Adiba mendengus, "Itu tuh di tenda! Dari tenda selesai dibangun juga tuh anak tidur. Katanya biar malem gak ngantuk, eh pas mau gue ajak mandi dia malah gak bangun-bangun. Kebo bang--WOI RAF! SIALAN GUE LAGI NGOMONG ANJIR!" pekik Adiba saat ia tahu Raffa tidak mendengarkan ucapannya dan malah berjalan menuju tendanya.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang