Ke - 23

55.1K 5K 311
                                    

Nungguin ga?!!!!

Semoga suka ya:))

🌱

- Dirawat -

Jam sudah menunjukan pukul 20.10. Khanza pun sudah sadar sedari sore tadi. Tangannya mengenggam erat tangan Raffa membuat Devan yang ada di sana merasa asing, padahal Khanza adalah kekasihnya.

"Ayo pulang," ajak Alvan ada Adiba, mau tak mau Adiba mengangguk.

Ia berjalan mendekati Khanza lalu memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Gue pulang ya?" pamit Adiba, Khanza mengangguk kecil.

"Jangan sekali-kali kaya gitu lagi, lo bikin gue ngumpat di depan Alvan anjir!" bisik Adiba membuat Khanza tertawa pelan.

"Sana pulang," usirnya langsung Adiba mendelik lalu mengait lengan Alvan dan keluar bahkan Alvan belum sempat pamit.

"Najis bucinnya si Alvan," gumam Edo dengan kepala yang digelengkan.

"Yaudah kita juga pulang deh," ucap Edo dilanjut anggukan oleh Evan.

"Pulang duluan ye Za, Raf, Van," pamit Evan lalu berjalan keluar bersama dengan Edo.

Kini, di dalam ruangan hanya ada Khanza, Raffa dan Devan.

"Raf, thanks lo tadi udah gerak cepet," ucap Devan membuat Raffa berdehem namun tatapannya tak lepas dari Khanza yang justru menunduk.

Khanza bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Satu sisi ia sangat ingin memeluk Raffa, mencari kenyamanan dan perlindungan di tubuh lelaki itu. Namun di sisi lain, ada Devan yang sebenarnya lebih berhak Khanza peluk karena Devan kekasihnya.

Ah Khanza tidak tahu harus apa, alhasil ia hanya bisa menunduk.

"Raf, kalo lo mau istirahat, pulang aja gapapa. Biar Khanza gue yang jaga," ucap Devan, niatnya memang baik menyuruh Raffa untuk beristirahat. Tapi, Raffa mendengarnya itu sebagai usiran.

Raffa langsung menatap Devan datar, "Lo pulang," ucap Raffa yang justru mengusir Devan.

"Biar gue aj--."

"Gapapa, kak Devan pulang aja. Kakak keliatannya cape, pasti banyak kerjaan di OSIS ya? Mending kakak istirahat, aku di sini sama Raffa nanti kak Rey sama bunda juga datang. Atau mungkin sekarang udah di jalan," ucap Khanza lembut memotong ucapan Devan.

Bukan Khanza mengusir Devan atau apa. Namun, wajah Devan memang terlihat lebih lesu dari biasanya. Khanza juga mendengar Devan berkali-kali menghembuskan nafas berat, sudah dipastikan bahwa lelaki itu pasti mempunyai banyak tugas di OSIS.

Devan menatap Khanza lembut, tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi putih Khanza.

"Iya aku emang ada laporan kegiatan yang harus aku buat, besok pagi dikasih ke pembina. Tapi gapapa kalo aku pulang?" tanya Devan, Khanza mengangguk kecil.

"Gapapa, aku ada Raffa kakak tenang aja. Mending selesaiin laporannya, maaf ya aku jadi menghambat kakak," sahut Khanza tidak enak.

Devan menggeleng kecil, "Ngga, salah aku. Maaf ya tadi aku sibuk rapat jadi gak tau keadaan kamu," lirih Devan.

"Hey kak, udah jangan gak enak gitu, aku gapapa. Yaudah sana, nanti keburu malem," balas Khanza, Devan langsung mengangguk kecil.

"Aku pulang ya by? Baik-baik, jangan banyak gerak dulu," pesan Devan.

Khanza tersenyum lebar seraya mengangguk, "Oke bos!"

Devan tertawa kecil, "Raf, sorry ngerepotin lagi. Jaga Khanza ya? Kalo ada apa-apa kabarin gue," ucap Devan dan hanya dibalas anggukan sekilas.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang