Ke - 16

58.2K 5.3K 630
                                    

Semoga suka yaa:)

🌱

- Bullying -

Adiba berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi. Bahkan ia meninggalkan Alvan di taman belakang, tanpa menjelaskan apa yang terjadi.

Ia sesekali menyenggol siapa saja yang menghalangi jalannya. Tak segan-segan ia mengumpat saat ada beberapa siswa yang bercanda di tengah koridor.

Tepat di depan pintu toilet, Adiba langsung membukanya.

"Za?" panggilnya.

"Ad--diba," jawab Khanza dari salah satu bilik toilet.

Buru-buru Adiba membuka bilik tersebut, terlihatlah Khanza yang sedang duduk di atas toilet dengan seragam basah kuyup. Adiba juga mencium aroma telur busuk dan terlihat kuning telur di rambut Khanza.

"Ja--jangan bilang Raf--fa," pinta Khanza putus-putus.

Khanza kedinginan sekarang, setelah diguyur oleh air es, tubuhnya kembali diguyur oleh air kotor, dibantingi telur busuk juga terigu.

Adiba menatap Khanza kesal, "Mereka keterlaluan Za, gue harus bilang sama Raffa biar mereka dikeluarin langsung!" seru Adiba kesal.

Khanza menggeleng lemah, "Jangan, gue pan--tes dapet i--ni," sahutnya.

"Stop salahin diri lo! Lo gak ada sangkut pautnya sama putusnya Vio dan Raffa!" seru Adiba.

Lalu ia menghembuskan nafasnya pelan, "Yaudah lo tunggu di sini, gue beli seragam, sabun sama shampo dulu," ucapnya lalu berjalan keluar dari toilet.

Khanza masih diam, ucapan Raffa pun tak pernah ia balas. Semua ucapan Vio masih terngiang-ngiang, di kepalanya.

"Ca, jangan gini," ucap Raffa.

Kini Khanza ada dalam rengkuhan Raffa. Tangan Raffa mengusap bahu Khanza lembut, berusaha membuat Khanza tidak memikirkan ucapan Vio tadi. Sesekali Raffa juga mengecup puncak kepala Khanza berusaha menenangkan.

"Ca, please. Jangan kaya gini," ucap Raffa lagi, namun yang Raffa dengar malah isak tangis Khanza.

"Hiks, hiks, maaf, maafin aku," gumam Khanza.

"Maaf, ak--aku rusakin hub--bungan Raffa sa--ma kak Vio," gumamnya lagi.

Khanza termenung mendengar semua ucapan Vio tadi, ia merasa bersalah. Ternyata kedekatannya dengan Raffa membuat hubungan Vio dan Raffa tidak semanis banyak orang. Rasa bersalah Khanza semakin jadi saat Raffa ternyata memutuskan hubungannya.

Raffa kesal pada Vio karena berkata seperti itu pada Khanza. Detik itu juga ia memutuskan Vio di depan banyak orang. Dan Khanza sangat amat tidak enak pada Vio. Bagaimana bisa ia menjadi penghalang untuk hubungan Raffa dan Vio? Bagaimana jika ternyata Raffa merasa kehilangan Vio? Ah Khanza tidak mau membuat Raffa bersedih.

"Raffa maaf," gumam Khanza lagi.

Raffa mendengus, sebisa mungkin ia tidak emosi. Ia sangat tidak suka Khanza seperti ini, bagaimana bisa Khanza menyalahkan dirinya? Sudah jelas-jelas Vio yang salah, karena tindakannya itu Vio harus menerima konsekuensinya.

Raffa menarik nafasnya dalam, lalu ia hembuskan perlahan. Ia mulai melepas rengkuhannya dan menghadapkan Khanza agar melihat ke arahnya.

Ia menangkup wajah Khanza yang basah oleh air mata, tatapan matanya pun menatap Raffa bersalah.

"Raffa," lirih Khanza.

"Ca dengerin aku. Dari awal kamu tau aku nerima Vio karena kamu maksa, kamu bilang kalo kamu bakal marah sama aku kalo aku gak nerima Vio. Aku gak mau kamu marah, aku gak mau kamu diemin aku, aku gak mau kamu ngejauh, jadi aku terima Vio," ucap Raffa.

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang