54 - New Normal

431 62 28
                                    

Aku tahu, lebih mudah sendirian

Tapi saat kamu datang lagi

Aku tidak akan berpura-pura menginginkan orang lain

Play | Stay With You - Cheat Codes |

* * *

Senyumnya tak pernah luntur, tiap detik yang berlalu kebahagian menyertainya. Nidya menatap lekat pacarnya yang sedang melahap dimsum menggunakan sumpit.

“Kenapa liatin gue terus, hm?” Gino menghentikan aktivitas makannya, melirik cewek di hadapannya yang sedang tersenyum malu.

“E-enggak.” Nidya buru-buru meraih sumpit dan melahap satu dimsum dengan jantung yang berdetak tak karuan.

Ternyata makan di pinggir jalan itu asik juga, tak seburuk yang Nidya pikirkan. Rasanya ia ingin menghentikan waktu saat bersama orang terkasih. Matahari yang mulai tenggelam membuat suasana semakin romantis.

Dering ponsel terdengar pelan, Nidya mematut tatapannya ke ponsel Gino yang sengaja diletakkan di atas meja.

“Siapa?” tanya Nidya.

Gino mengeryitkan alisnya, ia juga tak tahu nomor siapa yang sedang terpampang nyata di layar ponselnya.

“Gatau, bentar, gue angkat dulu.” Gino berdiri dari duduknya, menjauhi tempat ramai itu.

“Siapa?” Gino mengawali percakapan. Hening terjadi, niat awal ia akan mematikan sambungan telepon itu, sebelum suara bariton terdengar dari benda pipih itu.

“Gino.”

Biji mata berwarna cokelat itu menatap ke arah Nidya yang sedang sibuk memakan dimsum.

Ragu-ragu Gino berkata, “Melvin?”

“Ya, ini gue.”

“Brengsek.” Gino buru-buru berlari ke arah mobilnya yang terparkir di tepi jalan.

“Calm down brou. Kabar cewek gue gimana, No?”

“Cewek lo? Siapa? Zira? Dia masih dianggap cewek lo? Setelah lo pergi gitu aja?” Alis Gino menukik tajam.

Gara-gara Melvin hubungannya dengan Zira semakin renggang, tiap kali ia berpapasan dengan Zira, cewek itu selalu menjauh. Melvin pergi, tapi yang Gino lihat, Zira yang ia kenal juga pergi, separuh hidupnya seperti hilang.

Gue gak punya banyak waktu. Kabar Zira gimana?”

Gino menyemburkan napas berat. “Fisiknya sehat, gatau mentalnya.

“Kuliah dia gimana?”

“Gue yang urus waktu itu, dia satu jurusan sama gue.”

“Thanks. Jaga terus dia, No.”

“Lo yang harusnya jaga dia, bukan gue. Lo sekarang dimana? Zira nyariin lo.”

“Gue belum bisa kasih tau. Jangan sampai Zira tau gue nelpon lo. Ini nomor sekali pakai. Gue tutup—”

“Sekali aja lo kabarin Zira. Dia sering bulak-balik rumah sakit, gue kira dia konsul ke psikiater. Tapi di sana dia cuma diem di rooftop sambil liatin langit.” Gino menatap dashboard mobilnya, ada hiasan keramik berbentuk animasi Adudu dan sebuah cangkir cokelat.

Keduanya bungkam sesaat. Gino memikirkan Zira yang selalu menghindar darinya. Gino sering melihat Zira yang kesepian, baik di kampus atau dimana pun. Cewek itu jadi lebih pemurung dari sebelumnya.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now